Chapter 3 - Negosiasi

"Makan siang? Masakan Jepang? Sekarang?!"

Alfon memegang beberapa map warna - warni sambil menunggui seseorang di ruang Komunikasi . Entah apa yang di kerjakan. Sepertinya ia sedang meminta orang di depanya mengerjakan sesuatu dan harus cepat.

Alfon tak mengeluarkan ekspresi apapun saat aku mengajakknya makan. Dia menoleh kearah jam tangannya dan menaruh dokumen yang dia bawanya di meja. Ia tarik satu tangannya ke saku celananya. Diam sebentar lalu bicara

" Tuan Calr Ferduson, Aku sangat merasa terhormat dengan ajakan Anda, Tuan.Tapi harus ku katakan maaf, aku tidak bisa menerimanya."

Tunggu! Apa? Apa dia bilang tidak? berani sekali

" Alfon, kau bilang apa?" tanyaku spontan sambil sedikit mengintimidasi.

" Tidak Nona."

" Tapi kenapa?"

Alfon mengacukanku dan malah kembali menunjuk nunjuk layar yang di depan orang yang yang dia suruh menyelesaikan suatu pekerjaan.

"Alfon, jelaskan padaku sekarang!"

Ia kembali menoleh pada kami. Kali ini ia memengang dahinya sesat.

" Nona Reveline, ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan saat ini . Aku juga harus menemui beberapa sponsor nanti. Maaf mengecewakan Anda. Tapi jika aku tidak selesaikan pekerjaan ini sekarang, pasti tidak akan selesai hari ini . Ditambah lagi Nona Berlindish juga tak masuk karena sakit. Aku tak bisa membatalkan jadwal yang sudah di buatnya"

Selesai

Alfon kembali menunjuk nunjuk ke beberapa dokumen dan bicara pada staff nya. Aku mematung masih tak percaya atas peyangkalan ini. Alfon kembali menoleh pada kami dan bicara dengan nada dingin.

" Nona Rev, jika tidak ada urusan lagi, ku rasa kau boleh meninggal kan ruangan ini."

Katanya sambil mengacuhkan kami. Aku hanya mematung tak percaya. Carl segera mengambil alih pembicaraan dan menarik tanganku.

"Baik Tuan Alfon kami mengerti, maaf sudah mengganggu anda"

Alfon menganggunk dan acuh. Carl membukakan pintu untukku. Kami keluar dari ruangan itu

Tak apa, aku masih punya yang lain.

Di lorong sebelah kanan, Ms Denada berjalan dengan santai sambil membetulkan kaca matanya. Kami berusaha mengejarnya. Namun entah apa yang terjadi tiba-tiba ia percepat langkahnya dan masuk ke ruangannya.

Kami mengetuk pintu dan memaksa masuk. Setelah kami sampaikan maksud kedatangan kami. Kini gilirannya menjawab.

" Oh, ini ajakan yang menarik nona. Tapi aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaan . Selain itu sekolah berakhir masih sekitar 3 jam lagi. Aku tak boleh meninggalkan sekolah sebelum pelajaran berakhir. Selain itu, aku juga sudah makan, .maafkan aku. Mungkin lain kali."

Tak bisa dipercaya, Denada berani menolak permintaanku.

Aku masih belum menyerah, berikutnya Mr Lee, sebenarnya namanya Lianto. Biar keren aja, Mr. Lee.

"Di ruang komputer nona" kata receptionist padaku.

Tanpa buang waktu lagi kami menyeberang ke gedung sebelah melalui hall Arca. Di sebut hall Arca karena di samping kanan dan kiri hall ada Arca - Arca yang di gunakan sebagai media sekaligus penghias lorong panjang sepanjang 200 meter ini.

Di ujung ada pintu kaca dengan sensor wajah. Ini menghalangi anak - anak dari Play Class menerobos masuk ke area Super Mind Class. Jadi pastikan wajah anda terdeteksi dengan baik di sini. Jika tidak sampai kapanpun tak akan bisa lewat.

Mr. Lee sendiri ada di ruang paling ujung lantai 3. Harus dengan tangga bukan lift. Ini dikarenakan anak- anak harus lebih aktif bergerak.

" Mr . Lee."

Dia terkejut menoleh ke arah kami. Di dekatnya ada beberapa guru komputer. Sepertinya mereka sedang rapat. Dan sesuai dengan permintaanku, Ia mohon ijin sebentar dalam rapat itu.

"Jadi bagaimana?" tanya kami pada Mr Lee.

" Nona aku tahu kita punya keyakinan berbeda, tapi demi Tuhan. Apa kau tak tahu apa itu Ramadhan? Astaga! Biar ku jelaskan.Bagi kami umat muslim bulan ramadhan adalah saatnya berpuasa. Terutama bagi kami kaum pria.!"

" Jadi...?"

" Jadi?" teriakknya dengan tidak percaya.

" Aku tidak bisa dan lagi masih ada rapat penting yang harus kami selesaikan, permisi.!"

Terakhir: Diyose Kwok Manager kepala HRD

"Bisa- bisakan ?! "

"Kau telalu memaksa Nn. Reveline." Bisik Carl di telingaku. Kau membuatnya takut. Cobalah sedikit lebih ramah. Biar aku saja bagaimana?Percayalah"

Aku pun menyingkir dan Carl mendekatinya

" Jadi, kami berancana mengajak anda makan siang hari ini Ibu Diyose. Ada sebuah restoran jepang di Cikarawang Mall. Masakan di sana terkenal enak sekali. Kami yakin Ibu tidak keberatan dengan apa yang akan kami lakukan. Bagaimana , apakah ibu Diyose bersedia?"

