Pagi yang cerah dengan semangatnya, aku pun membawanya ke toko obat ku yang ada di kota Ming. Sesampainya di sana, aku pun memperkenalkannya kepada Wei Ying, yang merupakan sahabat sekaligus penjaga toko obat ku selama aku tidak ada.
"Pagi Xuan Yuan." sapa Wei Ying.
"Pagi Xiao Ying." sapa Xue Xuan Yuan balik.
"Wah, kamu membawa pacar kamu ke sini ya? Ehem, ehem…" goda Wei Ying.
"Apaan sih kamu ini…" Xue Xuan Yuan tersipu malu.
"Ini itu pegawai baru kita. Namanya Er Kang. Nanti dia yang akan membantu mu di sini. Biar kamu tidak capek-capek banget loh Wei Ying." kata Xue Xuan Yuan. "Lalu Er Kang, ini sahabat ku, sekaligus asisten ku di toko ini. Namanya Wei Ying."
"Hi, nona Wei." Sapa Er Kang.
"Hi juga." sapa Wei Ying balik dengan senyuman ramah.
"Ganteng…" gumam Wei Ying dalam hati.
Saat itu Xue Xuan Yuan tidak tahu kalau sahabatnya itu tidak berhenti menatap Wei Ying. Dia juga tidak tahu kalau Wei Ying jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Er Kang. Wei Ying tertarik dengan Er Kang karena lelaki satu ini tampan dan juga ramah. Dia merasa iri melihat Xue Xuan Yuan memiliki segala-galanya. Mulai dari kecantikan, kepintaran, kekayaan, sampai dengan cinta sekalipun. Wei Ying iri, padahal dia sudah menggunakan segala cara, tapi kenapa selalu saja Xue Xuan Yuan yang menang. Padahal Wei Ying memiliki body yang bagus, lebih bagus dari pada Xue Xuan Yuan. Terutama di belahan dadanya yang sengaja dipampangkannya dan sikapnya yang dibuat-buatnya ramah dengan pasien-pasien, sehingga banyak pasien yang tergila-gila dengannya. Tapi itu semua hanya bersifat sementara. Wei Ying tidak puas. Berbeda dengan Xue Xuan Yuan. Xue Xuan Yuan memiliki segalanya, bahkan gurunya sangat menyayanginya. Dia merasa muak, muak sekali dengan Xue Xuan Yuan yang memiliki segala-galanya itu.
"Er Kang, sini… aku akan mengajari mu tentang obat-obatan." kata Xue Xuan Yuan.
"Hm… baik." jawab Er Kang.
Er Kang pun mempelajari hal-hal obat-obatan dengan tekun. Dia mempelajarinya dengan cepat. Belum satu minggu saja sudah bisa menghapal semua nama-nama obat. Hal itu membuat Xue Xuan Yuan senang
Xue Xuan Yuan dan Er Kang sama-sama meracik obat, sama-sama memetik tanaman obat, sama-sama mempelajari tanaman obat dan obat yang ingin diracik. Setiap harinya mereka selalu bersama. Hingga Xue Xuan Yuan perlahan-lahan menjadi terbuka. Dia menceritakan banyak hal kepada Er Kang. Mulai dari kisah dia ditemukan oleh gurunya di bukit Xuan Yuan di bawah pohon, sampai dengan hal-hal apa saja yang telah dipelajarinya dari gurunya. Begitu juga dengan Er Kang. Dia pun menceritakan kisahnya waktu kecil.
"Kalau begitu karena hubungan kita sudah dekat, aku panggil kamu Xuan Yuan saja ya? Gimana?" tanya Er Kang.
"Oke." Jawab Wei Ying.
Er Kang juga sangat perhatian sekali kepada Xue Xuan Yuan. Hal-hal sepele seperti membuat teh, menuangkan teh, memasak nasi, menyiapkan makanan semua dilakukannya. Ketika gadis itu haus, Er Kang pun cepat-cepat membuatkan teh untuk gadis itu. Ketika gadis itu lelah bekerja, Er Kang-lah yang membantu mengusukkan punggungnya. Pokoknya lelaki idaman banget deh. Sampai-sampai Wei Ying iri sekali. dan ingin cepat-cepat merebut Er Kang dari tangan sahabatnya itu.
