"Wajar saja Oriel berhenti main wanita, rupanya Samantha Beverly sangat cantik." Neall menggoda Oriel.
Harusnya tadi Oriel membawa Beverly pulang saja, ia tak perlu mendengarkan Neal dan Calton yang baru datang ketika ia hendak pulang.
"Bev, hati-hati, Oriel ini sinting." Calton mengatakan keburukan Oriel, "Dia bisa membuatmu melihat apa yang seharusnya seorang manusia tak lihat."
"Berhenti bicara, Calton. Kau mungkin akan kehilangan suaramu untuk beberapa hari jika kau terus bicara." Oriel bersuara tenang tapi mengancam.
Calton tertawa geli, "Lihat, kan. Dia ini tidak ada manisnya sama sekali. Aku heran bagaimana bisa kau tahan dengannya. Ah, aku lupa, wajah Oriel tampan, ya, kan?"
"Tak usah menanggapinya, Bev." Mata Oriel menatap ke wanita cantiknya yang duduk di sebelahnya.
"Kau ini posesif sekali. Mengaturnya ini dan itu. Kau prianya atau ayahnya?" Adam datang bersama dengan pelayan yang membawa makanan untuk Neall dan Calton.
"Bev, katakan pada mereka. Apa aku seperti ayahmu atau priamu?"
Beverly tersenyum karena nada kesal Oriel, "Kau seperti ayahku."
"Nah, kan. Bev, beralih saja padaku. Aku tidak akan mengaturmu." Neall membuat mata Oriel mendelik tajam.
"Kau sepertinya ingin jadi pasien di rumah sakit tempatmu bekerja, Neall."
"Woo, aku tahu kau memang mengerikan Oriel." Neall membalas dengan senyuman yang menunjukan jika yang ia tak merasa ngeri sama sekali.
Hanya keluarganya dan juga sahabatnya yang tak merasa ngeri dengan Oriel. Mata dingin Oriel yang biasanya mengintimidasi orang sekarang terlihat biasa saja. Buka Oriel yang merubah tatapan matanya tapi karena keluarga dan sahabatnya tahu jika sosok dingin Oriel adalah sosok yang hangat terhadap keluarga dan sahabatnya.
"Ah, Adam, kau sudah mengatakan pada Oriel jika Daddy mengadakan acara ulangtahunnya minggu depan?" Calton menatap Adam yang kini duduk di sebelah Oriel.
"Oh, benar. Aku lupa." Adam menepuk jidatnya.
"Kau ini masih muda tapi sudah pikun. Daddy akan menggorengmu karena tidak memberitahu Oriel." Neall menggelengkan kepalanya. Di keluarga Oriel sebuah pesan akan sambung menyambung. Ayah Oriel selalu membuat anak-anaknya terhubung dengan pesan berantai darinya. Pertama ia akan memberitahu seorang anak lalu anaknya tadi memberitahukan ke satu saudaranya lalu yang lain akan melakukan hal yang sama hingga semua anaknya tahu.
"Sudah tua saja masih bertingkah. Pesta itu pasti akan dipenuhi oleh anak-anaknya dan wanita-wanita yang ia tiduri." Oriel mencibir ayahnya. Usia sang ayah minggu depan genap 52 tahun. Usia yang tidak muda lagi untuk sebuah pesta ulang tahun.
"Jangan berpikir untuk tidak datang." Calton mengingatkan.
Oriel menatap Calton datar, saudaranya itu tahu benar jika ia sedang memikirkan itu. Ia merasa tak ada gunanya berada di pesta ulang tahun ayahnya. Mungkin lebih pantas ia sebut reuni keluarga atau reuni para wanita yang pernah ditiduri oleh ayahnya. God, entah berapa banyak wanita yang pernah menghangatkan ranjang ayahnya.
"Dia sudah mendengar tentang Beverly. Kau harus membawanya, Daddy ingin mengenal Beverly." Seru Adam.
Oriel mendengus, nampaknya ia benar-benar harus datang. Ayahnya akan mengusiknya jika ia tidak datang. Ayahnya itu terlihat cuek tapi ia akan ingat jika satu dari anaknya tak mengunjunginya dan mulai menceramahi mereka tanpa terkecuali.
"Dimana acara pestanya?"
"Kediaman Cadeyrn tentunya." Jawab Neall pasti.
♥♥♥♥
Beverly menatap ke luar kaca mobil, jika saja ia dan Sammy bisa berhubungan baik seperti Oriel dan saudara-saudaranya pasti akan sangat menyenangkan.