" Oh ya tentu" jawabnya. Dan itu membuatku lega.

"Tapi tidak hari ini ada banyak hal yang harus kami lakukan . Maksudku aku dan timku. Mungkin lain kali . Trimaksih atas ajakan kalian aku sangat terharu."

Begitulah baik dengan cara baik-baik maupun dengan cara kurang baik hasilnya tetap saja sama .

l

Kami, lebih tepatnya aku gagal total mengajak siapaun turut dalam undangan mendesak makan siang ini. Aku secara pribadi sebenarnya tak terlalu mau ikut dalam undangan sepecial pagi booking tempat satu lantai segala Ala Carl Ferduson.

Yah tapi apa boleh buat aku harus menerimannya atas nama kemanuasian dan keadilan.

"Jadi apakah Ms. Rev tetap akan ikut denganku untuk makan siang hari ini?"

Andakaikan aku bisa berkata tidak Carl. Jawab ku dalam hati. Namun mulut ku mengatakan hal yang sebaliknya.

Aku bukannya tak menghargai orang yang menyukaiku, aku hanya tak mau mereka kecewa.

Old money, biasanya hanya memikirkan harta bukan saat menikah. Mereka tak akan dapatkan semua itu dariku sebagai hadiah, jika mereka benar-benar menikahiku.

Aku tak memiliki keluarga besar yang mendukungku. Jika orang lain bisa membanggakan kakek, nenek, tante. Siapa yang bisa aku banggkan?

Hanya Tuhan. Yang menolongku dan memberiku kesempatan hingga saat ini.

Sudahlah, setidaknya biarkan dia mencoba, aku yakin dia akan pergi saat ia sudah bosan denganku.

Kami mulai menyusuri lorong untuk pergi dari sekolah ini. Aku berhenti di depan recepsionis. Entah kenapa saat aku akan bicara pada mereka , salah satunya mengangkat telepon dan menulis sesuatu seperti hal yang sangat penting tanpa melihat ke arahku sama sekali. Sadangkan yang lain sibuk melayani tamu yang aku sedinri tak mengenalnya. Aku benar-benar putus asa.

" Kita akan pergi dengan mobil masing-masing"

" Iya baiklah mari kuantar ke mobilmu" Katanya dengan semangat sekali. Dan jam sudah menunjukkan pukul 13.30 siang. Perutku mulai lapar sekali.

***

Tidak-tidak tidak ! bagaimana ini bisa terjadi. Empat roda mobil ini tak terisi angin dan bahkan ada bekas goresannya.

" Tenanglah ini biasa terjadi pada mobil yang diparkir di bawah terik matahari. Mungkin kita hanya perlu mengisi anginya. "

"Pak! Pak Yono! Sini pak!"

Teriakku pada satpam yang duduk di tempatnya.

Salah satu dari mereka segera berlari ke tempatku. Carl masih sibuk memencet pencet roda di ke empat sisinya entah apa yang ada di dalam pikirannya.

" Ia, ia non ada apa?"

" Tuh lihat!" aku menunjuk ke roda-roda penyangga mobil di depanku .

Dia jongkok menelisik dan memutar perlahan sampai bertemu carl di salah satu sisinya.

"Kenapa ya Tuan?"

" Mungkin kena panas Pak…"

" Ooooo…"

Jawab Pak satpam sambil mengangguk anggukan kepalanya. " Tapi kok bisa ya?Empat-empatnya pula?"

" Aduh!!!! harusnya saya yang Tanya bapak! Bukan Bapak yang Tanya saya."

Ia masih mengangguk angguk.

" Tapi saya ndak tau Non." Jawabnya mengeluh.

" Saya Ambilkan pompa dahrurat ya? Tunggu di sini!"

Pak Yono bahkan sebelum kami jawab sudah pergi duluan.

…..Ting ting ting ting…

Handphoneku berbunyi. "Alfon"

Nama itu tertulis di layar.

" Halo?"

" Oh ya Maaf Ms Reveline, aku hanya mau menyampaikan bahwa mobil anda baru saja disilet oleh salah satu siswa kesayangan kita di Kelas Qualified B. Mario. Dia sekarang sudah ada di ruangan Ms. Bianca untuk mempertanggung jawabkan perbuatnya. Aku sudah menelpon Bengkel. Namun sayangnya mereka baru akan tiba sekitar 5 jam lagi. Aku sudah konsulatsikan . Bagaiman jika di pompa dahrurat saja. Mereka bilang tidak bisa mengingat sobekannya terlalu besar dan dalam"

"Hallo? Ms..Ms Rev apa Anda masih dengarkan?"

Oh ternyata begitu. Benar-benar nasib yang malang. Tanpa mengatakan apau pun aku menutup teleponnya.

" Non ini saya bawakan pompanya…" .Pak Yono datang dengan dua orang asistenya untuk memompa mobil.

" Bapak tidak usah. Ternyata ini disilet. Jadi tidak bisa dipompa lagi, trimakassh ya Pak." Kata Carl

" Oh begitu? Baik saya akan kembalikan dulu ke gudang .Mari" dan mereka pun kembali meninggalkan kami!

" Emmm, mau naik taxi saja?"

" Tidak usah kita pakai mobil mu! Semoga tidak disilet juga!"