Chereads / Pewaris Dewa Jahat / Chapter 9 - Malam Pertama

Chapter 9 - Malam Pertama

Xia Qingyue tidak bertanya lagi. Gurunya saja dengan asal-usul dan status yang luar biasa yakin bahwa tidak mungkin disembuhkan, maka peluangnya sangat sangat kecil untuk bisa memulihkan nadi Xiao Che.

"Qingyue, saya tahu hasratmu sangat kuat untuk membayar kebaikan yang telah engkau terima karena Xiao Ying telah menyelamatkan hidupmu. Bahkan menunda perjalananmu ke Istana Awan Beku. Tetapi engkau menikahi dia seharusnya sudah cukup untuk membayar utang itu. Ketika kamu balik ke Istana Awan Beku, identitasmu akan terkuak. Meskipun dia akan menderita menerima lebih banyak hinaan, statusnya akan terhormat dengan menjadi suami murid Istana Awan Beku. Setidaknya, dengan statusnya yang terhormat ini, tidak akan ada seorangpun yang berani menyakiti dia di Kota Awan Apung ini." Gurunya berkata untuk menghibur dia.

Xia Qingyue mengangguk perlahan : "Saya berharap demikian."

"Nadi saktinya rusak, dia juga tidak memiliki kekuatan lain. Dia tidak akan bisa meraih prestasi apapun sepanjang hidupnya. Tetapi kamu cantik dan cerdas. Bakat alam yang kamu miliki hanya dilahirkan setiap seratus tahun. Jika tidak, Ketua kami tidak akan membiarkan engkau melanggar aturan dan menikah. Menikahimu adalah keberuntungan terbesar yang dia miliki sepanjang hidupnya. Langkah yang kamu ambil ini sudah cukup adil. Jika ayahnya masih hidup dan cukup pintar, dia pasti membatalkan pernikahan ini… Saya akan segera pergi. Saya akan menjemput kamu bulan depan. Sepanjang waktu ini, saya tidak akan pergi jauh. Jika engkau menemukan masalah yang tidak terpecahkan, tulislah surat untuk mengabari saya.

"Saya mengucapkan selamat jalan Guru."

Wanita berjubah putih itu berbalik. Wajahnya cantik tapi dingin. Dia tidak memakai make up, kulitnya seputih salju dan sehalus giok. Orang akan teringat istilah "kecantikan dari daging es dan tulang giok" serta "wajah salju dan bibir mutiara" untuk menggambarkan kecantikannya. Dia memilki pesona yang membuat orang tidak berani menatapnya. Yang lain akan melihat dia sebagai sosok yang agung dan suci ketika menatap matanya. Dia seperti peri yang terbang ke nirvana, tidak terjangkau oleh manusia.

Aula utama Klan Xiao penuh dengan tamu.

"Paman Ketujuh Liu, silahkan minum." Xiao Che dengan hormat memberikan secangkir arak kepada orang tua di depannya.

Orang yang dipanggil Paman Ketujuh Liu berdiri dan tertawa. Dia mengangkat cangkirnya dan mengeringkan isinya. Dia berkata sambil tertawa : "Keponakanku, saya adalah teman baik ayahmu, sekarang melihat kamu memiliki keluarga sendiri dan menikah dengan wanita yang baik, hatiku sangat bahagia."

"Terima kasih Paman Ketujuh Liu."

"Tetua Pertama, silahkan minum."

Tetua Pertama Klan Xiao, Xiao Li mengambil cangkir dan meneguk seluruh isinya. Dia membanting dengan keras cangkir arak diatas meja. Sepanjang peristiwa ini, hidungnya mengeluarkan bunyi "hhmm". Dia tidak mengatakan apapun dan tidak memandang mata Xiao Che. Dengan sikapnya, meminum secangkir arak Xiao Che sudah menunjukkan rasa hormat yang luar biasa.

Xiao Che tidak berbicara dan melangkah ke meja berikutnya. Baru saja dia berjalan dua langkah, Xiao Li meludah ke lantai dan berkata dengan dingin : "bunga yang indah kenapa diletakkan di kotoran. Baaah!"

Ekspresi Xiao Che tetap tidak berubah. Dia tetap melangkah tanpa henti seolah-olah dia tidak mendengar apa yang dikatakan Xiao Li. Hanya jika seseorang mendekat dan memperhatikan matanya, terpancar keteguhan dan cahaya dingin.

Dia datang ke Tetua Kedua, Xiao Bo. Xiao Che segera membungkuk hormat : "Tetua Kedua, Xiao Che mempersembahkan secangkir arak."

Xiao Bo tidak menatap Xiao Che tetapi berkata : "Yang sayang, bantu saya meminumnya."

"Ya, Kakek." Xia Yang berkata tanpa ragu. Dia mengambil cangkir pemberian Xiao Che dan meminum seluruhnya.

