Chereads / To infinity and Beyond / Chapter 2 - DEBUR OMBAK

Chapter 2 - DEBUR OMBAK

cintaku seperti debur ombak yang menggebu-gebu berlomba menyentuh bibir pantai.ketika sampai, hanya pecah menjadi buih dan bergelung kembali kelautan

-Alaska-

****************

Balikpapan, Oktober 12

Alaska, bangun!" Itu bukan suara Selfi. itu adalah suara mama, cempreng, melengking, dan penuh cinta. Seperti biasanya, Alaska selalu menghabskan akhir pekan dirumah orang tuanya. Setiap jumat sore, Alaska pulang sambil membawa sekantong penuh cucian kotor dan pada minggu malam dia akan kembali ke asrama.Rumah orang tuanya hanya brjarak 10 km dari asrama, namun karena peraturan yang mengharuskan setiap polisi wanita yang belum menikah untuk tinggal di asrama khusus polisi wanita, alhasil Alaska hanya pulang ke rumahnya setiap satu minggu sekali.

Biasanya Ny. Basuki tidak pernah membangunkan putrinya sebelum pukul 8 pagi. Setelah shalat subuh, Alaska kembali tidur dan baru bangun kembali pukul 9 pagi untuk sarapan kemudian mencuci pakaian. Namun tidak seperti biasanya, suara cempreng penuh kasih itu membangunkan Alaska di pagi-pagi buta. Alaska masih bergeming di tempat tidurnya, dan sekali lagi suara Ny. Basuki menyerukan namanya, "Alaska!"

Otak Alaska yang belum mampu bekerja secara normal berusaha mengumpulkan dan memproses informasi, ingatan serta penyebab kebisingan yang terjadi di pagi-pagi buta yang mana ini adalah hari sabtu yang indah. Satu menit kemudian Alaska terlonjank-seperti baru di kejutkan oleh sesuatu yang tidak kasat mata di dalam otaknya-dari kasurnya dan hal pertama yang dilakukan nya adalah melihat jam : Pukul 05.00 wita. Setelah memeriksa waktu, Alaska menghembuskan napas lega karena dia belum terlambat. Alaska masih memiliki waktu 2 jam untuk bersiap-siap. Alasan di balik kegaduhan di pagi hari itu adalah Alaska yang di jadwalkan untuk menjaga booth pameran Alutsista di lapangan merdeka dalam rangka HUT Bhayangkara.

Alaska bangkit dengan rasa enggan yang masih menggelayutinya dan seakan-akan ingin menanriknya ke balik selimut, tapi rasa tanggung jawab menang. Setelah shalat subuh dan bersiap, Alaska sudah duduk pada sebuah kursi yang menjadi bagian di dalam lingkaran meja makan. Seperti biasa, Ny. Basuki membuat nasi goreng sebagai menu sarapan tetap hari sabtu pagi karena dia tahu bahwa putri semata wayangnya sangat tergila-gila dengan nasi goreng. Di tengan dapur yang sederhana dan nyaman itu Alaska duduk tepat disamping ayahnya Tn. Basuki sedangkan Ny. Basuki sedang sibuk di depan standing stove putihnya. Disanalah mereka bertiga ada untuk satu sama lain dan merindukan keramaian yang dulunya selalu menghiasi rumah itu.

Saat Alaska masih kecil, mereka selalu sarapan dan makan malam bersama. Kakak dan adik laki-lakinya selalu membuat keributan di meja makan. Ketika mereka masih anak-anak, keributan itu selalu disebabkan karena sosis siapa yang lebih banyak, telur siapa yang lebih besar, dan takaran nasi siapa yang lebih banya atau sekedar karena salah satu diantara mereka membuang sayur dibawah meja. Kemudian, ketika mereka sudah beranjak remaja keributan itu mengurang seiring dengan berkurangnya anggota keluarga yang tinggal dirumah mereka. Kakak tertua harus kuliah diluar kota. Penyebab keributan pun berubah dari banyak sedikitnya makanan menjadi keributan satu arah yang berasal dri Ny. Basuki yang selalu menghabiskan pagi harinya untuk berteriak memanggil kedua anaknya yang masih tersisa untuk sarapan dan bersisap-siap karena mereka selalu terlambat atau sekedar menegur alaska yang menggunakan headset dimeja makan.

