Chapter 3 - 3

" AMYYYYYY..... " Dina menghambur memeluk Amy yang sudah seperti berpuluh puluh tahun tidak bertemu padahal baru tiga hari " gue kangen loo.. "

Amy memutar bola mata jengah dengan sikap berlebihan Dina membuat mereka jadi pusat perhatian

" Astagfirullah, Di. gak malu apa? kita diliat semua orang " ucap Amy. Liam yang sudah menjadi sahabat mereka menarik leher baju Dina

" manusia tidak punya malu satu ini " ucapnya, Dina menepuk lengannya sebelum cengir kuda " lo baru tiga hari tidak sekolah jangan berlebihan "

" kokoh lo gak kangen gue? "

" nama gue Liam bukan kokoh " ucap Liam kesal, Dina tertawa lebar

" lo kan kokoh kokoh, koh "

Liam berdecak, dia memang tidak suka dipanggil sebutan itu, Dina mencolek lengannya

" dih ngambek anak perjaka " ledeknya, Liam berbalik mencubit pipi Dina, Amy hanya menggeleng pelan

" akhh... sakit, Liam. " ringis Dina saat Liam melepaskan tangannya " gue lapor suami gue baru tau rasa lo "

" gak usah Halu " ucap Liam " gak ada yang mau sama cewek resek kek lo "

" sudah sudah " Amy menengahi mereka " Liam bantuin yang lainnya gih masukin perlengkapan ke mobil "perintah Amy yang memang wakil ketua kelasnya " anak ini biar gue yang pawangin "

" siap Umi bos " ucap Liam berjalan pergi sedangkan Dina mendengus.

*

" liat apaan sih lo? " Ibra menepuk bahu Lintang yang menatap ke arah kelas lain

Ibra mengikuti arah pandang Lintang begitupun dengan Arsyad yang ada di sampingnya. Mereka melihat ke arah Dina yang sepertinya menjaili teman sekelasnya

" kenapa gak dari dulu gue kalau anak dia menggemaskan " lirih Lintang masih serius menatap Dina yang meringis karena pipinya di cubit.

Arsyad melihat itu dengan tatapan datar tanpa ekspresinya. Arsyad mendengus kecil, entah kenapa dia tidak suka mendengar istri pendeknya di puji laki laki lain.

Merasa di perhatikan Dina melihat ke arah mereka, melihat itu Lintang melambai kecil ke arahnya. Dina hanya mengangguk sopan dan kembali ke rutinitasnya.

" manisnya "

" ck... sok cantik banget " Tiga cowok itu menoleh dan mendapati Risa bersedakap dada melihat ke arah Dina juga

" dih bilang aja lo iri, iya kan? " tuding Lintang, Risa mendengus kesal

" gue iri? hellooo.... dilihat dari segimanapun gue jauh lebih baik dari cewek kekanakan itu " Lintang ikut bersedekap

" gak punya kaca ya buk? lo lebih baik dari mana? " Lintang menyeringai mengejek membuat Risa kesal " apa kesal? "

" sudah, kenapa kalian ini? " ucap Viola menegahi.

" Ar... " rengek Risa tapi Arsyad hanya diam membiarkan.

Karena bus hanya ada beberapa buah saja jadi dua kelas satu bus, IPA 1 dan IPA 3, IPA 2 dan IPA 4, IPA 5 dan IPS 5, IPS 1 dan IPS 3 terakhir IPS 2 dan IPS 4.

" lo berdua pengkhianat " sungut Liam dan Amy yang mengambil kursi yang sama, dia melihat ke arah temannya yang lain semuanya sudah berdampingan

" berdiri aja kali Di. " ucap Liam mengejek, Dina mendengus dia mengedarkan pandangannya dan mendapati bangku kosong.

" misi... gue boleh duduk disin- A'? " kaget Dina

Arsyad yang memandang keluar jendela menoleh dan mendapati Dina. Dia melihat isi bus semua sudah terisi. Dia mengambil tasnya dan mempersilahkan Dina duduk di sebelahnya. Setelah duduk dia melihat ke bangku Amy dan mendengus ke arahnya Liam bertukar tempat dengan salah satu teman perempuannya karena mereka tau Amy tidak berdekatan dengan cowok.

