Chereads / Smooth and Tasty Vanilla / Chapter 3 - Part Two

Chapter 3 - Part Two

Situasi bisa berubah kapan saja. Tidak terhalang meski kita mempunyai rencana sempurna untuk ke depan. Entah itu masalah keadaan ataupun hal mengganjal serta perasaan tak puas menyerang hati. Sampai pukul sebelas malam sejak bangun pagi di tanggal 1 Januari, Tara terus saja terpaku di depan laptopnya bersama setumpuk catatan acak mengenai poin cerita yang dia buat sejak kemarin. "Sebenarnya bagian apa yang rusak?!" Gerutu Tara frustasi, mengacak rambut panjangnya menjadi kusut. Berulang kali Tara mencoba memposisikan berbagai keadaan agar tepat dengan alur cerita novel garapannya. Tapi hatinya yang bagaikan kritikus, menolak mentah semua ide. Otaknya benar-benar buntu.

Tara menyerah, dia bangkit dari kursi kerjanya menutup keras laptopnya. Jika kewarasannya sudah hilang, dia akan senang sekali bisa membanting laptopnya terpecah belah terbagi dua, bahkan lebih. Karena tahun lalu, Tara pernah melakukan itu lalu membeli laptop baru yang lebih mahal.

Dengan langkah santai, Tara meneguk secangkir coffe late kemudian meletakkannya di atas nakas. Melanjutkan jalannya ke kamar mandi sambil menelanjangi diri. Berdiri di bawah guyuran air shower membuat otaknya agak ringan, seolah dia sedang bermeditasi. 'Haruskah kau berlibur?' Ungkap batin Tara.

"Apa bedanya jika tetap sendirian." Ujar Tara sinis merendahkan idenya sendiri. Walaupun sebagian ia meyetujuan pemikiran tersebut. Mulai sekarang sepertinya Tara akan membuang semua rasa gengsinya, dan mulai melatih dirinya bersosialisasi kepada banyak orang. Seperti kalangan wanita muda seusianya. Tapi tidak sekarang.

Tara menuntaskan acara mandi, lalu berpakaian sembari mencari tiket pesawat menuju bandara international Italia setelah itu menuju Tuscany. Rencananya, Tara akan menginap di sebuah villa sewaan berbentuk kastil mini, menikmati luasnya perkebunan anggur, selanjutnya meneguk minuman anggur terbaik disana dengan potongan cake buah, sambil melupakan segala aktivitasnya terutama kegiatan menulis yang sudah ia tekuni sejak umur dua belas tahun. Bermula dari membuat kisah petualangan anak-anak lalu perlahan remaja ia mulai menekuni cerita roman yang terispirasi dari berbagai novel terjemahan. Semakin berkembang hingga sekarang menjadi karirnya.

Misteri cinta.

Ungkapan itu selama ini telah dijadikannya satu tolak ukur. Dasar lautan bisa diselami, tetapi tidak ada yang tau ujung dari hati manusia. Jika orang mengatakan cinta itu buta, Tara akan memberi opini bahwa manusia itu abstrak. Keinginan, kecemburuan, pengorbanan, bahkan haus akan kepemilikan. Sampai terkadang dalam hubungan, seseorang bisa berubah menjadi bukan dirinya sendiri.

Tara menyalakan hair dryer, mengeringkan rambutnya secara asal sebab ia sudah memesan tiket penerbangan pukul setengah dua pagi dan bandara cukup jauh dari tempat tinggalnya, bisa diperkirakan memerlukan waktu satu jam lebih. Belum lagi, Tara harus terburu memasukan pakaian ke dalam koper. Meskipun agak aneh dengan keadaan ini, Tara tak memungkiri bahwa ia begitu antusias dengan perjalanannya yang mendadak.

Beberapa lama kemudian, Tara sudah siap dengan semua keperluan. Dia turun ke lobby apartemen, menggeret kopernya ke parkiran dimana mobil putih mungilnya tengah berada. Diletakkan koper ke bagasi mobil, kemudian ia melesak ke balik kemudi. Meluncur pergi ke bandara menelusuri jalanan malam, tentunya tidak seramai kemarin. Keadaan begitu tenang membuat Tara merasa nyaman walaupun salju turun cukup deras.

Musik River Flower in Your by Yiruma terdengar lembut mengiringi perjalanan Tara. Selama beberapa saat semuanya tampak baik-baik saja. Namun, ketika mencapai perempatan lampu merah yang sepi, sebuah truk dari arah berlawanan tiba-tiba saja bergerak menghampiri mobil Tara dengan kencang dan menabrak kuat sampai terpelanting ke badan jalan. Waktu terasa berhenti sejenak. Sorot mata Tara berubah kosong, seolah ajal menjemputnya dalam hitungan waktu yang tak bisa diduga oleh manusia.

Tubuh Tara sulit digerakan akibat posisi mobil terbalik. Kepala Tara serasa pecah, darah mengalir deras, napasnya tersendat menyakitkan lalu lama kelamaan menjadi mati rasa. Tara menangis keras dalam hati, air matanya meluncur sebab bayangan tentang ibunya yang telah tiada kini sedang berdiri di hadapannya. Berwajah datar nan pucat.

Seharusnya aku tidak boleh mati seperti ini. Banyak hal yang belum aku lakukan. Bahkan banyak dari waktu hidupku yang terbuang sia-sia. Kenapa hatiku terasa sakit sekali, aku ingin bahagia terlebih dahulu Tuhan. Kuharap aku bisa merasakan memiliki sebuah keluarga, teman bahkan seorang kekasih. Dan masih banyak hal yang kusesali selama hidupku....