Secangkir anggur yang dipersembahkan untuk Tetua tetapi diminum oleh cucunya sungguh sangat tercela. Ini menunjukkan penghinaan dimuka umum. Setelah meminumnya, Xiao Yang meletakkan cangkir dan kembali duduk di kursinya, matanya penuh dengan hinaan dan cemooh.

Xiao Che tidak mengatakan apapun juga. Dia hanya mengangguk dan berjalan ke meja berikutnya. Seperti sebelumnya, baru saja dua langkah, terdengar suara : "Hmmh, sampah tetap sampah. Meskipun sampah mendaki Klan Xia, itu tetap sampah. Xiao Lie, bajingan tua apakah benar-benar bergantung pada cucu mantunya? Baaah!"

Suaranya penuh dengan hinaan, sindiran tajam dan tentu saja iri hati. Dia sangat berharap Xia Qingyue bisa menikah dengan cucunya Xiao Yang, tetapi kini mimpinya hancur.

Xiao Che berlalu seolah tidak mendengar, dia terus berjalan sambil tersenyum.

Xiao Che menyelesaikan acara persembahan araknya dan mengantar tamu pulang. Malam yang panjang, perjamuan telah usai. Selama acara berlangsung, orang-orang yang memberikan selamat secara tulus bisa dihitung dengan jari. Banyak orang yang tampaknya sopan terhadapnya tetapi pandangan mata mereka penuh hinaan, cemooh, marah dan iri. Yang lain berpikir dia tidak berguna dan sampah.

Nadinya rusak jadi dia tidak bisa mencapai prestasi besar sepanjang hidupnya. Jadi mereka tidak perlu berteman atau sopan kepadanya. Mereka tidak peduli jika mereka menyakiti dia karena meskipun dia disakiti, Xiao Che tidak bisa melakukan perlawanan apapun. Dihadapan sampah seperti ini mereka menjadi jahat dan tidak peduli, mereka menampilkan kekuatan mereka. Ada perasaan kuat jika mereka menatap orang yang tidak berguna dan jauh lebih lemah dari mereka.

Ini adalah realitas jelek manusia.

"Beristirahatlah lebih dulu." Xiao Lie menepuk bahu Xiao Che sambil tersenyum.

Xiao Che tidak tahu apa yang ada dibalik senyum Kakeknya.

Sejak Xiao Lie semakin tua, sifatnya semakin sabar. Saat dia muda, dia seperti lilin yang mudah disulut. Jika seseorang membuat dia marah, dia akan membuat orang itu 10 kali lebih marah, tidak ada yang berani menggangu dia. Xiao Che tahu bahwa sifat Kakeknya bukan karena dia bertambah tua tetapi karena dirinya.

Untuk melindungi cucunya yang tidak berguna, dia menjadi baik dan lembut. Sekalipun mereka menghina dia, sepanjang tidak membunuhnya, dia akan berusaha menahan diri semampunya. Langkah ini dia ambil, supaya musuhnya tidak datang membalas dendam kepada cucunya sesudah dia mati.

Sebagai orang terkuat di Kota Awan Apung, Tetua Kelima yang sebelumnya ditakuti orang, sekarang tidak ditakuti dan dihormati lagi oleh Tetua yang lain. Ini juga mulai terlihat pada generasi muda.

Menatap punggung Xiao Lie, bayangan dari wajah-wajah orang yang menghina dan mencelanya muncul di pikiran Xiao Che. Xiao Che mengepalkan tinjunya. Matanya tajam dan memancarkan cahaya dingin seperti pisau. Sesudah itu, mulutnya terbuka dan menunjukkan senyum yang bisa membuat orang merinding.

Xiao Che sesungguhnya seorang pendendam. Dia menyimpan dendam selama 6 tahun di Benua Awan Biru, hatinya sangat benci jika mengingat semua itu. Dia mengingat setiap orang yang baik kepadanya juga mengingat semua orang yang jahat kepadanya. Dia menyimpan semua itu didalam hatinya… jika tiba waktunya, dia akan membalas semuanya sampai yang terkecil sekalipun.

"Kalian.. akan menyesal…."

Suara parau keluar dari mulut Xiao Che seperti kutukan setan.

Sejak dewa memberikan saya kesempatan untuk menjadi orang lain, bagaimana mungkin saya membiarkan Kakek dan saya menderita hinaan seperti ini.

Kembali ke rumahnya, bulan terlihat jelas di langit. Xiao Che berjalan ke ujung halamannya dan meregangkan tangan kirinya. Tiba-tiba pancaran air keluar dari telapak tangannya.

Sepanjang acara pernikahan dia tidak bisa menghindari minum banyak arak. Akhirnya dia minum sangat banyak sehingga terlihat sepertinya dia sudah tidak mampu berdiri lagi. Padahal dia sangat sadar. Hal ini bukan karena dia punya kemampuan minum yang hebat tetapi karena Mutiara Racun Langit. Semua arak yang dia minum, dia pindahkan ke Mutiara Racun Langit. Sejak Mutiara itu menjadi satu dengan tubuhnya, dia bisa mengontrolnya seolah-olah itu adalah bagian tubuhnya.

