Revia membuatkan secangkir kopi susu dan segelas susu ibu hamil dalam pantry, saat rekan kerja lain lewat mereka menggoda Revia karena bertingkah sweet dalam kantor.
Mendengar ocehan para teman sesama pengacara Revia tetap cuek.
Kandungan Revia memasuki minggu ke 5 jadi dia mulai berhati-hati saat berjalan atau melakukan sesuatu.
Dibantu OB yang membawa kopi susu dan susu hamil Revia berjalan masuk ke ruang kerja suaminya.
Saat masuk dia melihat suaminya sedang menelpon klien membicarakan kasus mereka.
Setelah Meletakan kopi susu dan susu hamil diatas meja OB pamit.
Cukup lama Derby berbicara, pria tampan itu bahkan belum menyadari keberadaan istrinya karena sedang membelakangi Revia.
Akhirnya Derby menyudahi pembicaraan, menengok kebelakang dan terkejut sesaat lalu tersenyum.
"Sejak kapan kamu ada disini?Sayang."
"Sejak 10 menit 52 detik yang lalu." sahut Revia sambil melibat jam Gucci mahalnya lalu kembali menoleh pada sang suami.
Pria tampan ini berjalan menghampiri perempuan cantik tersebut.
Duduk disamping istrinya, merangkul pundak Revia.
Mencium sebelah pipi istrinya itu.
Melihat ada secangkir kopi susu dan segelas susu Derby langsung mengambil, meminumnya hingga menghabiskan setengah dari isinya.
Meletakan kembali cangkir ditempat semula.
"Makasih ya kopi susunya, enak banget."
"Nanti siang aku ada meeting sama Hedi, sekalian makan siang jadi hari ini kita nggak bisa makan bareng."
"Oke."
Hanya itu diucapkan oleh Derby.
"Kamu mau aku pijitin nggak?Aku lumayan jago lho." Revia menawarkan servis istimewa untuk suami tercinta.
Derby berpura-pura mempertimbangkan hal itu lalu akhirnya setuju, tapi sebelumnya dia menelepon sekretarisnya untuk melarang siapapun masuk ke ruang kerjaanya sampai dia memberikan instruksi.
Derby mengunci pintu, menutup tirai.
"Aku cuma mau mijitin kamu bukan mau ngelonin Tuan Derby Anggara." Protes Revia memasang raut muka BT, melipat kedua tangan di dada.
Derby tersenyum kemudian membuka jas,dasi lalu kemeja hingga sekarang dia topless.
Kembali duduk samping istrinya.
"Aku tahu tapi aku nggak suka kalo ada orang lihat dari luar apalagi masuk kesini pas kamu pijitin, malu soalnya aku kan lagi gak pake atasan gini."
Pria itu membalika badan hingga membelakangi istrinya.
Mengetahui maksud Derby yang ternyata tak ada niat macam-macam Revia jadi merasa malu sendiri.
"Oh gitu, maaf ya aku sempet salah paham."
"Baiklah aku maafin, bisa kita mulai pijitnya sekarang?"
Revia mengangguk, mengambil sebotol minyak dalam laci kerja suaminya.
Kembali ke sofa kemudian memulai memikirkan punggung suaminya dengan memakai tenaga.
Merasakan pijitan istrinya ini Derby merasa salut ternyata perempuan cantik itu seperti pemijat profesional bahkan tenaga Revia sungguh kuat padahal perawatkannya kecil tapi tenyata tenaga luar biasa.
"Aku nggak nyangka kamu pintar pinjat dan tenaga kamu juga luar biasa kuat, Jangan-jangan kamu pernah belajar ilmu bela diri?"
Revia tertawa geli.
"Iya tapi sebelum masuk dunia kerja, kenapa takut?awas saja kalo selingkuh aku hajar!"
Mendengar ancaman perempuan cantik itu Derby malah cuek, dia masih memejamkan mata menikmati pijitan istrinya ini.
"Aku nggak takut, karena aku nggak bakal kayak gitu. Bagaimana kalo kamu yang berselingkuh?"
Sama seperti suaminya Revia terlihat santai dan cuek, dia masih sibuk memijat punggung suaminya.
"Kamu tinggal ceraiin aku aja, bereskan."
