Derby sibuk menjawab satu persatu pertanyaan para wartawan setelah keluar dari ruang sidang mengenai kasus video seks yang melibatkan Maxie, sang klien.
Sidang dilakukan secara tertutup sehingga membuat para pemburu berita terus memburu dengan berbagai macam pertanyaan.
Karena memberikan klarifikasi mengenai sidang bukan hal sulit bagi Derby , dia tinggal mengatakan apa yang harus diketahui oleh para wartawan.
Tentu saja dengan memberikan jawaban seadanya karena bagaimana kode etik sebagai pengacara wajib dipegang.
Selesai wawancara, Derby mengajak Maxie berdiskusi mengenai kasus-nya di salah satu restoran di mall.
"untuk sidang selanjut-nya saya butuh bukti tambahan sebagai penyangkal tuduhan mantan kamu,Gladis.
Mengenai sering-nya kamu melakukan tindakan kekerasan selama kalian berpacaran dulu." Selesai memesan menu, Derby langsung membuka percakapan.
"Kamu kenapa?Apa ada hal yang kamu belum ceritankan ke saya?" Tanya Derby bingung saat melihat reaksi pria muda itu, Maxie terlihat bersalah akan sesuatu hal.
"Pak pengacara, saya ,-" suara Maxie mulai terdengar parau dan terbata-bata. Tampak jelas sekali Maxie terlihat berat untuk mengatakan apa yang ada di dalam pikiran-nya sekarang.
"kenapa Max?"
"Gladis Hamil, saya ingin bertanggung jawab kali ini."
Maxie sukses membuat Derby sedikit terkejut, Gladis sang mantan yang selama persidangan tampak begitu membenci Maxie.
Padahal gadis 20 tahun itu yang pertama kali membuat masalah dengan menyebarkan video mesum mereka.
"Kali ini ? Apa maksudnya?" Pancing Derby santai.
"Selama berpacaran kami sering bertengkar, terkadang saat pertengkaran itu terjadi saya tanpa bisa menahan diri dengan pecundang-nya memukul Gladis dengan kasar." Maxie menelan saliva.
"Setelah memukul-nya saya pasti langsung menyesal dan meminta maaf, lalu memukul diri saya sendiri sebagai hukuman."
Kali ini pengakuan Maxie benar-benar membuat Derby shock.
Mereka menghentikan pembicaraan saat sang pelayan mengantarkan pesanan mereka, setelah si pelayan pergi Maxie kembali melanjutkan cerita
"sebulan lalu , dia minta putus setelah saya mengatakan belum bisa bertanggung jawab atas kandungan-nya.
Saya menyuruh mengugurkan lagi anak kami, dua tahun lalu Gladis pernah mengandung dan kami sepakat buat aborsi."
"Dan sekarang dia menolak untuk melakukan aborsi, mengacam akan menghancurkan karir saya sebagai balasan rasa sakit hati-nya." selesai membuat pengakuan Maxie terlihat lebih baik, dan meminum americano milik-nya.
Mendengar pengakuan klien-nya ini, Derby memijat kedua pelipis mata-nya. Melempar pandangan tajam ke Miex, "Lalu mengapa Gladis bisa sampai tidur dengan sahabat kamu?"
"Dia mabuk berat dan mengira sahabat saya itu adalah saya."
~~•••~~~
Hari ini Revia kembali memenangkan kasus klien-nya, seperti biasa.
Karena merasa lelah akibat persidangan panjang tadi, dia memutuskan untuk pergi ke mall dan shopping.
Tapi tiba-tiba dia merasa mual dan ingin muntah.
Dengan berat hati Revia menunda keinginan-nya tersebut.
Memutuskan langsung balik ke kantor.
"Miss Revia, Nih teh manis hangat-nya." Kata Ujang, OB kantor.
Revia mengangguk, mengambil gelas berisi teh manis di atas napam lalu meminum-nya.
"Terimakasi ya,Ujang." Balas Revia, ujang tersenyum dan pamit kembali ke pantry.
Lima menit kemudian , Derby masuk ke dalam ruang kerja Revita dengan cuek-nya meminta izin untuk mengkopi file-file.
Mesin photokopi dalam ruang kerja-nya rusak sedangkan mesin photokopi khusus karyawan tengah antri di pakai karyawan lain.
