Chereads / PENGASUH TUAN MUDA / Chapter 3 - MEMBERI PELAJARAN (1)

Chapter 3 - MEMBERI PELAJARAN (1)

Neny menghela nafas panjang melihat sikap El Rumi yang semakin aneh.

Tanpa memperdulikan bujukan El Rumi, Neny tetap tersenyum kemudian melepas pegangan tangan El Rumi dan beralih menatap ke arah Fuji An.

"Fuji An. Ayo, ikut Neny ke dapur." Ajak Neny seraya berjalan pelan ke arah dapur.

Tanpa membalas ucapan Neny, segera Fuji An bangun dari duduknya dan berjalan melewati El Rumi kemudian menatapnya.

"Wuuekkk!! dasar sirik, bertampang dua," ucap Fuji An sambil berlalu pergi.

Sebelum masuk ke ruangan dapur Fuji An masih sempat membalikkan badannya dan menatap El Rumi lalu menjulurkan lidahnya dengan ekspresi wajah senang.

Kedua tangan El Rumi mengepal erat, menatap kepergian Fuji An yang hilang di balik ruangan dapur.

"Aaakkhhhh!! dasar singa betina! lihat saja nanti!" rutuk El Rumi dalam hati.

Masih dengan kemarahan yang ada di dalam dadanya, El Rumi kembali ke kebun belakang dan berjalan ke arah kolam ikan.

"Aahhh!! mimpi apa aku semalam? sungguh sangat menyebalkan!" teriak El Rumi seraya menendang pot bunga yang ada di tepi kolam dengan sangat keras.

"Oucchh!!" El Rumi mengaduh kesakitan sambil memegangi ujung kakinya.

"Sial!! ini semua gara-gara singa betina itu!! siapa sebenarnya dia? dari mana dia datang? sudah dekil, kumuh, tapi sok cantik. Aku harus mencari cara untuk segera melemparnya keluar dari sini. Aku tidak mau dia menganggu ketenanganku," ucap El Rumi sambil mengusap-usap ujung jari kakinya yang masih terasa sakit.

"Hei, tampang dua!!"

El Rumi tersentak, tiba-tiba ia mendengar suara Fuji An yang berteriak padanya.

Reflek El Rumi menoleh ke kanan ke arah Fuji An yang berdiri tidak jauh darinya.

"Kamu? kenapa kamu di sini? bukannya kamu di dapur sama Neny?" tanya El Rumi dengan tangannya mulai terasa gatal ingin sekali memiting tubuh Fuji An dan menyumpal bibir mungil yang cerewet itu.

"Mulai sekarang, aku akan ada di sini khusus menemanimu dan melayanimu. Jadi, kamu jangan berpikir mencari gara-gara denganku atau mencari cara untuk mengusirku. Neny sudah memberiku kontrak kerja untuk melayanimu," jelas Fuji An dengan santai sambil berjalan mendekati El Rumi dan duduk di sebuah pohon kayu yang berfungsi sebagai tempat duduk.

"Apa yang kamu katakan barusan?" tanya El Rumi dengan tatapan tak percaya ingin Fuji An mengulangi ucapannya.

"Tidak ada siaran ulang." jawab Fuji An masih dengan senyum kemenangan.

El Rumi menatap Fuji An dengan wajah kesal.

"Singa betina, katakan padaku dengan jelas. Apa benar Neny menyuruhmu untuk melayaniku?" tanya El Rumi lagi dengan wajah sedikit condong ke wajah Fuji An.

"Nah itu!! kamu sudah dengar," sahut Fuji An semakin senang melihat wajah terkejut El Rumi.

Untuk sesaat El Rumi terdiam, kemudian sebuah senyuman devil menyeringai di sudut bibirnya.

Tanpa menunjukkan ketidaksenangannya, El Rumi memasukkan tangan kirinya ke dalam kantong celananya, kemudian berjongkok di pinggir kolam.

"Singa betina! sini! mendekatlah! kamu bilang, mulai sekarang kamu melayaniku kan?" ucap El Rumi dengan sebuah senyuman.

Ragu-ragu Fuji An menganggukkan kepalanya, merasa aneh dengan sikap El Rumi yang mulai ramah padanya.