Pas gajian pertama saja, Er Kang menggunakan uangnya itu untuk belanja bahan-bahan masakan. Dia ingin menggunakan gaji pertamanya itu untuk memasak makanan yang lezat buat Xue Xuan Yuan. Kelihatannya dia ingin membuat surprise untuk gadis itu.
"Eh ada apa sih? Kok pakai acara tutup-tutup mata segala?" tanya Xue Xuan Yuan penasaran.
"Ada dong, hehehe…. Nanti kamu juga tahu…" kata Er Kang sambil menuntun Xue Xuan Yuan melangkah.
Lalu Er Kang pun membuka perlahan kain penutup mata gadis itu.
"Ta-daaa…."
Xue Xuen Yuan tersentak. Ketika ia membuka matanya, ia merasa terharu sekali melihat banyak sekali masakan lezat yang dihidangkan oleh Er Kang di atas meja makan bundar itu.
"Ini…. ini semua kamu yang masak?" tanya Xue Xuan Yuan.
"Iya. Aku yang masak semua loh itu." sahut Er Kang.
"Ini semua khusus buat kamu, Xuan Yuan." bisik Er Kang di telinga gadis itu.
Hal itu membuat wajah hingga tengkuk Xue Xuan Yuan memerah. Dia cepat-cepat menjauhkan perasaan itu, sebelum Er Kang melakukan yang lebih jauh lagi.
"A… ayo kita makan, nanti keburu dingin loh." kata Xue Xuan Yuan.
"Oh… ok deh." Er Kang jadi murung. Padahal tadi itu saat-saat yang tepat untuk memberi kecupan di leher. Tapi gadis itu malah menghindar. Setiap kali ingin dicium juga begitu. Rasanya Xue Xuan Yuan selalu saja menghindari hubungan intim.
Hari demi hari pun berjalan. Tak terasa sudah lewat dua bulan. Er Kang banyak kemajuan. Dia sudah mulai menguasai bagaimana caranya meracik obat. Bahkan dia sudah bisa meracik obat buatannya sendiri.
Suatu hari, tanpa sengaja Xue Xuan Yuan memergoki Er Kang ketika lelaki itu sedang meracik sesuatu di dapur belakang rumahnya.
"Kamu sedang racik obat apa, Er Kang?" tanya Xue Xuan Yuan. "Kenapa aromanya berbeda?"
"Oh ini, ini namanya racun dingin." sahut lelaki itu.
"Lho bukan obat? Tapi racun?" Xue Xuan Yuan jadi tersentak.
"Aku hanya ingin bereksperimen saja kok, Xuan Yuan. Aku tadi coba ke seekor kelinci. Kelihatannya racun ini bekerja dengan cepat jika kadarnya banyak." kata Er Kang tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Kamu mencobanya ke seekor kelinci? Apakah kamu gila? Kelinci juga mahkluk hidup!" Xue Xuan Yuan kelihatan kesal.
"Apa sih kamu ini Xuan Yuan. Kan hanya seekor kelinci saja. Kenapa kamu jadi begitu marah sih?" kata Er Kang agak tersinggung.
"Gimana aku nggak marah? Yang aku ajarkan kepada kamu itu mengenai obat-obatan dan bukan racun. Tapi kamu malah meracik racun untuk menyakiti mahkluk hidup dan bukan meracik obat untuk menolong mahkluk hidup. Aku kecewa sekali pada mu, Er Kang." Xue Xuan Yuan pun pergi meninggalkan Er Kang.
"Xuan Yuan, tunggu… dengarkan dulu penjelasan ku." Er Kang mengejar Xue Xuan Yuan. Tapi gadis itu tetap saja tidak mau memperdulikannya. Dibujuk-bujuk pun percuma saja. Ini adalah pertama kalinya mereka bertengkar. Jadi Er Kang agak bingung bagaimana cara membuat Xue Xuan Yuan tidak marah lagi kepadanya.
Er Kang pun kembali ke dapur belakang. Dia merasa bersalah. Ditatapnya racun dingin racikannya itu.
"Apakah aku salah meracik sesuatu yang ku sukai? Apakah aku salah jika yang ku gunakan kelinci sebagai percobaan ku?" gumam Er Kang.
"Kamu tidak salah, Er Kang…."
"Kamu? Kenapa kamu bisa disini?"
***
To Be Continue…