"Kenapa gak kita cariin aja dia suami ma? Bukannya dia bilang akan pulang kalo menikah?" usul Kak Zahra nyambung, padahal sedari tadi ntah apa dia sibuk dengan ponselnya.
"Sudah. Mama udah daftarin dia di ajang acara kontak jodoh."
"APA?!" teriakku tidak percaya, okay aku lebay. Tapi Mama lebih lebay dalam mencarikan jodoh untuk Kak Yuna, bukan begitu cara kerjanya Ma.
Aku melirik Kak Zahra mengusap kupingnya. "Sakit kupingku, bodoh!" ia memukulku.
Dasar orang tua!
"Iya, kontak jodoh. Tapi ketahuan sama dia, padahal Mama udah diam-diam, tau dari mana pula dia? Mana pakai ngancam segala gak akan pulang sebelum batalin ikut itu," jelas Mama.
"Yang benar aja kali ma ma. Kayak Kak Yuna gak laku aja. Jelas lah dia marah. Tila juga gitu kalo mama lakuin itu," ungkapku yang membela Kak Yuna kali ini.
"Habisnya dia sendiri yang minta Mama cariin calon suami, emangnya Mama salah? Salah dia dong!"