Pintu lift hampir menutup.
Tiba-tiba sebuah tangan masuk dan wajah dingin pria itu muncul di depan Chi En.
Chi En tertegun!
Li Beijue?
Bagaimana ia bisa ada di sini? Bukankah harusnya ia sedang berbincang dengan Sheng Aiyi?
Entah kenapa, Chi En justru keheranan mengapa ia bisa ada di sini dan mundur dengan waspada.
Pria dingin itu langsung masuk ke lift seolah tidak menganggap keberadaan Chi En sama sekali.
Detik setelahnya pintu lift tertutup.
Hanya ada mereka berdua d di ruang sempit ini dan Chi En tidak bisa menahan kegugupannya.
Namun, tidak ada hal apapun yang ia pikir yang akhirnya terjadi. Dari awal hingga akhir, Li Beijue tidak menatapnya lagi. Sampai lift berhenti di garasi basement, Chi En bergegas keluar tetapi pria itu justru tidak bergerak sama sekali.
Baru setelah Chi En menghilang di sudut garasi dan pintu lift tertutup lagi, lelaki berwajah dingin tanpa ekspresi itu menghantamkan tinjunya dengan marah pada tombol lift!
Brak. Tombol lift dihancurkan beberapa kali sampai terdengar suara listrik rusak berbunyi.
Tangan kirinya yang sebelumnya terluka berdarah lagi.
Setelah Chi menemukan mobilnya, ia langsung membuka pintu dan duduk di dalam. Tak berselang lama ponselnya terdengar bip dua kali yang rupanya adalah pesan dari Lin Anxin.
Jika Lin Anxin mencarinya, pasti ada masalah yang terjadi. Dengan segera Chi En menelepon balik ke nomor Lin anxin.
Baru dering kedua, panggilan itu sudah langsung terjawab.
"Halo, En, apa kamu sudah melihat pesan yang kukirimkan padamu?"
"Ya, aku sudah lihat."
"Pamanku telah melakukan apa yang kamu minta aku lakukan untukmu. En, kamu adalah wanita yang sudah menikah sekarang. Haruskah kita mentraktirmu makan malam?" Lin Anxin tertawa geli.
Chi En sedang tidak ingin bercanda dengannya. Ia bertanya dengan serius, "Anxin, tanyakan pada pamanmu, kapan pria itu punya waktu luang? Aku ingin secepatnya bertemu dengannya untuk membahas masalah kartu identitas Chi Baobei"
"Aku sudah menanyakan hal ini kepada paman. Paman bilang saat ini pria itu masih berada di luar negeri dan baru kembali beberapa waktu lagi."
Chi Baobei tidak akan kembali sampai ia berusia 5 tahun. Masih ada setengah tahun lagi. Pria itu harus kembali dalam setengah tahun.
Chi En menarik nafas dalam-dalam, "Oke."
Lalu tiba-tiba ia memikirkan hal lain yang mengganggu perasaannya, "Ngomong-ngomong, bisakah kamu membantuku?"
"Bisa. Apa yang bisa kubantu?"
Sebenarnya sulit bagi Chi En untuk mengatakannya, "Aku ingin tinggal di rumahmu selama seminggu dan pindah ketika aku sudah bisa menemukan rumah baru."
"Kamu mau pindah lagi?" Lin Anxin terkejut dan bertanya, "Bukankah kamu baru saja pindah ke sana? Kenapa kamu pindah lagi? Itu rumah yang bagus. Ada dua kamar tidur dan satu aula. Dan lokasinya sangat dekat dengan tempat kerjamu. Ada sekolah di dekat sana dan itu lebih mudah bagi Chi Baobei untuk pergi ke sekolah ketika ia datang nanti. Kenapa kamu tiba-tiba ingin pindah? "
"Karena ayah Chi Baobei membeli rumah itu." Chi En tidak ingin menipu Lin Anxin.
"Ayah Chi Baobei?! Membeli rumah itu?!" Lin Anxin berseru di ujung telepon. Setelah pulih dari keterkejutannya, ia mencoba sedikit tenang dan menurunkan suaranya. "En, jangan mencoba menggodanya. Kamu baru saja membuat perjanjian pernikahan dengan seseorang."
"Jika aku melakukan apa yang kamu pikir itu, aku tentu tidak akan mau pindah. Tenanglah, bisakah kamu menjagaku selama seminggu?"
Lin Anxin meyakinkan sahabatnya dengan berkata, "Tentu saja."
"Aku akan bekerja lembur malam ini. Larut nanti aku baru kembali. Kamu bisa langsung ke sana. Qin Wenhao ada di rumah."
Qin Wenhao adalah pacar Lin Anxin, mereka telah berkencan selama 4 tahun. Mereka telah bersama sejak kuliah dan sekarang mereka telah mencapai titik tertinggi. Qin Wenhao tidak mencampuradukkan antara hiburan dan pekerjaan, dan dia mendapat pekerjaan di perusahaan asing saat ini. Meskipun pendapatannya tidak dapat dibandingkan dengan kenyamanan yang telah diberikan Anxin, tetapi itu sudah cukup baik untuk kalangan orang biasa.
"Terima kasih banyak, Anxin."
"Tidak perlu ada terima kasih diantara kita berdua, Sayang. Kamu bisa pergi ke sana nanti."
Chi En menutup telepon, menyimpan kekacauan di hatinya, dan memantapkan diri untuk mengabdikan dirinya untuk pekerjaannya.