Semua murid berkumpul di lapangan depan tenda tidak jauh dari tempat pembakaran api unggun, mereka duduk berhamburan karena lelah. mereka semua baru saja mendaki bukit yang lumayan tinggi lalu turun lagi.
" huaa.... gue capek " rengek Dina tangannya mengurut betisnya
" Astagfirullah Madina, lo mengeluh sepanjang jalan, gak capek apa? " ucap Amy sambil membuka tutup botolnya " dan namanya camping pasti capek
" makanya gue gak suka camping " lirih Dina
". tempelin di betis lo berdua " Adam ketua kelas mereka menyerahkan koyo " sabar Neng, tinggal hari ini doang pulang dari sini lo bisa tidur sepuas lo. "
" pokoknya pulang nanti gue gak mau pake bus, bisa jadi DuRen laki gue " ucap Dina, Liam yang memang jarang pisah dari mereka mendorong pelan kepala Dina.
" Sharukh khan amit amit punya bini lo " cibirnya Dina mendengus.
" dih... yang jomblo sirik " Dina menendang pelan kaki Liam kesal
" mending gue jomblo, lo halu " balas Liam.
" aku nikahin juga kalian " ucap Amy yang bosan melihat mereka bertengkar
" jangan sampai " ucap Liam " cewek inceran gue mau dikemanain "
*
Arsyad mendekati Ibra dan menyerahkan sebotol air mineral.
" Thanks " ucap Ibra meraih botol itu sementara tangan lainnya mengibask ngibaskan keringat dari rambutnya
" dimana Lintang " Arsyad membuka botol miliknya dan duduk di samping Ibra
" Ipa 3, cemcemannya kan di sana " jawab Ibra, Arsyad hanya beroh. " lo tadi malam kemana? "
" hah? "
" tadi lo keluar dari tendakan? " Ibra melihat Arsyad.
" cari angin " jawab Arsyad dia menyiramkan air ke kepalanya " saya tidak bisa tidur "
" oh " ucap Ibra dia berdiri " gangguin Lintang dulu gue, ikut gak lo? "
Arsyad tidak menjawabnya dia hanya mengekor pada Ibra.
Benar saja Lintang sudah bergabung dengan anak IPA3, di sana ada Dina, Amy dan Liam.
" jadi kalian yang dimaksud pak Banu murid kurang ajar itu? " Lintang tertawa, Amy mendengus
" ulah mereka berdua " tunjuknya pada Dina dan Liam
" yee... lo kan geng kami juga Mi. " Liam memperbaiki posisi duduknya.
" wih... bahas apaan nih, nimbrung dong " Ibra dengan kurang ajarnya mendorong Lintang dan duduk di tempat cowok itu
" apa sih lo, tempat gue "
" pelit amat jadi orang " cibir Ibra.
Arsyad tidak mengatakan apa apa dia hanya langsung duduk di antara Lintamg dan Dina yang memang memiliki jarak agak berjauhan. Dia diam melihat kedua temannya, Ibra yang suka berulah dan Lintang yang tidak suka di ganggu.
" eh tapi Risa mana? " tanya Lintang
" cieee... yang nyariin " Ibra mencolek dagu Lintang membuat cowok itu menepis kasar tangan Ibra
" dih... gue hanya heran, biasanya dia tidak pernah jauh dari lo Ar "
Arsyad hanya mengedikkan bahunya dia memilih fokus ke hpnya.
" gue do'ain lo jadi sama Risa " goda Ibra, Lintang dengan kesal menendang kaki Ibra kasar
" amit-amit.... siapa juga mau sama ratu ular itu "
" jangan bicara begitu. biasanya ya apa yang lo tidak suka itu, itu yang bakal lo punya " ucap Dina, Ibra menjetikkan jarinya setuju dan langsung tertawa.
" Ar, bantuin napa? dasar penjual es batu " cibir Lintang. Arsyad meliriknya dan kembali fokus ke hpnya.
Tanpa di perhatikan siapapun, Dina melirik ke arah Arsyad yang memang tidak bersuara dia lumayan penasaran dengan apa yang dilihat Arsyad sampai fokus begitu. Merasa di perhatikan Arsyad melirik Dina dengan ekor matanya dan lagi lagi gadis itu memerah malu karena tertangkap basah memperhatikan Arsyad.
