Chereads / MRS1 - Addicted / Chapter 9 - Part 8

Chapter 9 - Part 8

Beverly melangkah menaiki sebuah jembatan penyebrangan. Kedua tangannya masuk ke dalam saku jaket kulit hitam yang dia kenakan. Wajah cantiknya tertutupi oleh masker, rambut indahnya tersamarkan oleh topi.

Sampai di tengah jembatan. Beverly melihat ke arah kanan, ia berdiri di dekat pembatas jembatan.

"Misi Princess of the sun selesai." Ia bicara tanpa melihat ke kiri dan kanan.

"Kau dan angels memang tak pernah gagal dalam misi, S01. Baiklah. Kalin mendapatkan libur satu bulan. Ah, ternyata hanya dalam 16 hari kalian sudah mendapatkan berlian itu."

"Teamku bekerja keras untuk ini, Wakil direktur. Terimakasih untuk liburnya." Beverly melangkah, ia menjatuhkan sebuah kunci di tempatnya berdiri tadi. Sebuah kunci yang akan membawa wakil direktur ke keberadaan permata yang sudah diamankan oleh Beverly.

Misi yang ia emban telah selesai. Di misi ini seperti biasanya, Beverly mengambil bagian di akhir. Ia memang memiliki banyak koneksi petinggi agen rahasia. H14 adalah seorang mata-mata Thailand yang dia kenal dari sebuah misi perdamaian dunia. Agen yang Beverly bebaskan ketika tertangkap oleh musuhnya.

Satu masalah terselesaikan, sekarang ia hanya perlu fokus pada tugas dari ayahnya. Waktunya hanya tinggal 13 hari lagi.

Ring.. Ring.. Ponsel Beverly berdering.

"Ya, Oriel?"

"Kau dimana? Aku ke klinikmu tapi kau tidak ada."

"Aku sedang dalam perjalanan kembali ke klinik."

"Tidak usah, kita ketemuan saja. Aku ingin mengajakmu makan siang."

"Baiklah. Bagaimana dengan Rose cafe?"

"Aku akan segera kesana."

"Sampai jumpa, Oriel."

Beverly mematikan sambungan teleponnya, ia segera masuk ke mobilnya. Mengganti pakaiannya dan segera melajukan mobilnya.

Sampai di depan cafe, Beverly turun, "Sepertinya hujan akan turun." Baru dia menatap ke langit mendung, hujan turun dengan derasnya. Senyumnya mengembang, ia melangkah ke tempat yang lebih luas. Berdiri dan mulai menikmati kesukaannya.

Mobil Oriel sampai. Ia mematikan mesin mobilnya dan segera turun dari sana. Dari beberapa meter Oriel sudah melihat Beverly hujan-hujanan. Beverly dan hujan, sepertinya tak bisa dipisahkan.

"Bev." Oriel tak keluar dengan payung. Dia tak memakai pelindung apapun dan membiarkan hujan membasahinya. Ia ingin menyukai apa yang Beverly sukai.

Terdengar nista memang, tapi sekarang hidup Oriel sudah jadi seperti ini. Bangun dengan Beverly dalam pelukannya lalu tersenyum. Memasak sambil mengingat sisa-sisa apa yang mereka lakukan semalam dan menjadi idiot setelahnya. Oriel sudah seperti itu sejak beberapa hari lalu. Terlau menikmati kebersamaannya dengan Beverly.

"Kau basah." Beverly telah membuka matanya. Ia menatap Oriel yang kini sudah basah.

Oriel tersenyum, "Kau tidak ingin aku payungi jadi aku keluar tanpa payung."

"Sudah 2 minggu tidak hujan." Beverly menengadahkan tangannya, rintik hujan menerpa telapak tangannya. Senyum Beverly kembali mengembang. "Aku merindukan hujan."

Oriel memperhatikan senyuman Beverly, senyuman yang lebih cantik dari biasanya. Terlihat sangat bahagia dan tulus.

"Bisakah kau menyukaiku seperti kau menyukai hujan, Bev?"

Tiba-tiba senyum Beverly menjadi kaku. Ucapan Oriel membuat hatinya bergetar, tidak, ia tidak boleh lengah. Cinta bisa menyakitinya, ia tak ingin disakiti.

"Aku tidak bisa menyukai orang seperti menyukai hujan. Hanya hujan yang bisa menghujaniku dengan kasih sayangnya."

"Aku bisa, Bev. Aku bisa menghujaimu dengan cinta."

Beverly tersenyum, tangannya membelai wajah Oriel lembut, "Kau tidak mengerti apa yang kau katakan, Oriel."

"Aku mengerti, Bev. Aku mencintaimu. Aku ingin bersamamu, aku ingin menghabiskan waktuku denganmu. Aku akan menjadi hujan untukmu."

Beverly kembali kaku, ia mencoba untuk tersenyum tapi gagal lagi. Cinta itu akan lenyap dengan seketika jika Oriel tahu ia mendekati Oriel karena sebuah misi dari ayahnya.

"Ketahui dulu makna cinta baru katakan itu lagi padaku. Saat ini jawabanku masih sama, Oriel. Aku tidak percaya pada cinta dan aku juga tidak percaya pada diriku sendiri. Dengar, kita bisa bersama tanpa harus mengatakan tentang cinta."

Oriel menarik nafasnya, kenapa Beverly sulit sekali untuk ia taklukan.

"Kau memiliki seseorang yang tidak bisa kau lupai?"

Beverly menggeleng, ia menatap mata Oriel dengan tatapan jujur, "Tak ada satupun pria yang membekas dihatiku. Tak ada yang salah denganmu, hanya aku yang salah."