Kemudian satu per satu dari mereka mulai meninggalkan rumah dan yang tersisa hanya tuan dan nyonya Basuki serta Alaska di setiap akhir pekan. Walaupun mereka berjauhan satu sama lain, Alaska selalu yakin bahwa kakak dan adik laki-lakinya tidak pernah melupakan rumah dan selalu saling merindukan karena mereka adalah keluarga.

"Alaska rindu dengan mas Angga dan mas Angkasa"

tuan Basuki melirik dari balik korannya, kemudian tersenyum "tidak rindu dengan Andra?"

alsaka mendengus "ya, rindu juga sama Andra, pa. Tapi kan Andra baru juga April lalu masuk pendidikan, sedangkan mas Angga dan mas Angkasa kan sudah lama. Mereka terlalu sibuk, terkadang hari raya saja mereka tidak pulang"

Ny. Basuki datang sambil membawa sebuah piring berisi tempe goreng andalan kemudian meletakkannya di tengah meja . Kemudian Ny Basuki duduk di sisi lain suaminya.

"walaupun mas-mas mu bisa pulang pun, pasti sulit untuk bisa menghabiskan waktu bersama karena kamu juga selalu sibuk pada hari raya. Kamu selalu pergi pengamanan pantai dari pagi hingga senja, jadi sama saja, kan?"

Alaska bergeming dan mulai menyantap nasi goreng kesukaannya dengan pikiran yang melayang ke saat-saat mereka semua masih bersama , dibawah atap yang sama. Angga dan Angkasa adalah kakak laki-laki yang selalu memanjakan Alaska, memperlakukan nya seperti putri dan menjadi figur laki-laki yang Alaska harap dapat ia temukan pada laki-laki yang kelak akan menjadi suaminya.

Angga adalah anak tertua di keluarga Basuki dan 8 tahun lebih tua dari Alaska. Angga adalah seorang aktor. Dia memulai karirnya sebagai seorang finalis Mr. Supranational, kemudian melanjutkan karirnya di dunia hiburan. Tidak seperti kebanyakan artis lainnya Angga adalah salah satu artis yang sangat tertutup, dia bahkan tidak memiliki akun sosial media seperti facebook, twitter, ataupun instagram. Angga adalah pribadi yang sangat tertutup dan ambisius. Dia tidak pernah membiarkan apapun dan siapapun merenggut, menghalangi mimpi serta ambisinya, termasuk ketenaran itu sendiri.

Sedangkan Angkasa adalah anak ke-2 di keluarga Basuki, 2 tahun lebih muda dari Angga dan 6 tahun lebih tua dari Alaska. Angkasa adalah seorang dosen sastra Inggris di Universitas Indonesia. Angkasa selalu menjadi yang terpintar diantara Basuki bersaudara. Saat dibangku SMA dia mengikuti pertukaran pelajar ke United states of America. Kemudian dia melanjutkan kuliah di salah satu universitas yang termasuk kedalam Ivy league. Lulus dalam waktu 4 tahun, kembai ke Indonesia untuk bekerja dikedutaan sebelum melanjutkan S2 di Amerika dan menemukan dirinya sangat suka membagi ilmu, alhasil dia memilih untuk menjadi dosen di Universitas Indonesia alih-alih menerima tawaran bekerja di kedutaan.

Yang terakhir dari laki-laki Basuki adalah Andra yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian. Angga merupakan anak bungsu dikeluarga itu. Sebenarnya, Andra ada bukan karena perencanaan yang di susun di agenda keluarga. Andra ada benar-benar tidak pernah di rencanakan dan tiba-tiba namun kehadirannya di tengah keluarga itu seakan menjadi pelengkap yang manis. Setelah Angga yang tampan, dan hangat, Angkasa yang sederhana, dingin namun tetap penuh cinta, Alaska yang selalu berada di garis rata-rata,lahirlah Andra yang manis, lucu dan ceria.