" woi... IPA 3 suruh kumpul noh " ucap Liam melihat si ketua kelas melambai ke arahnya " bisa jalan gak lo? " tanya Liam pada Dina, gadis itu cengir
" gak usah manja, sharukh khan lo gak ada disini " ucap Liam, Dina mencibir sambil berusaha berdiri.
" lo bakal gue laporin ke suami gue "
Liam meliriknya dengan tatapan mengejek " lama lama lo kayak artis Halu itu."
" bodo amat " ucap Dina berlari kecil mengejar Amy yang meninggalkan mereka. "Mamy tunggu "
*****
Dina mendumel kecil karena mendapat tugas mencari kayu bakar yang tidak jauh dari tempat mereka, yang membuatnya makin kesal karena harus pergi sendirian.
" dasar nenek lampir, dih...kalau nyuruh orang itu mikir juga, kumpul kayu kan tugas cowok " Dina menendang pelan ranting pohon " Mama... Adek capek, mau pulang " keluhnya. " dasar Siska nenek lampir "
Dina berjalan terus masuk ke dalam hutan sambil membawa parang kecil di tangannya
" akh... " ringisnya karena kakinya tersandung kayu " Ya allah begini banget nasib gue. " Dina memungut beberapa ranting kecil yang dia lewati " coba saja suruh Amy nemenin "
*
" SIAPA YANG NYURUH DINA KE.HUTAN SENDIRIAN? PUNYA OTAK GAK SIH? " marah Adam pada teman sekelasnya " LO SEMUA TAU KALAU ANAK ITU FISIKNYA LEMAH BAGAIMANA BISA NYURUH KE HUTAN " Adam mengacak rambutnya, sudah malam tapi Dina belum pulang sedangkan Amy menangis dia tidak tau kalau Dina ke hutan sendirian.
" kenapa ini? " Lintang yang notabenya mantan ketua osis mendekat
" Dina masuk ke hutan, belum pulang " tangis Amy
" Hah? " kaget mereka
" kenapa dia ke hutan? " Arsyad bertanya " dengan siapa? "
" sendirian " isak Amy " saya tidak tau dia disuruh kesana, tadi saya tugas nyuci "
" Ar kemana lo? " tanya Ibra, Arsyad tidak menjawab tapi baru beberapa langkah dia kembali ke Amy
" jangan kasih tau Mama Adela dulu " ucapnya dan berlari pergi, meski terisak Amy juga mengkerutkan keningnya,
Mama Adela? mereka saling kenal?
Amy menggelengkan kepalanya dia tidak harus memikirkan itu.
Arsyad berjalan ke dalam hutan dibelakangnya Ibra menyusul bersama Lintang, mereka mengkerutkan keningnya Arsyad terlihat cemas begitu karena biasanya dia memasang tampang datar.
Mereka berteriak memanggil Dina tapi tidak ada respon, bahkan jumlah mereka sudah bertambah
" Madina... " seru mereka
" kajol KW... jangan main main lo... " Liam berjalan mengikuti mereka. " Dina... woi Madina! "
" mungkin dia makin masuk ke dalam " cetuk Ibra.
" anak itu penakut mana mau dia jauh jauh " ucap Liam " semoga tidak hujan saja "
" lo kenal dia banget " saut Lintang " MADINA... "
" kami bertiga sudah sekelas dari kelas lima, anehlah kalau gue tida- "
" Ssttt... " Arsyad menghentikan langkahnya karena mendengar sesuatu, dia mengacak rambutnya " harusnya Andry disini " gumamnya, Ibra melirik Arsyad menggumamkan nama itu.
" huaa... gue mau pulang mana banyak nyamuk...., ".
Mereka saling pandang mendengar omelan itu.
" Dina? " panggil Arsyad
" Aa?' .." mereka menghela nafas sepertinya mereka menemukan asal suaranya.
Dina memeluk lututnya sendiri di bawah pohon, kakinya ada bekas darah banyak ranting yang ia kumpulkan, gadis itu terlihat berantakan begitu dia di temukan.
" bisa jalan? " tanya Arsyad menyentuh kaki Dina memeriksanya, hanya goresan beruntungnya dia pakai jeans.
Dina menggigit bibir bawahnya menahan air matanya agar tidak jatuh, dia pikir dia tidak akan di temukan.