"Begini, cincinku tadi terjatuh di kolam ini. Aku mau kamu mencarinya sampai ketemu. Kamu bisa mencarinya kan?" ucap El Rumi dengan wajah serius dan memelas.

Fuji An menelan salivanya menatap El Rumi dengan tatapan tak mengerti.

"Kamu menyuruh aku, mencari cincin kamu di kolam ini?"

El Rumi menganggukkan kepalanya dengan tenang.

"Bagaimana bisa? kamu bisa lihat kan? kolam ini sangat besar. Tidak mungkin aku bisa menemukan cincin kamu?" ucap Fuji An mengusap tengkuk lehernya sambil melihat kolam ikan yang besarnya seperti kolam renang.

"Kalau kamu tidak bisa menemukannya, terpaksa aku akan bilang ke Neny kalau kamu pelayan yang tidak bisa aku andalkan," ucap El Rumi sambil menahan nafasnya berusaha untuk tidak tertawa keras atas permainannya.

Fuji An melototkan matanya merasa El Rumi telah mengancamnya.

"Baiklah, aku akan mencarinya. Tapi setelah itu, aku minta padamu jangan lagi menyuruhku yang aneh-aneh," tatap Fuji An dengan wajah serius.

"Hem, oke. Tidak akan lagi," sahut El Rumi sambil mengangkat tangan kanannya dengan hati tertawa senang.

"Mati kau singa betina!! aku senang bisa melihatmu sengsara di kolam ikan," ucap El Rumi dalam hati sambil menatap Fuji An yang terlihat tak berdaya.

Dengan berat hati akhirnya Fuji An melaksanakan perintah El Rumi. Perlahan kaki Fuji An masuk ke dalam kolam yang cukup besar dengan kedalaman air sampai pada pinggangnya.

"Dasar!! tampang dua, bagaimana aku bisa mencari cincin di dalam kolam sedalam ini? melihat dasar kolamnya saja tidak bisa." rutuk Fuji An dengan perasaan kesal berusaha mencari cincin El Rumi dengan beberapa kali masuk ke dalam air.

El Rumi duduk senang di tempatnya sambil melihat Fuji An yang timbul tenggelam di dalam kolam. Hampir saja El Rumi tertawa keras saat melihat Fuji An sudah basah kuyup dengan mulutnya yang terbuka seperti ikan kehilangan nafas.

"Hahaha...kapan lagi aku bisa memberi pelajaran singa betina kampungan itu," ucap El Rumi tersenyum puas sambil duduk bersandar di kursi panjangnya. Dengan perasaan senang dan puas, El Rumi mulai memejamkan matanya benar-benar menikmati permainannya.

"Hei tampang dua!! sini kamu!! memang kamu yakin cincinmu terjatuh di kolam ini?" teriak Fuji An dari tempatnya membuat El Rumi terkejut dan terpaksa bangun dari duduknya.

El Rumi mendekati pinggiran kolam dan berjongkok dekat dengan Fuji An yang masih berada di kolam.

"Aku sangat yakin, tadi jatuh di dalam sini," tunjuk El Rumi tanpa sadar mengeluarkan tangan kirinya dari kantong celananya di mana tepat di jari manisnya terpasang sebuah cincin bermata hijau safir.

Walau hanya sekilas Fuji An sempat melihat jelas tangan kiri El Rumi yang sudah masuk ke dalam kantong celananya lagi.

Tanpa menunjukkan perasaan geramnya, Fuji An keluar dari kolam dan mendekati El Rumi yang masih berjongkok di pinggir kolam.

"Memang cincinmu yang hilang seperti apa?" tanya Fuji An sambil menyipitkan matanya yang sedikit perih karena terkena air kolam.

"Ada permatanya hijau safir! carilah lagi! aku yakin pasti ada di sana," sahut El Rumi masih belum tersadar dari kelalaiannya.

Fuji An mengangguk-anggukkan kepalanya, masih ingat jelas cincin yang di pakai El Rumi juga bermata hijau safir.

"Awas kau tampang dua!! sekarang giliran aku membuat kamu basah!!" geram Fuji An dalam hati dengan mengambil posisi siap-siap mendorong El Rumi ke dalam kolam.

Dengan melipat gandakan kekuatannya, Fuji An segera mendorong keras pantat El Rumi ke dalam kolam hingga tercebur.

"BYURRR"