Chereads / PENGASUH TUAN MUDA / Chapter 4 - MEMBERI PELAJARAN (2)

Chapter 4 - MEMBERI PELAJARAN (2)

Dengan melipat gandakan kekuatannya, Fuji An segera mendorong keras pantat El Rumi ke dalam kolam hingga tercebur.

"BYURRR"

Seketika itu juga tubuh El Rumi tercebur ke dalam kolam. Beberapa detik kemudian El Rumi muncul dengan wajah dan tubuh yang sudah basah. Mulut El Rumi terbuka dengan matanya yang berkedip-kedip terkena air.

"Apa yang kamu lakukan??!!!" teriak El Rumi sambil berusaha menggapai pinggiran kolam. Namun dengan cepat Fuji An mendorongnya lagi dengan keras hingga El Rumi tercebur lagi.

"Rasakan sekarang!! memang enak di kerjai!! dasar tampang dua!!" umpat Fuji An seraya berjalan menjauh dari kolam sambil mengibaskan pakaiannya yang basah.

Sampai di meja kayu, Fuji An segera meraih botol air minum milik El Rumi dan meneguknya hingga habis.

"Aahh...segar sekali," ucap Fuji An seraya mengusap mulutnya kemudian meletakkan kembali botol air yang sudah kosong di tempatnya.

Selesai menikmati minuman milik El Rumi, kembali Fuji An menatap arah kolam di mana El Rumi masih berada di sana. Tapi suasana kolam menjadi sunyi, dan tidak ada tanda-tanda keberadaan El Rumi bahkan suaranya.

Fuji An menatap kolam dengan perasaan heran. Karena penasaran, terpaksa Fuji An berjalan mendekati kolam.

"Hei!! tampang dua? kamu di mana?" teriak Fuji An sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling kolam.

"Di mana dia? apa dia sudah keluar dari kolom dan masuk ke rumah ya? tapi aku tidak melihat dia keluar dari kolam?" tanya Fuji An dalam hati dengan kening berkerut.

Untuk memastikan keberadaan El Rumi yang tidak ada di kolam, Fuji An sedikit berjongkok di pinggiran kolam dan menerawang dasar kolam.

"Astagaaaa!!!"

Fuji An berjingkat sangat terkejut saat melihat El Rumi muncul dengan tubuh mengapung di kolam dengan posisi telungkup.

Fuji An hanya bisa melihat punggung dan rambut El Rumi. Wajah Fuji An mulai terlihat panik, bingung, cemas dan juga sedikit heran melihat El Rumi yang tak bergerak mengapung di air.

"Bagaimana bisa terjadi? bagaimana mungkin kolam yang tidak terlalu dalam bisa menenggelamkan El Rumi yang tinggi? Apa dia tidak bisa berenang?" tanya hati Fuji An mulai gelisah antara cemas dan takut di kerjai lagi oleh El Rumi.

"Sebaiknya aku tunggu sebentar lagi. Siapa tahu dia sedang mengerjai aku," ucap Fuji An sambil menggigit bibir bawahnya menunggu apa yang akan terjadi.

Hampir tiga menit Fuji An membiarkan El Rumi tetap pada posisinya yang telungkup mengapung di kolam.

"Sepertinya dia benar-benar tenggelam, aku harus menolongnya. Kalau dia mati, bagaimana aku menjelaskannya pada Neny?"

Tanpa berpikir panjang lagi Fuji An masuk ke dalam kolam dan meraih tubuh El Rumi dan menariknya keluar dari kolam.

Dengan sekuat tenaga Fuji An membalikkan tubuh El Rumi kemudian menopang kepalanya.

Tangan Fuji An sedikit gemetar saat melihat wajah El Rumi yang terlihat pucat dengan mata yang terpejam.

Perlahan di tepuknya pipi El Rumi dengan tangan kanannya.

"Hai tampang dua, bangun, kamu tidak mati kan?" ucap Fuji An mulai panik.

Melihat El Rumi tidak bereaksi dan bergerak, Fuji An semakin panik dan takut.