Dilahirkan di keluarga Basuki merupakan anugerah terindah yang pernah Alaska terima dalam hidupnya, namun disaat yang bersamaan menjadi adik dan kakak dari laki-laki yang yang hebat membuat Alaska merasa terbeban, takut, dan resah disaat yang bersamaan. Bukannya Alaska tidak berprestasi, hanya saja prestasinya tidak sebanding dengan prestasi kakak – kakak dan adiknya. Ada rasa takut yang diam-diam selalu menghantui Alaska. Alaska takut dan resah akan laki-laki yang kelak dia nikahi. Bagaiman jika pada akhirnya Alaska tidak menemukan laki-laki yang cukup pintar untuk bercakap-cakap dengan kakak-kakak dan adiknya yang cerdas. Bagaimana jika dia tidak dapat menemukan seorang laki-laki yang sama luar biasanya dengan mereka yang dapat membuat suaminya kelak rendah diri. Kemudian rasa takut itu semakin besar ketika dia berpikir bahwa dia tidak cukup menarik untuk dapat menangkap "tangkapan" bagus yang akan membawanya kepelaminan. Buktinya sampai saat ini dia masih melajang.

Seketika Alaska kehilangan nafsu makannya. Setelah mencuci piring- hal yang wajib dilakukan setiap anggota keluarga Basuki untuk mencuci piring masing-masing-Alaska pamit kemudian berangkat menuju lapangan merdeka. Seiring langkahnya menjauh dari rumah Alaska bertekad untuk sementara waktu ini melupakan beban menjadi si anak rata-rata. Tugas menanti, pikir Alaska.

Siang ini situasi pameran cukup ramai. Booth pameran Dit Polair ramai di kunjungi warga balikpapan yang mayoritas menghabiskan akhir pekan di lapangan Merdeka untuk berjalan-jalan, olahraga pagi atau sekedar berjalan di pinggir pantai yang terletak tepat di seberang Lapangan utama di Kota minyak ini. Dalam booth berukuran 3x4 meter itu terdapat beberapa orang yang sedang mengamati miniatur kapal, mengamati senjata api tanpa peluru yang di jajar dengan rapi diatas meja dan beberapa anak-anak sedang berphoto dengan Alaska serta dua rekannya yang sedang bertugas menjaga booth.

Diseberang meja, Selfi sedang sibuk menjawab pertanyaan beberapa siswa SMA mengenai cara untuk menjadi seorang polisi wanita. karena kepribadian nya yang kelewatan ceria Selfi menjawab pertanyaan itu dengan bercanda yang membuat sekelompok anak SMA itu terkikik.

"syarat utama untuk menjadi seorang polisi wanita adalah" mulanya mereka menyimak dengan seksama " harus seorang wanita, jadi kamu..." selfi menoleh kearah anak laki-laki yang sedikit kemayu dan merupakan satu-satunya anak laki-laki di dalam rombongn itu " pastinya tidak bisa menjadi seorang polisi wanita" . mereka tergelak dan wajah anak laki-laki itu berubah menjadi merah padam karena tersipu malu dan ikut tertawa.

Sering kali Alaska merasa iri kepada sahabat nya itu karena sifat positif dan keceriaan yang dimilikinya. Selfi selalu dapat membuat orang disekitarnya " tertular" keceriaan yang seakan-akan secara natural dimilikinya sejak hari pertama dia dilahirkan. Selagi Alaska diam-diam meperhatikan interaksi temannya dengan sekelompok siswa SMA,seorang pria berdiri di belakangnya dan berkata "permisi". Selfi menoleh.

Seorang pria mengenakan baju putih polos dengan tulisan polo classic, celana jins pudar, dan sepatu sneaker berdiri tepat dihadapan Alaska. Alaska tinggi, tapi laki-laki itu jauh lebih tinggi dibanding dia. Dia harus mendongak untuk menatap mata pria itu. Pria itu tampan. Berbadan tinggi, tegap, berwajah tegas, kulit kecoklatan, dan dua lesung pipi menjadi pemanis senyumnya yang hangat. Pria itu tersenyum kearahnya, tunggu apakah benar-benar kearahnya? Alaska mengernyit, mengikuti arah tatapan pria itu. Dia tersenyum kearah Selfi.

