Chereads / MRS1 - Addicted / Chapter 16 - Part 15

Chapter 16 - Part 15

Oriel dan Beverly berada di pesta ulang tahun ayah Oriel. Saat ini Beverly tengah bersama dengan Chiera, adik wanita Oriel. Sementara Oriel, ia sedang bersama dengan ayahnya.

"Dia putri sulung Mandess."

"Aku tahu, Dad."

"Kau harus memisahkannya dari Mandess jika kau ingin bersamanya. Kau tahukan Mandess saat ini sedang mencoba untuk menekan kita."

"Aku bisa mengatasinya, Dad. Jangan cemas."

"Daddy tahu sepak terjang Beverly. Kau ternyata bisa dirayu olehnya, Son. Daddy pikir tidak masalah jika dia hanya perayu tapi ternyata dia adalah keturunan Mandess. Daddy tidak akan melarangmu dan Daddy juga tahu kau tidak akan bisa dilarang, tapi, ketahuilah, Mandess adalah orang yang akan mencapai ambisinya dengan jalan apapun. Kau tahu sendiri, bahkan putrinya ia jadikan alat untuk memuluskan jalannya."

Oriel menatap Beverly, ia tak peduli darah siapa yang mengalir di tubuh Beverly. Mandess, dia sudah tahu sejak beberapa waktu lalu jika Beverly adalah anak pengusaha licik tersebut, tapi ketika cinta yang bicara, dia bisa apa selain menutup mata.

"Aku sangat mengerti, Dad. Hilangkan kekhawatiranmu itu dan nikmati pestamu."

"Daddy hanya tidak ingin sesuatu terjadi. Daddy pikir Mandess memiliki maksud tertentu dengan mengirimkan putrinya padamu."

"Memang sudah."

"Apa yang dia minta darimu?"

"Berkas penggelapan dana kapal."

"Kau memberikannya?"

"Wanita, Dad. Makhluk jenis itu bisa membuat pria memberikan apapun."

Ayah Oriel tersenyum kecil, "Kau akhirnya punya kelemahan, Son."

Oriel menghela nafas, "Kelemahan, ya?" Oriel menatap Beverly yang saat ini sedang tersenyum, "Dia bukan kelemahanku, Dad. Dia adalah alasanku untuk lebih tangguh dari sebelumnya."

"Daddy suka mendengar ucapanmu. Kembalilah padanya, dia akan bosan jika kau tidak menemaninya."

"Baik, Dad."

"Ah, Son. Daddy tak bisa untuk tidak mencurigainya, jadi berhati-hatilah. Mungkin Mandess masih menginginkan sesuatu darimu."

Oriel tersenyum menenangkan ayahnya, "Selagi kemauannya masih bisa aku penuhi maka aku akan memenuhinya tapi jika sudah tidak bisa, aku harus menjadikannya abu."

"Kau memang harus memikirkan opsi itu."

"Baiklah, aku ke Beverly dulu, Dad." Oriel memegang bahu ayahnya lalu segera melangkah ke wanita cantiknya yang saat ini tengah melihat ke arahnya.

"Chiera, terimakasih sudah menjaga calon kakak iparmu dengan baik. Nah, sekarang kembalilah ke Daddy." Oriel bicara lembut pada adik wanitanya. Tak bisa dipungkiri, Chiera memang adik Oriel, meski warna mata mereka berbeda tapi bentuk wajah mereka sama. Chiera adalah Oriel versi wanita, cantik sekali. Ah, Chiera akan sulit didekati oleh pria, ia adalah putri satu-satunya dan adik wanita satu-satunya, sudah jelas jika pria yang akan mendekati Chiera harus melewatk ke 12 kakak Chiera dulu dan juga ayah Chiera yang sangat menjaga Chiera. Katakanlah ayah Chiera takut jika karma akan mengarah pada anaknya.

"Adikku menyenangkan?"

"Dia cantik."

"Tentu saja, kakaknya tampan." Oriel bersuara sombong.