"Apa yang kau lamunkan, Sayang?"
Beverly segera melihat ke arah Oriel, ia menggeleng sambil tersenyum, "Tidak ada."
"Kau tidak keberatan hadir di pesta ulang tahun Daddy, kan?"
"Tidak. Aku ingin melihat saudara-saudaramu yang lain."
Oriel tersenyum, "Kau penasaran dengan mereka, hm?"
"Aku hanya ingin melihat apakah diantara mereka ada yang lebih tampan darimu."
"Aku yang paling sempurna di antara Cadeyrn." Oriel memasang wajah angkuhnya yang nampak sangat tampan.
Beverly tertawa kecil, "Aku tidak akan percaya sebelum aku melihat saudara-saudaramu." Beverly tidak perlu melihat keseluruhan Cadeyrn, dari 3 yang sudah ia lihat saja Oriel memang lebih tampan dari Cadeyrn yang lainnya.
♥♥♥♥
Beverly dikejutkan dengan pemberitaan di media televisi dan majalah. Ia melihat ada fotonya di dalam sana, ayahnya benar-benar mengungkapkan keberadaannya sebagai putri tertua di keluarga Mandess.
Ring,, ring,,
Beverly langsung meraih ponselnya.
"Datang ke perusahaan jam 11 nanti. Akan ada wawancara tentang kau."
"Baik, Dad."
"Aku menepati kata-kataku, bukan? Misi terakhirmu akan aku beritahu setelah wawancara dilakukan."
"Baik, Dad."
"Tunjukanlah bahwa kau seorang Mandess."
"Aku mengerti, Dad."
Dan pembicaraan selesai. Beverly masih menggenggam ponselnya, ia tak menyangka jika ia akan benar-benar mendapatkan apa yang ia cari selama bertahun-tahun lamanya.
♥♥♥♥
Berbagai macam pertanyaan telah diajukan, tentang asal usul Beverly, tentang dimana Beverly sekolah dan tinggal, tentang keseluruhan hidup Beverly. Tak ada yang disembunyikan, jawaban yang kelluar dari mulut Gilliano dan Beverly sama seperti dengan kenyataan.
Sesi wawancara berakhir. Beverly kini hanya tinggal berdua dengan ayahnya.
"Misi terakhirmu, aku sudah mengirimkannya ke tempat praktekmu. Buka amplop itu hari senin."
"Aku mengerti."
"Pastikan jika misi ini berhasil. Kebebasanmu ada disana, jika kau tidak bisa melakukannya maka aku akan menghancurkan apa yang paling kau sayangi."
Beverly menautkan keningnya, "Siapa yang kau maksud, Dad?"
Gilliano mengeluarkan sebuah foto, menyodorkannya pada Beverly.
"Kau mengenal jelas mereka, kan?"
Beverly tersenyum kecut, "Daddy mengancamku dengan anak-anak di rumah singgah milikku?"
"Kau memiliki kelemahan yang tak seharusnya kau miliki, Bev. Harusnya kau tak mengambil sesuatu dari ibumu, menyukai anak-anak dan memikirkan nasib mereka, orang seperti kau harusnya tidak berdekatan denagn mereka. Kau bisa jadi alasan orang-orang menyakiti mereka."
"Jangan khawatir, aku pasti akan melakukan seperti yang Daddy katakan."
"Aku tahu kau pasti akan melakukannya, Bev. Ah, aku sudah menyiapkan pekerjaan yang lebih baik untukmu. Kau bisa mengambil alih cabang perusahaan kita minggu depan."
"Aku tidak tertarik." Beverly tak pernah berpikir untuk menjadi pengusaha. Untuk apa ia mengambil kuliah kedokteran jika ia harus berakhir di perusahaan.
"Bekerja di klinik kecil itu tidak akan membantumu, Bev."
"Tapi aku tidak kekurangan."
"Terserah kau saja." Gilliano tak akan memaksa lebih jauh.
"Aku rasa ini sudah selesai. Aku pergi." Beverly bangkit dari tempat duduknya dan pergi tanpa mendengarkan apa jawaban dari ayahnya.
Gilliano tersenyum tipis, "Kau tidak akan bisa bersama Oriel, Bev. Kau harus memilih antara anak-anak itu atau Oriel."
Misi yang Gilliano maksudkan akan membuat Beverly memilih salah satu dari dua hal yang berharga bagi Beverly tapi Gilliano sangat yakin jika putrinya akan memilih anak-anak di rumah singgah karena selama ini yang ia tahu Beverly sangat menyayangi anak-anak itu.