Selesai melakukan kerjaan-nya Derby pamit, Revia dengan sikap tidak kalah cuek berpura-pura tak mendengar.
Dia fokus dengan laptop-nya.
Sore ini Revia , merasa sangat lemas.
Dia tidak tahu kenapa tubuh-nya terasa cepat letih akhir-akhir ini.
Apa dia akan sakit? Akibat aktivitas-nya yang sibuk sehingga membuat-nya jarang beristirahat dengan cukup.
"Lo kenapa?Vi." Tanya Derby heran, sore ini setelah pulang kerja Revia dan Derby ditugaskan oleh atasan mereka yaitu Dannu untuk menjadi perwakilan kantor dalam meeting antar lawyer.
"Kepala gue pusing banget, dari tadi muntah mulu. Kayak-nya gue masuk angin deh." Revia dengan lemas menjelaskan keadaan-nya.
Derby memutar kedua bola mata-nya, melipat tangan. "Udah minum obat?"
Revia mengangguk lemas, "Kayak-nya gue nggak bisa ikut meeting deh."
Derby menghampiri Revia, mengecek suhu tubuh perempuan itu dengan telapak tangan-nya yang ditempel pada dahi Revia. "Nggak panas kok?Elo bohong ya?"
Revia menepis tangan Derby, memasang wajah kesal. "Ngapain gue harus bohong?! Gue emang pusing."
"Biar lo nggak perlu ikut meeting." balas Derby tanpa beban, tersenyum nyindir.
"Jangan asal ngomong ya!Tuan Derby Anggara!" Dengan suara keras Revia mulai kehilangan kesabaran, Kebiasaan mereka berdua jika tengah sangat kesal pasti menyebutkan nama lengkap masing-masing.
"Selama ini apa pernah gue gak ikut Meeting? Lanjut ocehan Revia merasa kesal.
Revia merasa sangat ingin memukul wajah pria dihadapan-nya ini ,tapi kondisi tubuh-nya tidak memungkinkan.
Kalau bukan karena gengsi dan rasa malu akan terlihat lemah di mata pria menyebalkan itu. perempuan cantik ini ingin menangis saja.
Tidak ada percakapn terjadi di antara mereka berdua untuk beberapa saat. Derby sedikit merasa cemas dalam hati, saat melihat wajah Revia semakin tampak pucat dan tubuh-nya terlihat lemas membuat Derby merasa bersalah.
Memegang pergelangan tangan Revia. "Kita ke rumah sakit sekarang, setelah itu gue antar lo balik dan gue bakal pergi meeting sendiri."
"Gue bisa pergi sendiri." Tolak Revia tegas.
Menolak tawaran pesaingnya ini.
"Dengan kondisi lo kayak gini?bisa-bisa lo pingsan waktu bawa mobil dan ngalami kecelakaan." Derby menggelengkan kepala atas sikap keras kepala perempuan ini.
"Apa peduli lo kalau gue celaka?Harusnya lo senangkan saingan lo masuk runah sakit atau mati." dengan kesal Revia membalas perkataan Derby.
"Ya, tapi gue lebih bangga ngalahin bisa saingan gue yang saat kondisi mereka sehat dan hidup."
Derby tanpa duga menggendong Revia ala bridal, meskipun Revia terus memberontak agar dituruni tapi Derby tidak peduli , menolak permintaan Revia.
"Lepasin gue! Gue bisa nyetir sendiri, ngapain lo sok perhatian?!Lepasin."
Perempuan ini terus memberontak, mencoba lepas daro gendongan pria plaing menyebalkan.
Derby tak ambil pusing dengan protes dan perlawanan dari Revia, pandangan pria itu sekarang berubah menjadi lebih tajam.
"Dengar ya, Nona Revia Queny. Gue ngelakuin ini semua karena gue peduli."
"Peduli sama gue? Hahaha.. Jangan bikin gue sakit perut dengar ocehan lo."
Beberapa saat Derby menatap dalam Revia, dan berbisik.
"Gue peduli nasib orang lain kalau sampai gara-gara lo pingsan dan mobil lo nabrak kendaraan lain atau orang. Gawat kan."
Dengan santai Derby mengatakan alasan-nya membuat Revia melotot karena marah, tapi Derby malah cuek.
Tbc