" pipi kamu merah, dek " ucap Arsyad, Dina langsung menatap ke arahnya sambil memegang pipinya.

" gara gara si kokoh kokoh ini " rutuknya " cubit pake tenaga " kesalnya.

Arsyad mengambil kompres di sakunya dan menyerahkannya ke Dina, kelas IPA 1 yang melihat Arsyad melongo pasalnya cowok itu menghindari berinteraksi dengan perempuan dan sekarang dia malah mengizinkan Dina duduk di sampingnya bahkan memberikan kompres ke Dina. Risa melihat itu menatap Dina tajam

" cewek gatel " kesalnya.

Setelah menempuh perjalanan lumayan lama mereka akhirnya tiba di tempat perkempingan, Dina memegang kepalanya karena dia memang tidak bisa naik bus dia tidak terbiasa.

" Di, kamu tidak apa? " tanya Amy yang menghampirinya

" mabok gue " ucap Dina merengek, Amy menghela nafas dia tau Dina memang tidak bisa naik kendaraan umum.

" pake minyak kayu putih " ucap Arsyad dia belum meninggalkan bangkunya karena Dina belum pindah dari sana.

" gak bawa " jawab Dina.

" Ada yang bawa minyak kayu putih? " tanya Arsyad pada teman temamnya yang masih di mobil

" Ar, gue ada " cewek berkacamata mendekati mereka " untung lo gak sampe muntah " ucapnya menyerahkan Minyak itu ke Dina

" terimah kasih. "

Arsyad turun lebih dulu karena tidak memungkinkan dia berdiam diri di sana mengurusi Dina sedangkan tidak ada yang tau status mereka.

Setelah merasa enakan Dina baru turun dari bus. Karena masih merasa sedikit sakit kepala Dina di antarkan ke tenda kesehatan, dia sendirian karena Amy membantu teman sekelasnya.

" Adek " Dina membuka matanya dan mendapati Arsyad, dia mengedarkan pandangannya hanya ada mereka " sudah enakan? "

" masih pusing, A' " ucapnya " ck... ini kenapa aku tidak suka kemping " Sungutnya

" kamu sudah makan? pagi tadi kamu tidak sarapan juga " ucap Arsyad dia menyentuh kening Dina, gadis itu menggelengkan kepalanya. " kamu makan ini dulu "

" Aa' dapat ini dari mana? " tanya Dina membuka bungkusan gado gado yang diberikan Arsyad.

" lokasi perkempingan bukan di hutan, tidak jauh dari lokasi kemping ada perkampungan warga. " jelas Arsyad, dia mengusap bekas kacang di mulut Dina " pelan pelan, Dek "

" pulang nanti adek tidak mau naik bus " ucap Dina

" aku akan telfon Dimas untuk menjemput kamu nanti "

" Dimas? " bingung Dina, Arsyad mengangguk

" Asisten saya " jawab Arsyad.

*****

Malamnya, Dina sudah baik baik saja jadi dia bergabung dengan teman temamnya yang sudah berkumpul di depan api unggun menghangatkan badannya. Karena SMA Tunas Bangsa memiliki penilaian ketat jadi tidak begitu banyak siswa yang bisa masuk di sana, Dina pun demkian sebenarnya dia juga sulit masuk disana mengingat otaknya yang tidak cerdas cerdas amat beruntungnya dia punya orangtua yang beruang, hehehe... anggaplah dia lewat jendela.

" Hai " sapa Lintang dia duduk di samping Dina

" hai " sapa Dina balik dia menggeser duduk Amy melihat itu Lintang juga makin mendekat " Maaf banget, bisa lo duduknya jauhan dikit? Amy sudah mau jatuh "

Lintang tersenyum, mata Dina melihat ke belakang dimana ada beberapa teman Lintang salah satunya Arsyad.