" mau pulang.... " lirihnya
Dina kembali ke lokasi perkemahan dengan di gendong punggung Arsyad, tadi Lintang menawari tapi dia tidak mau.
" Amy... "
Amy menoleh dia menangis melihat Dina dengan pelan Arsyad menurunkannya, begitu dalam pelukan Amy barulah dia menangis mengatakan kalau dia ketakutan.
*******
Besoknya Dina benar benar dijemput asisten Arsyad tentunya dengan mobil orang tua Dina jadinya tidak ada yang akan curiga, Arsyad sendiri pulang dengan bus.
" dek " Panggil Arsyad sambil membuka pintu kamar mereka, di dalam kamar Dina sudah berbaring di atas kasur. " hei "
" hm.. " gumam Dina ketika Arsyad menepuk pipiny Pelan " capek Ma... " rengeknya.
" bangun dulu " ucap Arsyad, Dina membalikkan badannya malas.
Arsyad menghela nafas dia memperbaiki posisi Dina dia melingkarkan tangan Dina dilehernya dan membangunkannya.
" ada Mama di bawah " bisik Arsyad
" hm? " Dina menyandarkan kepalanya nyaman di bahu Arsyad matanya masih tertutup.
" dek... " Arsyad menjauhkan kepala Dina dia menangkup wajah Dina " saya cium kalau kamu tidak bangun "
Spontan Dina membuka matanya, Arsyad menahan senyumnya melihat wajah agak merah Dina.
" Ada Mama dibawah bareng bunda " beritau Arsyad
Dina tidak menyaut dia hanya menganggukkan kepalanya pelan
" Mama di bawah? " Arsyad mengangguk.
" Hati hati " tegur Arsyad melihat Dina yang berlari keluar.
Adela dan Dian tertawa melihat Dina yang berlari dari atas. Dina langsung memeluk Mamanya
" Ma... adek kangen " ucapnya dia terisak maklum saja dia belum pernah pisah lama dengan orang tuanya.
" ya ampun dek... kenapa nangis? tidak malu sama mertua kamu? " Madina menggeleng.
Arsyad yang berjalan di belakang Dina dia duduk di single sofa sedangkan Dina duduk diantara Mama Papanya sambil bergelayut manja.
" Ar, anak ini manja sekali jadi kamu harap maklum ya " ucap Dareen Papa Dina, Arsyad hanya tersenyum tipis " maklum dia satu satunya "
" adek gak manja ya pa " protes Dina " hanya memanfaatkan keadaan "
" kamu ini " Adela menjewer pelan telinganya " jadi kamu sudah bilang sama suami kamu? "
" hah? " tanya Dina, Arsyad langsung melihat ke arah mereka.
" kamu belum bilang? "
" bilang apa? " tanya Dina dia mengkerutkan keningnya
" rencana kamu setelah lulus sekolah " ucap Adela, Dina menegakkan tubuhnya dia melirik Arsyad kemudian menggeleng.
" ada apa? " tanya Arsyad, Dina meliriknya
" nanti saja. " kata Dina dia memainkan tangannya.
Setelah makan malam dan setelah orang tuanya pulang Dina kembali ke kamarnya.
" Dek " Arsyad mendekatinya yang sedang duduk di meja belakar.
" hm? " Dina mendongak, Arsyad mengambil kursi dan duduk di samping Dina. " kenapa A'? "
" yang dibilang Mama tadi " ucap Arsyad, Dina menatapnya kemudian menghela nafas panjang.
" Sebenarnya... adek berencana ke paris lulus nanti " ucap Dina dia menundukkan kepalanya tangannya memainkan kuku jarinya " kalau di izinkan " cicitnya
Arsyad menatapnya lama kemudian menumpukan tangannya dia tumpukan di kepala Dina.
" dengar " bisik Arsyad karena dia mendekatkan jarak mereka " bukankah saya sudah bilang kalau saya tidak akan pernah menghalangi pendidikan kamu selama kamu tidak lupa dengan kewajiban kamu sebagai istri "
" jadi adek bisa kesana? " tanya Dina senyumnya merekah, Arsyad menganggukkan kepalanya. " Kyaa... Makasih A' "
Dina yang kesenangan tanpa sadar melemparkan dirinya ke dalam pelukan Arsyad, pemuda itu hanya bergumam menyauti Dina.
******
tobecontinued