Chereads / PENGASUH TUAN MUDA / Chapter 6 - KESEDIHAN NENY

Chapter 6 - KESEDIHAN NENY

"Kamu mau kemana El?" tanya Neny yang saat itu duduk santai bersama Fuji An di ruang tengah.

"Mau ke kota sebentar Neny," jawab El Rumi seraya menghampiri Neny dan mengecup sekilas keningnya.

Fuji An yang sedang memijat kedua kaki Neny, menatap El Rumi dengan senyuman tertahan.

"Fuji An, kalau kamu mau, kamu bisa ikut El ke kota," ucap Neny dengan tenang saat melihat Fuji An menatap El Rumi.

"Tidak bisa Neny , aku tidak mau acaraku terganggu gara-gara singa betina ini ikut." sahut El Rumi dengan cepat dan wajah datar.

"Asshh!! aku juga tidak mau ikut denganmu tampang dua," ucap Fuji An dengan bibir cemberut.

"Sudahlah Fuji An, jangan di masukkan hati apa yang di katakan El. Kamu ikut El saja sayang," ucap Neny sambil tersenyum menatap perang dingin antara El Rumi dan Fuji An.

"Tidak Neny, aku ingin beristirahat saja di rumah," ucap Fuji An dengan sangat sopan.

"Ya sudah, kalau begitu kamu ikut Neny ke kamar atas ya? ada sesuatu yang akan Neny tunjukkan pada kamu," ucap Neny seraya berdiri dari duduknya dan berjalan pelan ke arah anak tangga.

Tidak ingin Neny kenapa-kenapa segera Fuji An mengikuti Neny dan berjalan di sampingnya.

"Fuji An, kemarilah sayang. Duduklah di sini, dekat Neny. Neny mau cerita tentang sesuatu padamu," ucap Neny setelah berada di sebuah kamar dan duduk di sofa berwarna cream.

"Cerita tentang apa Neny?" tanya Fuji An dengan wajah serius segera duduk di samping Neny.

Neny hanya tersenyum dengan tatapan yang sangat lembut.

Fuji An mengkerutkan keningnya, merasa heran dengan tatapan dan senyuman Neny yang aneh padanya.

"Neny, mau cerita sedikit tentang masa lalu El Rumi padamu. Apa kamu mau mendengarnya?" tanya Neny meminta persetujuan Fuji An sebelum menceritakan tentang masa lalu El Rumi.

Fuji An menganggukkan kepalanya walau di sedikit ragu-ragu. Ia mengiyakan keinginan Neny karena Fuji An merasakan ketulusan dari seorang Neny padanya.

Neny kembali tersenyum dengan tatapan tak lepas dari wajah Fuji An.

"Saat pertama kali kamu melihat wajah El Rumi, apa kamu merasa takut sayang?" tanya Neny dengan tatapan penuh.

Fuji An terdiam membalas tatapan Neny. Ia tidak tahu maksud dari pertanyaan Neny tentang pendapatnya soal wajah El Rumi. Namun kemudian tanpa ragu-ragu Fuji An menggelengkan wajahnya.

"Aku tidak takut Neny, dan kenapa aku harus takut?" ucap Fuji An masih dengan tanya tanya dalam hatinya.

"Syukurlah, kalau kamu tidak takut sayang. Karena dari semua wanita yang pernah dekat El Rumi semuanya menjauh pergi. Bahkan tunangannya sendiri meninggalkannya," ucap Neny dengan wajah tampak sedih dan mata yang berkaca-kaca.

"Neny, jangan sedih."

Fuji An segera memeluk Neny dan mengusap lembut punggungnya.

"Jangan bersedih Neny, mereka yang pergi meninggalkan Tuan Muda sejatinya mereka bukan wanita yang beruntung," ucap Fuji An dengan suara pelan dan lembut.

Entah kenapa dia harus mengatakan hal itu pada Neny, padahal pertemuan pertamanya dengan El Rumi sangat menguras emosinya.

"Jangan panggil El Rumi, Tuan Muda sayang. Panggil saja El, bukankah kalian sama-sama muda?" ucap Neny semakin menyukai Fuji An yang tidak merasa takut pada El Rumi.

Wajah Fuji An seketika berubah saat mendengar ucapan Neny.

