Surai-surai lembutnya berjatuhan menutupi sedikit bagian wajahnya. Tangannya memperbaiki kembali tatanan rambutnya yang diterpa angin. Ia menengadahkan wajahnya ke langit. Menatap langit berawan yang terlihat menawan pagi ini.
Meski langit berawan bukanlah kesukaannya tapi Beverly tak akan menistakan keindahan yang terlihat dari manik-manik abu-abunya yang menyerupai warna langit ketika matahari ditutupi oleh awan mendung.
Beverly suka hujan. Dia suka langit berwarna gelap. Dia suka ketika suara halilintar terdengar menyambar. Tidak, dia tidak ingin mati karena sambaran halilintar. Dia hanya suka mendengar, karena ketika suara keras itu terdengar hujan akan turun dengan derasnya.
Bagi Beverly, hidupnya itu seperti hujan. Meski tak diinginkan, dia tetap jatuh untuk membasahi tanah. Kehadiran Beverly tidak diinginkan oleh ayahnya dan membawa kematian bagi ibunya. Sang ibu meninggal setelah melahirkan Beverly.
Alasan kenapa Beverly tak diinginkan oleh sang ayah adalah karena sang ayah menginginkan anak laki-laki untuk penerus keluarga mereka. Sayangnya, Beverly lahir sebagai wanita, dan inilah yang membawanya pada kehidupan yang tak pernah mendapatkan pengakuan dari sang ayah. Kala itu pernikahan ayah dan ibu Beverly dilandasi hanya karena sang ayah menginginkan keturunan, tak ada orang yang tahu tentang pernikahan mereka. Dan karena inilah hanya beberapa orang yang tahu bahwa Beverly adalah putri pertama dari pengusaha kaya raya Gilliano Mandess.
Demi mencari seorang putra, Gilliano menikah dengan seorang wanita lagi. Pernikahan itu dilakukan sama seperti saat menikahi ibu Beverly. Dan hasilnya memuaskan, saat wanita itu melahirkan putra laki-laki, Gilliano baru mengumungkan pernikahan mereka pada khalayak ramai. Ia begitu bangga memiliki seorang anak laki-laki yang ia gadangkan sebagai penerus kekayaannya.
Meski tidak diinginkan, Beverly tetap berada di kediaman Gilliano. Sang Ayah cukup bertanggung jawab untuk tidak melemparnya ke jalanan karena tidak diinginkan. Setiap hari Beverly mencoba untuk mendapatkan pengakuan dari ayahnya. Ia memiliki kemampuan belajar yang baik. Ia selalu mendapatkan peringkat pertama saat sekolah. Ia pandai dalam bermusik dan menari balet. Tapi sayangnya hal itu tidak membuat ayah Beverly puas. Yang diperhatikan oleh ayah Beverly hanyalah Sandiago Mandess, penerus keluarga Mandess.
Hingga usia Beverly memasuki 17 tahun. Sang ayah membawakan seorang tutor untuk Beverly. Tutor itu adalah seorang pelacur kelas atas yang bisa menumbangkan satu negara karena kecantikan dan trik kotornya. Pelacur yang juga pernah menghangati ranjang ayahnya selama beberapa bulan.
"Jadilah anak yang berguna untukku. Aku sudah menghabiskan uangku dengan percuma untuk membuatmu sampai sebesar ini!"
Ini adalah kata-kata terpanjang yang pernah dikatakan ayahnya padanya kala sang ayah mengenalkan Madam Lee pada Beverly.
Kecantikan yang ada pada diri Beverly mampu membuat bunga-bunga iri padanya. Keindahan parasnya bisa menyebabkan ribuan wanita mengutuk kesempurnaan itu.
Ketika Madam Lee melihat Beverly, dia juga merasakan hal yang sama. Dia memandang Beverly dengan tatapan kagum tapi hatinya memaki Beverly yang membuatnya membenci dirinya sendiri yang lahir tidak sesempurna Beverly.
Beverly hanya ingin ayahnya mengakui keberadaannya. Oleh karena itu ia mengikuti apa yang ayahnya katakan. Ia menjadi seorang wanita yang membunuh dengan kecantikan.
Kecantikannya bagaikan racun mematikan, membuat gila dan berakhir dengan kematian. Beverly tak diajarkan bermain pedang, senjata api atau senjata lainnya. Dia hanya diajarkan oleh Madam Lee bagaimana caranya menggunakan mulut untuk membuat seorang pria rela mati untuknya.
Dan pelajaran yang Beverly serap menghasilkan kualitas yang tinggi. Saat usianya 18 tahun. Ia menjalankan misi pertamanya. Menjadi simpanan seorang pengusaha yang merupakan lawan bisnis ayahnya. Setelah mencuri beberapa rahasia dan berkas, Beverly meninggalkan pria itu. Malangnya adalah, pria itu bukan tewas bunuh diri karena kehilangan asetnya tapi karena ditinggalkan oleh Beverly.
Kecantikan memang alat pembunuh yang mematikan dan wanita memanglah racun dunia.
Ketika satu misi selesai. Beverly diberikan misi-misi lainnya. Ia menjadi kekasih, simpanan, pelacur dari beberapa pria dengan profesi berbeda-beda. Dan semua pria itu berakhir dengan ia tinggalkan. Tak akan ada yang baik ketika Beverly meninggalkan pria-pria itu. Jika pria-pria itu tidak mati bunuh diri maka mereka akan mati karena kemiskinan dan rasa malu.