Belasan Revia cukup membuat Derby terkejut beberapa saat. "Jadi kalo aku berselingkuh kau juga harus melakukan hal yang sama?"
"Tentu saja, untukku perselingkuhan dan kebohongan adalah hal yang tak bisa dimaafkan atau ditoleransi."
Tanpa Revia tahu Derby tersenyum.
-
-
-
Hedi melambaikan tangan pada Revia sebagai penunjuk keberadaannya, Revia menghampiri meja yang tengah ditempati klien itu.
"Udah lama di sini? Padahal saya udah datang 10 menit labih awal lho."
Pria itu membantu Revia menggeser kursi agar perempuan itu duduk.
Hedi pun duduk tepat disamping Revia.
"Nggak apa-apakl kan biar lebih enak diskusinya. Kalo kamu keberatan aku pindah."
Jelas pria tampan itu menunggu jawaban dari Revia, dan perempuan itu menggelengkan kepala.
"Nggak usah, it's oke."
Hedi merasa lega.
"Saya sudah mempelajari lebih dalam kasus ini, Kelemahan surat perjanjian ini satu yaitu saat mendiang ayah anda dan pak salim tidak ada saksi."
Wajah Hedi berubah pucat, artinya kemungkinan besar dia akan kalah
Tapi mencoba tetap mengontrol diri agar tak terlihat kebaran jenggot.
"Terus kita harus gimana?saya nggak mungkin nyerah begitu aja, ibu saya pasti akan sedih."
Pelayan pun datang , setelah mencatat pesanan pelayan itu pergi.
Keduanya kembali melanjutkan perkataan.
"Saya akan berusaha nyari ide untuk mengatasi masalah ini, anda jangan panik." masih dengan sikap tenang perempuan cantik itu menenangkan sang klien, dan berhasil.
"Oke, aku percaya kamu bisa atasin ini." Sekarang Hedi terlihat lebih baik.
Revia tersenyum.
"Btw, kok kamu bahasanya jadi formal gini?stop ok, aku lebih suka kita bicara pake bahasa non formal, jangan bilang kamu males bicara non formal sama aku."
Pria tampan itu cemberut, jelas tak suka dengan bahasa formal yang dilontarkan sang pengacara cantik tersebut.
Revia mencoba memberikan penjelasan agar sang klien tak tersinggung.
"Pak Hedi, anda jangan salah paham. Menurut saya selama kita bertemu untuk urusan kasus akan lebih baik memakai bahasa formal tapi jika kita bertemu diluar tanpa ada sangkut pautnya dengan kasus maka saya akan memakai bahasa non formal. Mohon pengertiannya."
Mendengar hal tersebut Hedi tak lagi kesal.
"Oke, Kalo begitu."
Pelayanpun datang membawa pesanan mereka.
"Menurut kamu kesempatan kita menang berapa persen?"
Revia menyesap jus alpukatnya. "Untuk saat ini sekitar 50 %"
Senyuman kelegaan terukir pada bibir Hedi.
"Syukurlah, setidaknya itu cukup aman. Menurut kamu kita bisa sukses?"
Dengan sikap santai Revia meminta Hedi untuk meminum es kopinya, dan makan.
Hedipun mengikuti tanpa protes, aneh pria itu sebenarnya paling tidak suka diatur tapi dengan Revia dia menurut dan tak merasa terganggu.
Ada apa ini?
Selama ini bergonta-ganti pacar dan teman kencan tak ada satupun yang diperbolehkan mengaturnya tapi dengan sang pengacara semua berbeda, Hedi bak anjing yang begitu patuh dengan majikannya.
Apakah dia jatuh cinta?
"Insyah Allah, saya hanya bisa berjanji bahwa saya akan melakukan hal terbaik agar kita bisa menang."
Mendengar perkataan Revia yang tak ada jaminan kemenangan entah mengapa Hedi tak merasa kesal?
Hedi yakin Revia adalah seorang pengacara hebat yang akan memenangkan kasusnya.
"Saya percaya kamu pasti akan melakukan terbaik untuk memenangkan kasus ini."
Dan mereka berdua pun menyantap hidangan pesanan mereka sambil melanjutkan membahas kasus, sesekali tawa keluar dari bibir Revia jika Hedi melontarkan guyonan.
Tbc