"Ah, sahabat-sahabatmu tidak datang ke pesta ayahmu?"

"Mereka tidak bisa datang. Aeden ada pekerjaan, Ezell juga sama, sedangkan Zavier, dia bahkan belum sembuh. Tapi mereka sudah menitipkan hadiah untuk Daddy, dan mereka termaafkan karena hadiah itu."

"Ah, tentunya hadiah itu sangat memuaskan."

"Tentu saja. 3 putra orang-orang kaya tidak mungkin memberikan hadiah tidak memuaskan."

Beverly yakin dengan kata-kata Oriel. Mungkin dari gabungan 3 orang itu, mereka bisa menghadiahkan sebuah kapal pesiar mewah.

"Bagaimana dengan pestanya, suka?"

"Hm. Pesta ini cukup menyenangkan. Saudara-saudaramu juga hangat. Dan wanita-wanita ayahmu tidak terlalu mengerikan."

Oriel tertawa kecil karena kata-akta Beverly, "Mana mungkin juga mereka berani padamu, kau wanitanya Oriel. Menyentuhmu sama saja dengan mendatangkan masalah untuk mereka."

"Ew, kau selalu menyeramkan." Beverly mencibir Oriel.

"Apa selalu?"

"Tidak. Kau manis dalam beberapa saat."

"Terutama di ranjang."

"Otak mesummu itu, Oriel."

"Hanya itu yang bisa aku pikirkan saat dekat denganmu, Bev." Oriel merengkuh pinggang wanitanya.

Saudara-saudara Oriel melihat Oriel dengan senyuman jahil. Oriel memang tak pernah datang bersama wanita ke pesta ayahnya dan ini adalah pertama kalinya. Ini menjadi kesempatan empuk bagi saudara-saudaranya untuk menggodanya. Dan Oriel hanya bisa mengeluarkan kata-kata kejam tanpa bisa melakukannya. Dia masih waras, mana bisa dia melukai saudaranya sendiri.

"Sudahkah aku memujimu malam ini?" Oriel bertanya pada Beverly.

"Sudah ratusan kali!"

Oriel tersenyum, "Akan jadi jutaan kali."

"Ribuan dulu baru jutaan."

"Aku ingin langsung jutaan saja."

"Terserah kau saja."

"Kau cantik sekali, Bev. Benar-benar cantik. Wanitaku, milikku, cintaku."

Beverly benar-benar terbang karena kata-kata Oriel. Wajahnya bersemu merah. Oriel suka sekali melihat rona merah itu. Membuat wanitanya makin terlihat manis. Gemas, akhirnya Oriel mengecup pipi Beverly. Tidak satu kali tapi berkali-kali, akhirnya ia mendapatkan beberapa pukulan kecil dari Beverly, jelas saja tidak sakit. Memukul pakai perasaan mana mungkin akan sakit.

Melihat Oriel bahagia sudah sangat cukup bagi ayah Oriel. Tak peduli siapa Beverly, ia akan tetap merestui cinta mereka. Meski suka main wanita, ayah Oriel adalah ayah yang baik. Itulah kenapa anak-anaknya patuh dan menghormati ayah mereka.

Pesta telah usai. Beverly dan Oriel tidak kembali ke kediaman mereka karena Cadeyrn tertua menyuruh mereka untuk menginap. Dan Oriel mana bisa menolak ayahnya di hari ulang tahun pria itu.

♥♥♥♥

Beverly ke kliniknya, ia segera membuka amplop yang ayahnya titipkan pada asistennya.

Matanya terbuka ketika ia melihat satu foto di dalam sana.

"Tidak mungkin." Beverly berseru tak percaya.

Beberapa detik kemudian ponselnya berdering.

"Sudah melihat tugas terakhirmu, Bev?" Yang menghubunginya adalah sang ayah. "Daddy tidak perlu menyertakan data lengkap orang itu karena kau tahu benar siapa orang disana. Lenyapkan dia dalam waktu dua minggu. Jika kau tidak bisa melenyapkannya maka ucapkan selamat tinggal untuk anak-anak rumah singgahmu. Oh, ya, Daddy beritahu, mereka sudah dipindahkan."