Alaska memutar tubuhnya dan menghadap kearh selfi, dengan tatapan penuh tanya Alaska bergeser, memberikan pria itu ruang untuk berjalan menghampiri selfi.

"hei, nu! akhirnya datang juga!" Selfi menjabat tangan pria itu.

" habis bosan di rumah" logat pria itu kental.

"dia bukan penduduk asli Balikpapan" batin Alaska. Logat jawa nya masih kental, sepertinya pria itu pendatang yang belum lama tinggal di Balikpapan. Selfi mengalihkan tatapannya kepada Alaska.

"nu, kenalin ini teman mbak yang kemarin mbak ceritain ke kamu"

"ci, ini danu sepupu aku dari Jawa yang kemaren aku ceritain ke kamu"

Sepupu? Alaska kira sepupu yang selalu disebut-sebut selfi masih berumur 18 tahun dan akan pindah kesini untuk melanjutkan kuliah. Tunggu, bagaimana Alaska bahkan bisa menyimpulkan hal itu demikian? Oh.. ya! Pasti karena Selfi yang selalu menceritakan bahwa sepupunya itu baik, lucu, manis dan sopan. Selfi sering bercerita tentang bagaimana sepupunya selalu bersikap sopan dan memanggilnya "mba". Ya, benar! Itu kata kuncinya! Alaska selalu mengira sepupunya itu lebih muda dari Alaska yang mana berarti tidak mungkin lebih dari 20 tahun, menimbang dari usia Selfi yang masih diawal 20 an, 21 tepat nya.

"Alaska" masih dibawah pengaruh kebingungan, Alaska mengulurkan tangannya.

"Kamandanu Adi" Suara bariton nya terdengar sangat merdu.

"kamu sama siapa datang kesini nu? sama nur?" Selfi mencari-cari dari balik punggu sepupunya.

Nur adalah kekasih selfi yang sudah dia kencani sejak tahun lalu dan juga letting serta teman satu kantor Alaska dan Selfi. Mereka berkencan tepat setelah ditempatkan di Direktorat polair. Mereka bertemu pertama kali saat nur sedang kurve membersihkan kandang Ular karena saat itu mereka masih bintara remaja* dan sedang dalam tahap perkenalan lingkungan sebelum kemudian pembaretan. Beberapa menit kemudian Nur muncul, tersenyum kearah Selfi. Alaska selalu berpikir, kapan dia akan menemukan laki-laki yang dapat membuatnya selalu tersenyum seperti Nur membuat Selfi tersenyum.

"hai babe! Parkirannya penuh, jadi terpaksa parkir di dekat helly pad makanya agak lama munculnya"

"kirain kesangkut mba-mba spg cantik!" selfi berpura-pura merajuk.

Alaska memutar bola matanya sedangkan sepupu selfi terkekeh dan tersipu malu.

Beberapa menit kemudian, selfi kembali melayani pengunjung booth, Nur pergi mencari makanan, Alaska berdiri disamping meja dengan kikuk seperti biasa, dan sepupu tampan selfi mencurahkan perhatiaannya kepada minatur-miniatur kapal.

" ini kapal apa?"

Tidak ada jawaban

"mba, ini miniatur apa?"

Alaska terkesiap "oh, ah itu miniatur kapal sebatik, mas"

Pria itu terkekeh " jangan panggil mas mba"

Alaska tersenyum " jangan panggil saya mba, kalau gitu. Soalnya lucu, mas nya kan.. eh maksudnya kamu kan lebih tua dari saya"

" jadi saya harus panggil apa? Alaska?"

Alaska mengangguk. "trus saya panggil mas nya?"

" Terserah. Kebanyakan teman-teman saya manggil saya "Danu", keluarga manggil saya "Nu", sebagian orang manggil saya "Adi", kebanyakan customer di tempat kerja saya dulu manggil saya "Kama" karena mereka biasanya hanya membaca beberapa kata diawal nama saya dari nametag"

"saya panggil Kama aja kalau begitu"

"padahal saya lagi enggak pake nametag"

"karena saya belum jadi teman dan bukan keluarga" Alaska tersenyum

Kama tertawa.

Alaska terkesima, "sungguh tampan" batinnya.

