Chereads / Suamiku Penguasa Kegelapan / Chapter 52 - Hidup Sepuluh Tahun dan Mati-Sia (Bagian 42)

Chapter 52 - Hidup Sepuluh Tahun dan Mati-Sia (Bagian 42)

Mendengar perkataan Li Yan, hati Ning Huanxin merasa semakin pilu. Meskipun dia tahu kalau Li Yan adalah orang yang meninggal sepuluh tahun lalu. Tapi, ketika melihat orang yang di depannya ini mati dengan tragis, hatinya menjadi sakit ketika merasakannya.

"Li Yan, aku paham kamu membunuh pemain ini untuk melampiaskan kebencianmu. Tapi kamu sangat tahu dengan jelas, Zhang Yan… Dia tidak bisa hidup lagi!" kata Ning Huanxin, seketika itu dia berteriak terhadap Li Yan.

Tidak ada satupun masyarakat di desa Lijia yang tidak membenci masyarakat desa Zhangjia, termasuk Li Yan salah satunya. Tapi selama beberapa tahun ini, dia belum pernah membunuh orang dari desa Zhangjia, mungkin alasannya karena Zhang Xiao. Atau karena keluarga Zhang Yunshu, atau mungkin masih ada alasan lain. Tapi sekarang, itu semua sudah tidak penting lagi, karena saat ini dia sudah menguasai raga Zhang Yan, dan dia telah memulai perang balas dendamnya.

"Hahahahaha!" Li Yan tiba-tiba tertawa mendengar kemarahan Ning Huanxin. Seketika, suasana saat itu berubah semakin menegangkan. Tawa seraknya terdengar menggema di atmosfer yang gelap dan dingin malam itu, bau amis darah pun semakin menyengat mengiringi tawanya. Tiba-tiba, kedua matanya berubah semerah darah, dan dia langsung mendorong Ning Huanxin, "Kau tahu semua orang pasti mati, semua orang harus mati! Dan kau! Kau adalah orang selanjutnya!" katanya.

Hidup dan mati Ning Huanxin saat ini berada di tangan Li Yan. Dia yang sudah kalah telak dengan kekuatan Li Yan, sebenarnya telah memikirkan hal terburuk yang akan menimpa dirinya.

"Setan! Jangan bunuh manusia!" kata seseorang. Di saat-saat terakhir seperti ini, tiba-tiba terdengar suara orang tua dari belakang tubuh Ning Huanxin. Kemudian, sebuah jimat tiba-tiba terbang mengudara dari belakang tubuhnya, dan membakar tepat di tepi alis Li Yan. Lalu, seluruh wajah Li Yan terbakar dengan gumpalan asap hitam menyelimuti dirinya. Seketika itu, tubuhnya pun menghilang seiring menghilangnya asap-asap hitam tersebut.

Semua ini terjadi sangat tiba-tiba. Sambil menunggu Ning Huanxin tersadar, terdapat dua orang di sana, yaitu seorang pria tua dan gadis kecil, sedang berdiri di belakangnya.

Pria berambut putih yang baru saja melemparkan jimat itu adalah seorang Pendeta Tao. Pendeta tersebut mengenakan jubah berwarna putih, dengan rambut panjangnya yang tergulung rapi, di tusuk dengan tusuk rambut kayu ber-ornamen kuno.

Di sebelah pendeta tersebut, terdapat gadis kecil yang sedang berdiri. Wajahnya imut ditambah pipi bulatnya, dan kedua bola matanya yang hitam sempurna. Gadis kecil itu terlihat seperti berumur sekitar tujuh atau delapan tahun. Tapi, gadis kecil itu juga mengenakan jubah berwarna putih, rambut hitamnya juga tergulung rapi ke atas.

"Terimakasih banyak atas bantuanmu pendeta!" kata Ning Huanxin. Dia langsung mengepalkan kedua tangannya, sebagai permohonan terima kasih kepada Pendeta Tao. Tapi, pria berambut putih itu justru terkejut ketika melihatnya.

Perempuan ini… batin Pendeta Tao. Tapi, dengan cepat dia menutupi keterkejutannya sendiri.

"Itu sudah menjadi salah satu tugas kami untuk mengusir roh jahat." kata Pendeta Tao tersebut sambil mengangguk kepada Ning Huanxin. Dia dengan segera mendekat ke kuburan, di tempat Ning Huanxin berada. Pendeta tersebut yang melihatnya, tidak sadar langsung menggelengkan kepalanya. Dia melihat tanah tersebut sudah penuh dengan lumuran darah.

"Ah, arwah itu sudah pergi. Sepertinya ini semua dibawa oleh dia" kata Pendeta Tao.

"Pendeta Tao, aku sangat memohon kepadamu, selamatkan anakku! Tolong selamatkan anakku, Pendeta!" kata Zhang Yunshu yang langsung duduk di atas tanah, sambil memohon kepada Pendeta Tao untuk menyelamatkan putrinya. Beberapa kali dia memohon, sambil menarik ujung jubah Pendeta Tao tersebut.

"Ini…" kata Pendeta Tao, karena dia juga merasa kasihan dengan Zhang Yunshu. Tapi dia tidak tahu, bagaimana caranya ketika harus memulai pembicaraan.

Di saat itu juga, gadis kecil yang manis itu tiba-tiba berbicara dengan suara kecilnya, "Tante, anakmu itu sudah meninggal. Hantu itu telah mengambil alih tubuh dan dengan segera akan menyatu dengan tubuh anakmu. Jiwanya akan menghilang dan akan diserap oleh hantu perempuan itu."

Gadis ini, meskipun kelihatannya masih kecil, tapi ucapannya sudah seperti Tetua Tao.

Ning Huanxin seketika itu menyadari, kalau kedua bola mata gadis kecil ini sangat istimewa. Kedua bola matanya lebih hitam dibanding orang biasa, Jangan-jangan kedua bola mata itu… Punya sesuatu kelebihan? batinnya...