Pengakuan itu belum kunjung Beverly dapatkan meski ia sudah menyelesaikan berbagai misi. Sang ayah masih belum puas dengan apa yang Beverly lakukan dan terus menggunakan Beverly untuk kepentingannya. Namun, meski sudah seperti itu, Beverly tidak pernah lelah untuk mendapatkan pengakuan dari ayahnya. Ia akan berusaha dan terus berusaha agar ayahnya puas dengan apa yang telah ia kerjakan.
"Nona Beverly!" Suara yang sangat Beverly kenali terdengar dari arah belakangnya.
Beverly menolehkan wajahnya, ia tersenyum pada wanita paruh baya yang mendekat padanya.
"Kenapa, Bi?" Wanita itu adalah pelayan yang telah merawat Beverly sejak Beverly dilahirkan. Sudah 24 tahun, dan wanita ini masih menggunakan tangannya untuk memanjakan dan menyayangi Beverly.
"Tuan besar memanggilmu."
Ketika kalimat ini datang maka artinya ada sebuah misi untuknya. Satu minggu lalu misinya telah ia selesaikan, dan sekarang ia mendapatkan misi lagi. Tak apa, selama usaha ayahnya makin maju karena apa yang ia lakukan maka ia tak akan mengeluh sama sekali. Tidak, Beverly tidak pernah mengeluh dalam hidupnya. Ia tahu, mengeluh adalah kebodohan yang kekal.
"Baiklah, Bi." Beverly bangkit dari tempat duduknya. Ia harus menghentikan diri dari memandangi langit cerah pagi ini.
Kaki jenjangnya yang indah melangkah di bebatuan yang merupakan jalan menuju ke bangunan utama rumah. Melewati lorong dan berbelok di ujung lorong, menuruni anak tangga dan melangkah beberapa langkah. Ia sampai di depan dua daun pintu raksasa tempat dimana ayahnya biasa menghabiskan waktu dengan banyak berkas.
Tok,, tok,, tok,,
"Daddy, ini Beverly." Beverly bersuara dari luar. Setelah memberitahu kehadirannya, ia membuka daun pintu dan menutupnya kembali. Sang ayah tengah duduk di kursinya. Melepaskan kacamata baca dan kini menatap Beverly yang tinggal beberapa langkah lagi sampai di depan ayahnya.
"Baca ini." Gilliano memberikan sebuah berkas pada Beverly.
Beverly meraih berkas yang isinya Beverly yakini profil orang yang akan jadi targetnya. Beverly melangkah ke arah sofa, ia duduk di sofa dan membuka berkas itu.
Ketika ia melihat foto pria yang menjadi targetnya. Ia tak bisa mengalihkan pandangannya.
"Dia adalah pemimpin Eagle cartel. Dia pria berbahaya tapi dia sama dengan pria lainnya. Menyukai wanita cantik. Tapi kau harus tahu, jika kau tidak berhati-hati maka kau akan mati. Yang harus kau dapatkan dari pria ini adalah sebuah berkas yang dia gunakan sebagai senjata untuk menghadapi banyak pejabat negara. Berkas itu berisi tentang penggelapan dana dari pengadaan beberapa kapal angkatan perang negara ini."
"Ini adalah misi yang akan membuat keinginanmu tercapai."
Kata-kata ini di dengar oleh Beverly. Ia menutup berkas dan menatap ke manik abu-abu milik ayahnya. Meski tak diinginkan, tidak dipungkiri jika semua yang ada di diri Beverly adalah apa yang ada di diri Gilliano.
"Aku akan mengumumkan kau sebagai putri sulungku setelah kau mendapatkan berkas itu tapi jika kau gagal maka kau lebih baik mati." Kata-kata itu benar-benar tak pantas dikatakan seorang ayah kandung kepada putri kandungnya.
Beverly tidak peduli pada akhir kalimat ayahnya, yang ia dengar hanya bagian depan kalimat itu. Dia hanya butuh pengakuan, sesulit apapun jalan yang akan ia tempuh ini. Ia akan melakukannya. Dan jika dia gagal maka dia memang harus mati. Dia tidak pantas menjadi anak ayahnya karena tidak bisa membantu pekerjaan ayahnya dengan baik.
"Beverly tidak akan mengecewakan Daddy."
"Waktumu cuma 1 bulan."
"Beverly mengerti, Dad."
Pembicaraan ayah dan anak, bukan, lebih tepatnnya tuan dan propertynya telah selesai. Beverly keluar dari ruangan itu.
Seorang pria bersandar di sebelah daun pintu. Kedua tangannya yang bersidekap kini ia turunkan.
"Pria mana lagi yang akan kau layani, pelacur?" Nada sinis itu selalu keluar dari pria itu.
Beverly melihat ke pria yang tak lain adalah adik tirinya, "Pria manapun itu, itu bukan urusanmu." Balas Beverly datar, ia segera melangkah meninggalkan adiknya.
Beverly hanya manusia biasa, dia bisa membenci orang. Dia benci adiknya bukan karena adiknya dicintai oleh ayahnya tapi karena sang adik sama sekali tak pantas disebut sebagai adik. Pria yang berbeda 1 tahun dari Beverly ini pernah mencoba untuk memperkosanya. Bagaimana mungkin ada adik sebinatang adiknya. Meski mereka tak lahir dari satu ibu tapi mereka lahir dari satu ayah. Melakukan hal seperti itu tidak seharusnya dilakukan oleh seorang yang memiliki darah yang sama dengannya.
Sesampainya di kamar, Beverly kembali membaca berkas yang tadi diberikan oleh ayahnya. Semua informasi yang ia butuhkan biasanya selalu berada dalam berkas itu. Ia melihat dimana saja pria yang bernama Oriel Cadeyrn biasa muncul.
Club, satu tempat ini yang mungkin akan membawa Beverly menemui Oriel.