Arsyad menjauhkan dirinya saat Risa hendak merangkul lengannya gadis itu berdecak.

" anu... kita pernah ketemu? " Ibra salah satu teman Lintang bertanya pada Amy dia merasa tidak asing dengan gadis itu. Amy menggelengkan kepalanya tidak tau. " serius? lo gak asing "

" karena saya bukan bule jadi saya bukan orang asing " jawab Amy membuat mereka tertawa, Ibra mendengus.

" lo berdua di sini? ya tuhann... di cariin juga " Liam yang muncul entah dari mana mendekati mereka.

" kenapa? " tanya Dina, Liam meraih kayu gelondongan dan duduk

" kalian yang cuci piring nanti, sebelum diomelin ketua " beritau Liam

" oke " jawab Amy, Dina protes.

" lo Lintang kan? ketua osis pas SMP? " tanya Liam

" ya, dan baru saja gue melepas jabatan itu " kikik Lintang dia menarik tangan Risa " dia wakil gue "

" lo pikir lo siapa narik narik gue? kalau gue sampe jatuh ke api bagaimana? lo punya tidak hah? " marah Risa

" berisik tau gak lo " kesal Lintang " lagian ya... syukurlah kalo lo sampai jatuh ke Api biar narsis lo hilang "

Risa berdiri menendang kaki Lintang keras membuat cowok itu meringis.

" Ar, urus noh pacar lo "

" dia bukan pacar saya " jawab Arsyad matanya melihat tepat ke Dina yang spontan langsung melihat ke arahnya.

" Ar lo mah begitu " Risa lagi lagi hendak menggandeng Arsyad tapi lagi lagi cowok itu menghindar.

" jaga sikap kamu " ucap Arsyad dingin

" kalo lo begitu terus kapan lo punya pacar? yang ada cewek kabur semua " ledek Ibra, Arsyad meliriknya dia meraih hp yang berdering di sakunya

" saya punya pacar, lusa kemarin resmi "

Mereka melongo baru saja mereka akan bertanya Arsyad sudah berlalu untuk menjawab telefon.

Arsyad melihat jam di hpnya sudah hampir jam dua pagi dan dia sama sekali tidak bisa tidur terlebih suasananya sangat dingin, dia memilih keluar tenda ketimbang dia gelisah sendiri.

Arsyad menyipitkan matanya saat melihat seorang gadis duduk sendirian di depan tenda berharap yang ada di pikirannya salah. Dia makin melangkah mendekat dia menghela nafas.

" kenapa belum tidur " tanyanya

" Hua-mpp " Arsyad menutup mulut Dina dengan tangannya " Aa' ngagetin aja " ucap Dina dia mengusap dadanya " adek pikir hantu "

Arsyad mengambil posisi duduk di samping Dina dia menyampirkan jaket ke Dina karena melihat gadis itu hanya memakai sweater tipis.

" kenapa tidak tidur? "

" tidak bisa tidur " ucap Dina " Aa'? "

" saya memang susah tidur di tempat baru " jawab Arsyad.

Mereka berdua terdiam menikmati angin malam yang tidak menyehatkan dan malah akan membuat mereka masuk angin.

" dingin " gumam Dina

" kamu masuk tenda disini dingin "

" tapo a' " lirih Dina, Arsyad menggeeleng dia berdiri dan membantu Dina berdiri

" saya juga akan kembali ke tenda " beritau Arsyad dia membantu memakaikan jaket ke Dina. " masuk gih *

Dina cemberut tapi menurut juga, dia melirik Arsyad yang masih berdiri di sana

" A' "

" hm? "

Dina memainkan jarinya sambil menundukkan kepalanya, Arsyad tersenyum sambil melihat keadaan sekitar.

" eh? " kaget Dina saat Arsyad menarik tengkuknya dan mendaratkan ciuman di kening.

Dina menutup wajahnya yang memerah menahan malu. dia merasa seperti anak SD yang baru belajar pacaran.

" masuk ke tenda gih, dek " bisik Arsyad " Assalamu'alaikum "

" wa'alaikum salam "

********

tobecontinued