Sejak adanya Xiaokai, kesombongan yang pernah ada dalam diri Nan Zhi telah hilang. Ia menjadi lebih tenang dan lembut. Tapi kelembutannya hanya ia tunjukkan saat menghadapi Xiaokai.
Biasanya, Nan Zhi lebih sering terlihat bersikap dingin. Sikapnya yang dingin, ditambah dengan wajahnya yang menawan, seringkali memancarkan pesona yang mematikan.
Jadi, saat Xia Yanran membawa Nan Zhi ke sebuah klub pribadi kelas atas, Nan Zhi langsung menarik perhatian banyak Tuan muda kaya.
Ada beberapa orang yang datang bergabung, dan meminta untuk ditambahkan WeChat, namun Nan Zhi menolak semuanya.
"Zhi Zhi, tadi tuan muda yang meminta WeChat mu lumayan tampan. Apakah kamu benar-benar tidak ingin mempertimbangkan untuk mencarikan anak angkatku seorang ayah?" Tanya Xia Yanran sambil memegang lengan Nan Zhi, kemudian mereka tertawa dan berjalan menuju ruangan pribadi yang sudah dipesan.
Nan Zhi menggelengkan kepalanya. "Aku tak pernah memikirkan hal itu." Orang tua Nan zhi bercerai dan tunangannya meninggalkannya. Hal itu membuatnya tak percaya lagi dengan lelaki, dan lebih tak percaya lagi dengan yang namanya kesetiaan.
Terlebih lagi, pada saat mengandung Xiaokai, terjadi hal seperti itu….
"Zhi Zhi, kamu baik-baik saja kan? Wajahmu terlihat pucat."
Beberapa pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalu, membuat Nan Zhi pusing. Tapi ia segera menyesuaikan suasana hatinya, kemudian tersenyum dan berkata pada Yanran. "Kamu pergi dulu ke ruangannya, dan beritahu Yubing kalau aku pergi ke toilet dulu. Setelah itu aku akan menyusul."
Teman Nan Zhi tidak banyak, selain Yanran, masih ada seorang teman yang bergelut di dunia hiburan yaitu Qin Yubing.
Ibu Qin Yubing dulu adalah pembantu di rumah Kakek Nan Zhi, mereka berdua tumbuh bersama dari kecil. Hubungan mereka berdua lebih baik daripada seorang adik dan kakak. Sementara itu, kini Nan Zhi sedang berjalan ke Toilet dengan sepatu hak tingginya.
Nan Zhi tidak masuk ke dalam toilet dan hanya bersandar di tembok. Kemudian ia mengambil sekotak rokok dari tas kecilnya.
Nan Zhi bukan perokok berat, hanya ketika suasana hatinya buruk saja ia akan merokok satu batang.
Nan Zhi menyipitkan matanya kemudian asap dihembuskan dari mulutnya. Ia menatap asap tipis yang mulai mengembang, tatapannya tampak sedih.
Nan Yao tahu Nan Zhi telah kembali, dan Nan Weiye seharusnya juga tahu. Tapi kenapa tak ada telepon sama sekali?
Mereka pasti merasa tenang setelah mengambil semua yang menjadi miliknya dan ibunya.
Hhh….
Dua sosok lelaki yang tinggi dan tegak keluar dari toilet pria.
Lelaki dengan pakaian yang serba putih, wajahnya begitu tampan hingga bisa membuat orang terpana. Dengan satu tangan yang dimasukkan ke saku celananya, dan bibir tipis yang merah, lelaki itu sedikit mengernyit, benar-benar terlihat luar biasa seksi.
"Kakak ke-empat, sampai kapan kamu akan melajang? Bukankah nenekmu mendesakmu untuk segera menikah? Apakah kamu akan menikah dengan Qin Sichu, perempuan yang paling cantik di Ningcheng?"
Lelaki tampan itu tampak dengan acuh membentak, "Diam!"
"Ey, ternyata ada orang cantik di sini."
Mendengar kata-kata Lan Yanzhi, Mu Sihan secara tidak sengaja melirik perempuan yang sedang bersandar di tembok dan merokok itu.
Matanya yang hitam dan dalam tiba-tiba berkedip.
Bukankah itu perempuan yang memakai baju berantakan hingga memperlihatkan dadanya tadi sore?
Nan Zhi memakai gaun berwarna merah, ada tali yang mengikat di pinggangnya, membuat tubuhnya tampak indah. Rambut Nan Zhi yang berwarna coklat tergerai di bahu, dan Nan Zhi sesekali memiringkan kepalanya untuk menghisap rokok, kemudian menghembuskan asapnya. Dirinya yang sedang santai, terlihat begitu menawan sekaligus kesepian.
Nan Zhi yang sekarang terlihat berbeda dengan yang tadi pagi. Tadi pagi, wanita itu tampak tersenyum cerah.
Mu Sihan mengernyitkan dahinya, ada ekspresi menghina di wajah tampannya itu.
Lan Yanzhi jarang melihat perempuan merokok bisa menampilkan kecantikan yang seperti itu. Tadinya ia ingin menikmati pemandangan ini sebentar, tapi Mu Sihan telah pergi, dan Lan Yanzhi sibuk mengikutinya. "Kakak ke-empat, tunggu aku…."
Nan Zhi kembali sadar dari pikirannya yang campur aduk. Matanya yang jernih melirik, dan hanya menemukan dua sosok tubuh yang tinggi mulai menghilang di sudut.
...