5 Tahun yang lalu...
Agneta Laurinda Aretina adalah seorang gadis lugu dan pendiam. Dia selalu di sebut sebagai kutu buku atau si mata empat karena dia selalu memakai kacamatanya.
"Neta!"
Panggilan itu membuatnya menoleh ke arah belakangnya. "Hai Sella," sapanya.
"Nanti malam ikut gue yah," ajak Sella.
"Kemana?" tanya Agneta dengan kernyitannya.
"Nanti malam ada acara party, kebetulan Evan cowok gue ngajakin gue ikut. Tapi loe tau sendiri kan kalau gue baru jadian sama dia, gue belum terbiasa ikut perayaan gini dengan temen-temennya."
"Aku tidak tau, nanti Papaku memarahiku kalau aku pulang larut malam," ucap Agneta.
"Tenang, biar gue telpon Papamu dan memintakan ijin padanya."
"Tapi dengan alasan apa?" tanya Agneta.
"Tenang saja, loe tau beres aja. Oke," ucap Sella dengan senyuman misteriusnya.
***
Dan entah apa yang di lakukan Sella hingga Papa Agnetapun memberi ijin Agneta untuk menginap di rumah Sella. Setelah bersiap-siap di rumah Sella, Agneta di beri pinjam pakaian malam oleh Sella.
"Sel, ini gak terlalu pendek?" tanya Agneta melirik gaun ketat yang dia pakai. Gaun berwarna hitam itu melekat indah di tubuhnya.
"Loe cantik, Neta. Percaya sama gue," ucapnya. Agneta kembali menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan ringisan kecil. Sella benar-benar merubah dirinya dari seorang upik abu menjadi seorang cinderella.
"Udah, ayo nanti Evan terlalu lama menunggu." Sella menarik tangan Neta menuju keluar kamarnya menuju ke mobil miliknya.
Mereka pergi menuju sebuah club malam yang ada di kota Semarang. Sesampainya di sana, Sella kembali menarik Agneta masuk ke dalam club. Tampak dari luar club itu seperti ruko kosong yang gelap. Tetapi semakin ke dalam mereka menemuka sebuah tangga yang mengarah pada pintu berwarna hitam yang di jaga oleh 2 orang pria berbadan besar.
Keduanya masuk ke dalam saat pintu di bukakan dan suara musik yang kencang juga pencahayaan yang redup dan berkelip-kelip langsung menyambut kehadiran mereka berdua. Di dalam hampir semua ruangan di penuhi oleh orang-orang yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
"Dimana pacarmu?" tanya Agneta sedikit berteriak supaya suaranya terdengar Sella.
"Katanya dia ada di private room bersama teman-temannya. Ayo ikut," ucap Sella menarik tangan Agneta menuju ke tempat itu.
Keduanya masuk ke dalam ruangan yang di batasi oleh kaca buram yang tak tembus pandang. Di dalam sana ada sekitar 10 orang pria dan 5 orang wanita yang sedang melakukan party.
"Hay Babe," sapa seorang pria langsung beranjak dari duduknya dan merangkul Sella. "Gaes, kenalkan ini Sella, cewek gue."
Teman-teman Evan tampak mengangkat sebelah tangannya untuk menyapa Sella. "Dan ini Agneta, temanku. Dan dia masih jomblo lho," ucap Sella membuat Agneta melotot ke arahnya membuat teman-teman Evan menyapanya dan ada juga yang berkata kurang ajar.
Sella memilih duduk bersama Evan dan berbincang dengan akrab, sedangkan Agneta memilih duduk di sofa single dengan memilin ujung gaunnya. Beberapa teman Evan menggodanya tetapi Agneta tampak enggan untuk merespon mereka.
"Sorry gue telat," ucap seseorang membuat semuanya menoleh ke arah pintu.
Deg
Agneta menatap penuh binar dan rasa kagum saat melihat sosok siapa yang baru saja datang. "Loe selalu telat, Dave." Seorang pria yang duduk santai dengan merangkul seorang wanita berkomentar.
"Biasa ada beberapa pekerjaan," ucapnya menyalami mereka semua, hingga berhenti di depan Agntena. "Siapa ini?" tanya Dave.
Agneta tampak menunduk malu dan gugup karena pria yang selama 3 tahun lalu ia kagumi secara diam-diam. Pria itu adalah Davero Anderson, kakak kelasnya dulu saat dia masih duduk di bangku SMP. Kebetulan sekola SMP dan SMKnya itu satu yayasan dan satu area walau beda gedung. Davero memang terkenal saat masih sekola, tak jarang wanita yang terang-terangan mengejarnya. Selain memiliki ketampanan yang di atas rata-rata, Dave juga terkenal sebagai siswa yang pintar dan seorang atlit taekwondo.
"Hai Agneta," sapa Dave membuat Agneta tersenyum kikuk, wajahnya berubah merona karena sapaan Dave untuk pertama kalinya. "Kau siswi SMK Nusantara yah?"
"Eh? I-iya Kak," jawabnya sedikit salting.
"Pantas, aku merasa pernah melihatmu." Hanya mendengar kalimat itu dari Dave yang berisi 5 kata, sudah mampu membuat jantung Agneta berpacu cepat dan darahnya berdesir hebat.
***