Lima belas menit kemudian nur kembali dengan membawa 2 gelas thai tea, 2 gelas plastik berisi minuman soda berwarna merah dan bening, dan sepiring penuh nugget, fishball, chikenball, shrimpball, dan bola keju. Nur duduk di sebuah kursi didepan booth yang memang disediakan untuk pengunjung. Setelah mendapat kode berupa lambaian, Kama berjalan menghampiri Nur, kemudian di susul Alaska dan selfi.

"akhirnya bisa istirahat juga"

selfi duduk di kursi tepat disebelah Nur dan Alaska duduk disebelah Kama. Nur menyodorkan piring kertas berisi makanan lebih dekat kearah selfi. Alaska selalu menyukai setiap gerak- gerik dan bahasa tubuh Nur untuk menunjukan rasa sayangnya kepada Selfi. bahasa tubuh itu sangat jelas sampai hampir setiap orang kecuali Selfi mengetahui betapa Nur menyayanginya. Entah apa yang membuat Selfi begitu sering merasa ragu.Sudah hampir 2 tahun mereka berkencan dan hampir sepuluh kali Nur berusaha mengajaknya menuju ke jenjang yang lebih serius tapi Selfi tidak pernah sekalipun melangkah maju. Setiap kali Nur berusaha membuat sebuah langkah maju, maka Selfi akan mengambil dua langkah mundur. Hingga akhrinya nur memutuskan untuk tidak pernah memaksakan langkah. Dia mengikuti rima langkah selfi dan saat ini dia sadar bahwa mereka sedang berjalan ditempat. Hal ini membuat Alaska merasa sedih sebagai seorang sahabat. Walaupun Selfi memiliki kepribadian yang ceria namun dia tidak pernah benar-benar terbuka kepada siapapun termasuk Alaska mengenai urusan yang bersifat pribadi, terlebih semua hal yang menyangkut hati.

" ci, nu, nih dimakan!" selfi menyodorkan piring makanan kearah Alaska.

"aku masih kenyang, kamu mau ma?" Alaska menggeser piring kearah kama.

"ma? Kok ma?" Selfi melemparkan tatapan penuh tanya kearah Alaska.

" namanya kan Kamandanu Adi jadi ya aku panggil Kama"

"oh.."

Lima belas menit kemudian mereka sudah saling terlibat kedalam sebuah perbincangan mengenai beberapa topik. Nur mulai membahas tentang game terbaru yang mana topik itu tidak berlangsung lama karena Alaska dan selfi sama sekali memiliki selera yang berbeda soal game dengan nur. Kemudian Alaska dan selfi membahas tentang drama korea, lagu, kosmetik, dan membahas rencana nonton bareng film terbaru akhir pekan ini. Sepanjang pembahasan Kama hanya mendengarkan, tersenyum setiap Nur atau Selfi melontarkan komentar-komentar lucu, dan dia sama sekali tidak berkomentar atau memulai topik pembahasan baru.

Alaska mendapati bahwa Kama adalah seorang yang pendiam. Dia lebih nyaman menjadi kubu yang memperhatikan, menilai, dan mendengarkan, tapi bukan tipe laki-laki tak acuh dan meremehkan. Setelah Nur dan Selfi beranjak dari kursi kemudian pergi untuk membeli makanan disalah satu booth makanan jepang, Alaska berusaha membuka percakapan untuk memecahkan dinding kecanggungan diantara mereka.

" rencananya mau apply kerja dimana?"

"bukan apply kerja, tapi dipindah tugaskan, ka."

"oh, gitu. Jujur lo kalau dari cerita-ceritanya selfi tentang kamu, aku kira kamu itu anak SMA yang baru lulus dan mau kuliah atau daftar kerja disini"

Kama tersenyum. Senyum yang luar biasa mempesona. Alaska tidak dapat memalingkan pandangannya dari senyuman itu. Dia mulai berandai-andai bagaimana rasanya mendapati senyuman itu adalah hal pertama yang dia lihat dipagi hari. Alaska tersenyum karena pikiran konyolnya. Bagaimana mungkin dia membiarkan dirinya membayangkan hal se-intim itu atas seorang laki-laki yang baru pertama kali dia jumpai?

