"Di … vo?" aku memanggilnya terbata.
Divo duduk di sebelahku tanpa aku minta dan menatap ke depan dengan lurus saat aku menatapnya.
"Lo masih inget nama gue Yun? Gue kira lo udah lupain gue sesuai omongan lo lima tahun yang lalu."
JLEB NGE-NA!
Yah, itulah kenyataanya jika ini terjadi di lima tahun silam, jika ia menemuiku sama seperti yang Erno lakukan. Aku sudah pasti akan berpura melupakan namanya. Tapi berbeda dengan sekarang, dengan Yuna yang lima tahun ini mencoba berubah, memperbaiki dirinya.
"Gue... Ehm gue." Aku tidak tahu harus jawab apa. "Lo ngapain di sini gak gabung sama sahabat lo itu?" tanyaku mengalihkan.
"Memangnya lo gak rindu gue?" Ia balik memberikan pertanyaan lain. Aku memilih untuk membisu, tak tahu harus menjawab dan bersikap seperti apa atas pertanyaannya.
"Selama ini lo kemana Yun? Apa lo pergi jauh untuk menghindar dari kita?" tebaknya.