"Apa yang Daddy lakukan pada mereka? Jangan macam-macam!"

"Daddy tidak akan melakukan apapun jika kau berhasil melakukannya. Kehidupan mereka ada di tanganmu."

"Kau tahu benar aku tidak mungkin melakukan misi ini makanya kau menggunakan anak-anak untuk mengancamku. Mustahil aku bisa membunuhnya!"

"Lakukan saja. Kau tidak akan tahu jika kau belum mencobanya."

"Aku tidak pernah berpikir hari ini akan tiba. Hari dimana aku sangat berharap aku bukanlah bagian dari darahmu. Aku pikir semuanya benar-benar akan berhenti tapi nyatanya kau sedang mencoba membuatku mati perlahan. Baiklah, mari kita lihat. Nyawaku, nyawanya atau nyawamu yang akan melayang."

"Kau harus berusaha dengan baik, Bev. Jika kau ketahuan maka anak-anak juga akan tewas. Aku bisa menghindar dari orang-orang Cadeyrn."

"Kau sepertinya sudah menyiapkannya dengan baik."

"Aku sejujurnya percaya pada kemampuan putriku. Tapi karena ini masalah perasaan aku jadi sedikit bersiap. Ah, tentukan pilihanmu, antara cinta dan anak-anak kesayanganmu."

Beverly tersenyum miris, otaknya nyaris meledak karena ayahnya yang sangat sialan. Misi kali ini sama saja dengan misi membunuhnya secara perlahan. Apa dia bisa memilih antara dua hal itu? Ayahnya sangat tahu bagaimana caranya membuat ia tidak bernafas.

Tok,, tok,,

"Masuk!"

"Bev, Samuel ingin bertemu."

"Biarkan dia masuk."

Asistennya keluar berganti dengan adiknya yang masuk.

"Pergilah sejauh mungkin dari sini, Bev."

"Apa maksudmu?"

"Bev, kau tahu maksudku. Misimu yang terakhir tak mungkin bisa kau lakukan. Kau tidak akan bisa menghadapi kebencian dari orang yang kau sayangi."

"Tapi dia memakai anak-anak untuk mengancamku."

"Kenapa kau peduli pada nyawa orang lain? Pedulikan saja nyawamu sendiri."

"Itu karena tak ada yang peduli pada nyawa mereka."

Samuel menghela nafas, ia tak tahu harus bagaimana, bahkan sekarang ia tidak menggunakan kalimat kasar untuk membuat Beverly menyerah.

"Membunuh ayah Oriel bukan pekerjaan mudah, bev. Nyawamu bisa melayang. Nyawa anak-anak itu juga. Kau tidak harus memuaskan ambisi setan tua itu!"

"Aku tidak bisa."

"Lalu kau akan benar-benar membunuh ayah Oriel. Apa kau sanggup dibenci oleh ayah Oriel? Seluruh Cadeyrn akan mengejarmu, Bev."

"Aku tidak peduli. Mereka bisa membunuhku jika mereka mau."

"Baiklah. Ini pilihanmu. Aku akan melenyapkan Gilliano sialan itu!"

"Jangan ikut campur, Sam. Ini urusanku."

"Kau tidak bisa mencegahku, Bev."

"Kau tidak harus jadi pembunuh untukku, Sam. Jika kau benar-benar menyayangiku seperti yang aku dengar waktu itu maka jangan lakukan apapun."

"Bev, kau tidak bisa berkorban terus seperti ini."

"Aku bisa membunuh tanpa ketahuan. Tolong, jangan bunuh Daddy."

Samuel lelah. Ia benci sekali dengan sayangnya Beverly pada Gilliano. TIdak, sejujurnya Beverly tak sayang, ia hanya tak ingin Samuel menjadi pembunuh ayahnya sendiri.