"what's so funny?" kama membuyrakan pikiran liar Alaska.

"what?" Alaska terkejut.

" kamu dari tadi senyum-senyum terus. Apa ada yang lucu?"

Alaska merasakan pipinya menghangat dan dia berharap Kama tidak akan menyadari bahwa pipinya menjadi kemerahan karena malu. berusaha menutupi rasa malu nya Alaska berusaha mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Kama.

"Enggak ada yang lucu. Hanya saja sedikit aneh rasanya mendengar logat kamu yang masih kental. Jawa banget"

Kama tertawa. Crap! Tanpa belas kasih, kama bertubi-tubi menunjukan pesonanya. Hati Alaska yang masih lemah dan terpesona meleleh melihat bibir penuh itu membentuk garis lengkung dan menunjukan deretan gigi yang rapih. Suara tawa kama terdengar begitu hangat di telinga Alaska. Sudah jutaan kali Alaska mendengar suara-suara merdu namun baru kali ini dia benr-benar terlena oleh sebuah suara yang bahkan bukan dalam bentuk lantunan lagu, hanya sebuah tawa. Sebuah tawa yang mampu menyita seluruh indera pendengaran Alaska. Seakan semua suara memudar dan menjadi samar-samar. Crap! Crap! "kenapa aku tiba-tiba jadi cheesy gini?" batin Alaska.

" kamu bukan orang pertama yang bilang kayak gitu, sejak pertama kali menginjakan kaki ke Balikpapan-tiga hari yang lalu-hampir semua keluarga ku disini tertawa setiap kali mendengar aku bicara"

"enggak ma,kamu salah! Mereka tertawa karena logat kamu, aku tersenyum karena tawa kamu entah bagaimana terdengar begitu merdu." Alaska bicara dalam hatinya dan yang terlontar dari mulutnya hanyalah

"oh ya? Tuh kan berarti bukan cuman aku yang ngerasa gitu"

Sampai detik ketika jantungnya berdetak begitu cepat, Alaska masih urung mengakui bahwa dia jatuh cinta. Alaska tidak pernah percaya dengan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia tidak pernah membiarkan dirinya terlibat kedalam rasa yang hanya melibatkan ketertarikan fisik saja. Alaska percaya bahwa untuk mencintai seseorang kita harus memiliki alasan yang tepat. Alaska hanya mengklasifikasikan perasaannya sebagai "ketertarikan secara fisik". Kemudian Sampai pada akhirnya ketika nada dering di telepon genggam Alaska berbunyi, Kama meberikan alasan itu.

"beethoven? Really?"

Alaska terperangah. "nada dering khusus untuk kakak ku. Dia suka beethoven. Kamu tau beethoven?"

"enggak terlalu. Cuman suka aja sama musik-musik klasik karena bagus buat relaksasi."

"so, do you like music?"

"not really, aku suka banyak hal bukan hanya musik. I just know stuff, yah kamu tahu lah men's stuff. Semua yang berhubungan dengan sejarah, geografi, politik, pengetahuan umum, dan seni. Anyway, are you gonna pick up that phone or what?"

Sejak kapan hal-hal seperti itu hanya menjadi men's stuff? Kebanyakan laki-laki yang dikenal Alaska hanya tahu game terbaru, terasik, aplikasi sosial media yang bisa memberikan akses akun perempuan-perempuan cantik atau olahraga yang berkeringat-keringat. Hanya ada beberapa laki-laki dalam hidupnya yang memiliki wawasan tentang hal-hal seperti itu yaitu kedua kakak dan adiknya.

Pada saat itulah bayangan itu hadir seperti cuplikan adegan film di dalam pikiran Alaska. Alaska dapat melihat, Kama yang duduk bersama ke tiga saudara laki-lakinya. Kama yang mampu mengimbangi pengetahuan dan kecerdasan mereka, Kama yang akan menjadi bagian keluarga Basuki yang sempurna. Tak lagi mengabaikan jantungnya yang berdetak cepat, tak lagi menganggap ini hanya ketertarikan fisik. Apakah dia telah jauth cinta? Batin alaska.