Setelah selesai wawancara hati Nara sangat bahagia. Sambil bersenandung Nara berjalan menuju kampusnya, kebetulan kampusnya tidak begitu jauh dari tempat Nara tinggal dan Mini market tadi.
Tiba-tiba cuaca cerah mendadak berubah mendung dan dengan cepat berubah menjadi hujan, orang-orang yang juga ada disekitar mencari tempat berteduh demikian pula dengan Nara 'akhir-akhir ini cuaca sulit diprediksi', batin Nara. Ia pun mencoba merogoh tas mencari payung andalannya yang biasa dipakai, tapi tidak dapat menemukannya.
Nara, " duh...dimana payungnya ya! ", Ia menepuk jidatnya karena baru sadar karena tadi pagi ia mengganti tas yang biasa ia pakai dengan tas barunya. Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan waktunya masuk kelas, Ia pun menerjang hujan yang hampir reda, namun karena hujan semakin deras dan ia takut bajunya akan basah kuyup, maka ia mencoba mencari tempat berteduh, tapi sayang tempat berteduhpun tidak ia temukan. Ketika ia bingung harus berteduh dimana, ia melihat ada seorang yang menggunkan payung berukuran besar, ia pun semangat mendekati orang tersebut dan langsung berteduh disana.
Nara, " maaf, saya numpang ya..soalnya gak ada tempat berteduh ", Nara berbicara tanpa menoleh yang empunya payung karena sibuk mengeringkan rambutnya, sesaat ia menoleh ke samping ia baru melihat yg empunya payung seorang laki-laki berpenampilan berbeda dari mahasiswa kampus. 'duh malunya ternyata laki-laki bukan anak kuliahan lagi, apa mungkin dosen ya..', batin Nara. Dan sepertinya laki-laki ini tidak berniat menyahut permohonan Nara. Laki-laki itu tetap tegak diam seperti patung liberty versi laki-laki membuat Nara tertawa 'ha..ha', sepertinya laki-laki itu sedikit terganggu dengan tawa Nara barusan.
'apa yang ditertawakan gadis bodoh ini, jelas jelas aku tidak suka kenapa dia malah tertawa', batin laki-laki itu tapi tetap pasang wajah dingin tanpa memperhatikan Nara.
Nara tetap bertahan dibawah payung tersebut walaupun yang empunya pasang wajah asem, ketika hujan mulai mereda dan waktu masuk tinggal beberapa menit lagi, Nara menerobos hujan sambil berseru pada laki-laki tersebut, " makasih ya mas atau pak!, tersenyumlah....senyum itu ibadah!", tanpa menghiraukan ekspresi dari laki-laki tersebut ntah seperti apa. 😟
Akhirnya Nara sampai di kelas dengan selamat dan telah disambut oleh sahabat karibnya Susanti Antika Unika, " kehujanan ya kasihan....", sambil menepuk nepuk kasihan punggung Nara dengan lebay.
Nara, " jangan lebay deh antik 😛", Santi langsung emosi karena ia paling tidak suka dipanggil antik, ntah bagaimana orangtuanya memberikan nama tersebut, nama itu pasti selalu menjadi ejekan teman temannya bahkan guru sejak ia TK eh PAUD juga. Nara sengaja memanggil dengan nama itu karena temannya akan terlihat imut dan menggemaskan.
Santi, " jangan mulai ya Nara", ancamnya akan memukul walaupun hanya gertakan saja. Hal ini sudah biasa terjadi.
Nara, " San... gimana dah dapet manekin untuk ujian praktek minggu depan? ".
Santi, " belum ra... aku belum dapet kiriman dari papa jadi belum bisa beli, kamu gimana?"
Nara, " rencananya mau hubungi kak Sandy, katanya kalau mau manekin bekas senior senior yang mau tamat juga bisa, ntar dia mau bantu".
Santi, " kalau gitu aku mau jugalah. hitung hitung tuk penghematan, bagaimana siap kelas ini kita cari kak Sandy, kan hari ini cuma ada kelas ini", Narapun mengaminkan pendapat temannya 😊.