Suara mendesir air tedengar cukup lama sampai seluruh arak yang tersimpan di Mutiara Racun Langit dikeluarkan semua. Xiao Che mengangkat tangan kirinya dan membasahi wajahnya dengan arak sisa, setelah itu ia menahan nafas sampai wajahnya menjadi merah. Ia tersenyum nakal. Berpura-pura tersandung, dia mendorong pintu kamarnya sampai terbuka lebar, kemudian dia berjalan terhuyung-huyung memasuki kamar, seperti orang mabuk.

Pintu terbuka dan bau arak tercium bersama dengan masuknya Xiao Che ke dalam kamar. Dia mengangkat kepalanya dan memandang Xia Qingyue. Xia Qingyue duduk di tempat tidur dengan mata yang terpejam. Dia sangat tenang.

Mata Xiao Che berbinar dan dia berjalan menuju Xia Qingyue : " Hehehehe, isteriku.. saya telah membuat kamu menunggu sangat lama.. ayo.. sekarang kita dapat menggunakan kamar pengantin.

Xia Qingyue tiba-tiba membuka matanya dan dengan santai melambaikan tangan kanannya.

Kekuatan dingin yang tidak tertahankan tiba-tiba menyapu Xiao Che dan mendorong dia keluar dari pintu. Xiao Che jatuh kebelakang dan menabrak meja batu di halamannya.

Xiao Che kesakitan dan memegang pantatnya. Dia menggunakan seluruh tenaganya untuk bangun dan dengan marah berteriak : "Sialan! Saya hanya bercanda. Seharusnya kamu jangan sekejam itu. Saya begitu lemah dan kamu memukul saya sangat kuat.. orang lain mungkin berpikir kamu berencana membunuh suamimu."

Pintu terbanting.

Xiao Che mendorong tetapi pintu kamar tertutup rapat.

Xiao Che sangat tertekan… wanita ini, jangankan digoda, melakukan hal lucu saja dianggap serius. Dapatkan saya hidup bahagia bersamanya?

"Saya benar-benar hanya bercanda.. disamping itu saya hanya level satu tingkat dasar. Bahkan jika saya ingin melakukan sesuatu kepadamu, hal ini adalah tidak mungkin.

Xia Qingyue tidak menanggapi.

Xiao Che berdiri di depan pintu cukup lama tetapi pintu tidak menunjukkan tanda akan dibuka. Tempat tinggal Xiao Che hanya memiliki satu rumah. Tidak ada rumah lain. Jika ini hari biasa dia akan menyelinap ke rumah bibi kecilnya dan tidur disana. Tapi malam ini adalah malam pernikahannya, jadi tidak mungkin baginya untuk tidur ditempat lain.

Angin malam yang dingin bertiup, Xiao Che menggigil, dia kemudian meringkuk. Dia mengetuk pintu lagi dan dengan lemah berkata : "Hei.. kamu tidak akan membiarkan saya tidur diluar, bukan? Kamu seharusnya tahu banyak orang di Klan Xiao yang menginginkan dirimu. Mereka sangat marah karena malam ini adalah malam pengantin kita. Mereka yakin bahwa orang berbakat sepertimu, tidak akan membiarkan saya menyentuh kamu walaupun kita telah menikah. Jadi mereka lagi menanti sesuatu terjadi supaya bisa menghina saya. Jika mereka datang dan melihat saya terkunci diluar, saya selamanya akan menjadi bahan ejekan.

"Tidak peduli apapun, saya tetap suamimu. Apakah kamu benar-benar akan membiarkan mereka menertawakan saya?"

Ruangan itu sangat tenang. Saat Xiao Che berpikir untuk menendang pintu, pintu yang tertutup akhirnya perlahan mulai terbuka.

Xiao Che berlari dengan cepat dan segera menutup pintu "bang."

Xia Qingyue tetap berada di atas tempat tidur seperti sebelumnya. Walaupun dia hanya duduk di tempat tidur, dia terlihat sangat elegan. Matanya terbuka, menatap Xiao Che dan berkata : "Kamu tidak diizinkan untuk berada kurang dari lima langkah dari saya."

"... jadi dimana saya akan tidur?" Xiao Che memegang dagunya. Ruangan ini kecil, hanya memiliki satu tempat tidur, meja baca, meja makan dan 2 lemari. Jika seseorang berjalan dari timur ke barat melintasi kamar ini, jaraknya hanya sekitar 7 atau 8 langkah.

"Kamu tidur di tempat tidur." Xia Qingyue berdiri dari tempat tidur.

"Tidak usah!" Xiao Che dengan tegas menolak dan duduk disudut jauh dari Xia Qingyue dan menutup matanya. Meskipun Xia Qingyue seratus kali lebih kuat dari dirinya, kehormatannya sebagai laki-laki menolak membiarkan seorang gadis tidur ditempat lain selain di tempat tidur.