"Tampang dua, bangunlah. Apa yang harus aku katakan pada Neny kalau kamu mati?" ucap Fuji An sambil menangkup wajah El Rumi.

Perlahan mata El Rumi terbuka, kemudian...

"Hahaha.... hahaha...hahaha!"

Terdengar suara tawa keras El Rumi hingga menggema ke seluruh kebun belakang.

Masih dengan tawanya yang keras El Rumi melepaskan tangan Fuji An dan bangun dari tempatnya.

"Hahaha, apa kamu takut kalau Neny memecat kamu?" tanya El Rumi tertawa senang sambil mengibaskan anak rambutnya yang basah.

Fuji An masih terpaku di tempatnya dengan tatapan tak percaya, kalau El Rumi sedang mengerjai dirinya lagi.

"Aku menang 2 : 1. Aku kira, kamu singa betina yang pintar, ternyata bodoh juga," ucap El Rumi masih tertawa senang melihat Fuji An yang diam tanpa berkata apa-apa.

"Sudah tahu kolam ikan, mana bisa orang dewasa tenggelam di dalamnya? benar-benar bodoh," gerutu El Rumi bersiap pergi dari tempatnya tapi Fuji An menghalanginya.

"Tunggu!! aku belum selesai bicara. Aku melihat sendiri tubuh kamu telungkup di sana, dan itu sangat lama. Bagaimana kamu bisa menahan nafas, sampai lama seperti itu?" tanya Fuji An masih tidak percaya dengan apa yang di lakukan El Rumi.

"Tanya saja pada Neny, bagaimana aku bisa bertahan berapa lama di dalam air. Oh ya, satu hal yang harus kamu ingat. Kamu harus memanggilku Tuan Muda seperti pekerja lainnya," ucap El Rumi tanpa senyuman mendorong bahu Fuji An kemudian berjalan menjauh dan masuk ke dalam rumah.

"Apa maksudnya?? kenapa aku bertanya sama Neny? dan dia? apa yang ia katakan? aku harus memanggilnya Tuan Muda? Ashhh!! dia benar-benar sangat menyebalkan! Aku tidak percaya kalau di bumi masih ada laki-laki yang dingin seperti kulkas dua pintu," gerutu Fuji An dengan tatapan kesal terpaksa mengikuti El Rumi yang masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah, Neny sangat terkejut melihat El Rumi dan Fuji An yang basah kuyup.

"Ya Tuhan, El Rumi? Fuji An? kalian kenapa basah kuyup seperti ini? apa di luar hujan?" tanya Neny dengan tatapan bingung mendekati El Rumi.

"Tidak ada apa-apa Neny, aku mau mandi dulu," sahut El Rumi dengan cepat kemudian bergegas meninggalkan Neny yang masih bingung tak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Fuji An? apa yang terjadi sayang? apa kenapa kalian berdua basah kuyup seperti ini?" tanya Neny lagi sambil memegang anak rambut Fuji An yang basah.

"Em...itu...Neny, aku dan Tuan Muda baru saja membersihkan kolam ikan," jawab Fuji An sedikit berbohong agar Neny tidak marah pada El Rumi yang sudah semena-mena padanya.

"Benarkah?? El Rumi membersihkan kolam? kamu tidak sedang berbohong kan sayang?" tanya Neny masih dengan tatapan tak percaya.

"Em....maaf Neny, sekarang sudah sore. Ayah dan Ibu pasti sudah menungguku. Aku harus pulang sekarang," ucap Fuji An dengan perasaan gugup meraih tangan Neny dan menciumnya.

"Tapi Fuji An, kamu belum menjawab pertanyaanku?" ucap Neny berusaha menahan kepergian Fuji An.

Fuji An menegakkan punggungnya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding.

"Wah, sudah jam enam sore Neny. Aku pulang dulu, sampai bertemu besok," sahut Fuji An cepat, kemudian bergegas pergi meninggalkan Neny yang masih kebingungan di tempatnya.

"Ada apa sebenarnya mereka berdua? aneh sekali? pasti sesuatu telah terjadi pada mereka berdua. Apa mereka sedang bermain air?" tanya Neny dalam hati sambil berjalan pelan ke arah kamarnya.