"Apa yang harus aku lakukan agar kau mencintaiku, Bev?" Oriel tak pernah menatap orang dengan tatapan putus asa seperti saat ini, ia benar-benar menginginkan Beverly, "Katakan padaku apapun yang kau mau. Aku akan memberikannya padamu."

"Ini bukan tentang apa yang aku minta, Oriel. Ini tentang perasaan. Tentang perasaan yang tak ingin aku sentuh. Sudahlah, kau mulai kedinginan. Bagaimana kalau kita masuk ke mobil saja. Hubungi orangmu untuk membawa pakaian untuk kita." Kedua tangan Beverly memegangi wajah Oriel yang terasa dingin.

Maaf, Oriel. Maafkan aku. Beverly meminta maaf. Dia takut, dan ketakutan itu adalah dia sendiri.

"Oriel, ayo."

Oriel menarik tubuh Beverly lebih dekat padanya. Ia melumat bibir Beverly.

Demi Tuhan, aku benar-benar menginginkannya. Oriel memejamkan matanya. Merasakan bibir Beverly yang telah jadi candu untuknya. Mungkin saat ini jika ada yang bertanya pada Oriel tentang narkotika, maka dia pasti akan menjawabnya dengan senyuman Beverly, bibir Beverly dan tubuh Beverly. Benar, semua yang ada di tubuh Beverly adalah narkotika untuknya. Membuat ketagihan dan menenangkan untuknya.

Beverly merasakan jika lumatan Oriel berbeda dari biasanya. Ia sering mendengarkan pengakuan cinta pria untuknya tapi kali ini, pengakuan dari Oriel membuatnya merasa bersalah dan tak karuan. Ia akan mencampakan Oriel sebentar lagi tapi ia merasa sakit sendiri ketika memikirkannya.

Beverly tak ingin Oriel mati bunuh diri atau gila seperti pria-pria yang bersamanya. Tapi, dia juga tak bisa bersama dengan Oriel. Kehidupannya penuh dengan misi berbahaya, ia tahu Oriel bukan orang lemah tapi tetap saja ia tak ingin menjadi kelemahan Oriel, ia tak ingin Oriel menjadi kelemahannya. Mencintai untuk orang-orang sepertinya adalah hal yang berbahaya. Akan ada banyak orang yang mengincar cintanya, jelas itu akan menyiksa dirinya sendiri.

Lawan, lawan keinginan untuk bersamanya. Beverly melawan keinginannya sendiri. Ia membentengi dirinya sendiri agar tak lemah pada Oriel. Oriel tidak menyakitinya, tidak pernah sama sekali tapi tetap saja, tak ada jaminan cinta tak akan menyakitinya, dan tak akan ada jaminan ia tak akan menyakiti Oriel.

Oriel melepaskan ciumannya, ia sudah merasa cukup hangat sekarang, "Tak apa. Tak apa tak ada cinta. Asalkan kau bersamaku, aku akan bahagia." Tak ada hidup bersama tanpa cinta tapi Oriel tak akan memaksakan cinta pada Beverly. Asalkan ia bersama Beverly itu sudah cukup baginya. Sudah cukup untuk menenangkan dan membuatnya bahagia.

Beverly tersenyum, "Terimakasih mau mengerti aku. Ayo ke mobilmu."

"Hm, ayo."

Keromantisan di bawah hujan itu berhenti. Orang-orang yang tadi menonton Beverly dan Oriel mendesah karena akhir dari tontonan mereka adalah Beverly dan Oriel masuk ke mobil. Jarang sekali ada adegan seperti di drama dalam kehidupan nyata. Begitu manis dengan pemain yang sempurna. Begitu indah dengan suasana yang romantis.

Oriel menghubungi orangnya untuk membawakan pakaian. Pria ini ingin menyukai hujan seperti Beverly yang menyukai hujan tapi baru beberapa menit di bawah hujan ia sudah kedinginan.

Beverly menggenggam tangan Oriel, "Kau kedinginan, kan. Jangan mengikutiku jika kau tidak tahan."

"Aku hanya ingin menyukai hujan seperti kau menyukainya. Menikmati hujan seperti kau menikmatinya. Siapa yang tahu ternyata aku tak sekuat penampilanku."

Beverly tertawa kecil, "Jangan lakukan lagi. Kau bisa melihatku bermain tanpa ikut turun. Hujan bisa menjadi menyenangkan tapi bisa begitu menyebalkan jika akhirnya kau sakit karena tak terbiasa akan hujan."

"Sepertinya aku akan menikmati hujan dari tempat teduh, melihatmu bermain lalu tersenyum. Setelah hujan selesai aku akan membawakanmu handuk lalu memelukmu agar kau hangat. Bagaimana? Itu manis, kan?"

"Lakukan itu untukku lain kali, oke. Aku ingin merasakannya."

Oriel menganggukan kepalanya, "Akan aku lakukan."

"Aku peluk ya. Kau menggigil."

"Hm. Aku butuh kehangatanmu, Bev."

"Aih, kau mesum sekali."

Oriel tertawa geli, "Aku mencintaimu, Bev."

Beverly tak lagi beku karena kata-kata itu, ia memberikan sebuah senyuman, "Ya, Oriel." Jika biasanya dia dengan mudahnya membalas kalimat cinta dari pria maka kali ini lain ceritanya. Ia tak mampu mengatakannya. Jika ia mengatakannya maka ia tak akan bisa pergi dari Oriel.

Dalam mobil itu, Beverly memberikan kehangatan untuk Oriel. Hanya sebuah pelukan tapi mampu mengusir kedinginan yang melanda Oriel.