"Kapan kamu pulang ke rumah?" tanyanya, karena aku memilih untuk beberapa hari dulu di Jakarta sebelum pulang ke kota kelahiranku. Kota tempat aku dibesarkan, kota tempat Evna menikah, dan kota yang begitu berlimpah kenangan di hidupku.
"Secepatnya," jawabku.
"Nanti sore papa sama Zahra pulang. Kamu mau sekalian papa belikan tiket? Biar kita bisa bareng?" tawar Papa, terlihat sekali dia sangat bersemangat, namun segera aku tolak.
"Gak usah pa. Yuna masih mau disini dulu." Aku belum siap Pa, aku belum siap jika harus menginjakkan kaki kota itu sekarang. Aku butuh waktu sebentar mempersiapkan diriku. Maafkan aku Pa.
Papa hanya bisa mangut mangut terlihat kecewa sembari diam menyelesaikan makanannya.
"Asha? Kamu pulang juga?" tanya Papa mengalihkan kekecewaanya yang sungguh terlihat dengan bertanya kepada Asha yang dari tadi hanya diam mendengarkan sambil makan.