"Tapi Neny, cucu Neny sendiri yang bilang kalau aku harus memanggilnya Tuan Muda. Dia benar-benar tidak menyukaiku, sangat menyebalkan," ucap Fuji An dengan bibir cemberut.

Neny tersenyum lebar merasa terhibur dengan sikap Fuji An yang polos dan lucu saat marah.

"Jangan di dengarkan apa yang di katakan El Rumi sayang. Walau dia bersikap seperti itu, tapi hatinya sangat lembut. Dulu El Rumi itu sangat ramah dan penuh perhatian pada semua orang. Tapi sejak kecelakaan naas itu, dunia El berubah. Dia lebih suka menyendiri dan dingin pada semua orang. Aku sudah berusaha memberikan kebahagiaan padanya agar tidak larut dalam kemarahan. Tapi tetap saja El tenggelam dalam dunianya yang sepi," ucap Neny kembali menampakkan kesedihannya bahkan sudah mulai menangis.

Melihat hal itu Fuji An menjadi cemas, segera mengusap air mata Neny dan memeluknya dengan erat.

"Aku mohon, Neny jangan menangis lagi. Seandainya saja ada yang bisa aku lakukan agar Neny tidak sedih lagi, aku pasti akan melakukannya. Neny sudah sangat baik padaku, aku menyayangi Neny," ucap Fuji An dengan tulus dari hatinya yang paling dalam.

Neny mengangkat wajahnya menatap Fuji An dan menggenggam tangannya.

"Benarkah yang kamu katakan itu sayang? kamu mau melakukan sesuatu untukku agar aku bahagia?" tanya Neny dengan air mata berlinang merasa terharu dengan apa yang di katakan Fuji An.

Fuji An menganggukkan kepalanya dengan senyuman dan tatapan yang lembut.

"Kalau begitu, apa kamu mau menjadi kekasih El Rumi dan bertunangan dengannya sayang?" tanya Neny dengan tatapan penuh harap.

"Hah?? apa Neny?? menjadi kekasih dan bertunangan dengannya? Ya Tuhan, Neny. Aku...aku tidak bisa," sahut Fuji An dengan cepat sambil menahan nafasnya yang hampir berhenti karena rasa terkejutnya.

"Kenapa tidak bisa sayang? bukankah kamu mau aku bahagia?" tanya Neny dengan kening berkerut sedikit merasa kecewa dengan jawaban Fuji An.

"Aahh...aku tahu, mungkin kamu merasa malu dengan wajah El Rumi seperti itu. Apalagi dengan sikapnya yang tidak baik padamu," ucap Neny sambil mengalihkan pandangannya dengan mata berkaca-kaca.

"Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini?! bagaimana aku bisa menjelaskan pada Neny, kalau bukan itu masalahnya," ucap Fuji An dalam hati sambil meremas rambutnya.

"Fuji An, apakah benar yang aku katakan itu sayang?" tanya Neny memastikan pemikirannya dengan menatap penuh wajah Fuji An.

Fuji menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Sama sekali tidak seperti itu Neny. Aku sama sekali tidak ada masalah dengan wajah Tuan Muda. Tapi ada alasan yang membuat aku tidak bisa membantu Neny," ucap Fuji An sambil menggigit bibir bawahnya.

"Kalau begitu, katakan apa alasannya? Aku pasti akan membantumu, agar kamu mau menjadi kekasih El Rumi dan bertunangan dengannya," ucap Neny sambil menggenggam tangan Fuji An dengan penuh semangat.

Aku tidak bisa menjadi kekasihnya Tuan Muda, kalau Tuan Muda tidak mencintaiku, Neny. Neny, sudah tahu kan? bagaimana sikap Tuan Muda padaku? Bagaimana kalau nanti kita bertengkar terus? Pasti itu akan membuat Neny semakin sedih," ucap Fuji An memberi alasan yang tepat sambil membalas genggaman tangan Neny yang terasa hangat.

Neny terdiam memikirkan apa yang di katakan Fuji An.

"Begitu ya? kalau kamu menginginkan hal itu, aku bisa mengaturnya sayang. Apakah itu, berarti kamu setuju kalau menjadi kekasihnya El?" tanya Neny dengan sebuah senyuman.