Chereads / Angan-Angan Tertinggi / Chapter 17 - Menggigit Daun Telinganya

Chapter 17 - Menggigit Daun Telinganya

Lan Yanzhi sedang memeluk dan menggoda seorang perempuan yang cantik dan seksi, tapi sudut matanya melirik Mu Sihan.

Melihat Mu Sihan menarik seorang perempuan cantik untuk duduk di pahanya, dan tangannya masih mencengkram pinggang seorang perempuan, membuat ekspresi Lan Yanzhi tampak sedikit aneh.

Sepengetahuan Lan Yanzhi, Tuan Mu tidak pernah menggoda perempuan apalagi berhubungan dengan perempuan, tidak menarik baginya.

Tapi apa yang terjadi sekarang?

Apakah dua orang itu saling tertarik?

Tapi di mata perempuan itu tidak tampak rasa cinta ataupun malu sedikitpun.

Cih, ternyata ada juga perempuan yang bisa tidak tertarik dengan kakak keempat.

Sungguh aneh.

Nan Zhi tidak tahan dengan tatapan tajam dan suram lelaki itu. Kemudian Nan Zhi berusaha untuk bangkit dari pangkuan lelaki itu.

Tapi baru saja Nan Zhi bangun dan berjalan dua langkah, tiba-tiba ada seseorang yang menjulurkan kaki dan berusaha untuk menjegal Nan Zhi.

Nan Zhi tidak bisa menghindar, tubuhnya tiba-tiba terjatuh ke depan, tapi ia berusaha untuk menyandarkan tangannya di sebuah meja teh berwarna hitam. Dalam kebingungan, Nan Zhi merasa lengan rampingnya seperti ditarik.

Lan Yanzhi tertawa melihat Nan Zhi diperlakukan seperti itu oleh Tuan Mu. Kemudian Nan Zhi akhirnya kembali ke pelukan Tuan Mu.

Orang lain mungkin tidak memperhatikan, tapi Lan Yanzhi memperhatikannya. Kaki yang menjegal tadi adalah kaki Tuan Mu sendiri.

Kepala Mu Sihan terbentur tas kecil yang dibawa oleh Nan Zhi, dan membuatnya kesakitan hingga mendengus sesaat. Dengan wajah yang terlihat suram, Tuan Mu menarik Nan Zhi ke dalam pelukannya.

Punggung Tuan Mu membentur sofa, dan Nan Zhi membentur dada Tuan Mu.

Lelaki itu menghembuskan nafas di dahi Nan Zhi, kemudian wanita itu mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah lelaki itu.

Mata lelaki itu tampak dalam. Sepertinya lelaki itu memiliki kepribadian yang tak terduga dan berbahaya.

Saat Nan Zhi hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba bagian bawahnya meraksan sesuatu yang panas, diikuti perutnya yang perlahan terasa sakit..

Selesai sudah, ia tak menyangka kalau hal itu akan datang lebih awal.

Sejak Nan Zhi melahirkan Xiaokai, menstruasinya tak pernah teratur.

Nan Zhi pun ingin segera meninggalkan tempat itu, tapi orang yang dibelakangnya justru tidak mau melepaskan tangannya.

Mu Sihan membuang cerutunya, tangannya yang putih dan panjang mencengkeram leher Nan Zhi. Kemudian lelaki itu berbisik di telinga Nan Zhi dengan nada yang nakal. "Nona, apakah kamu mau pergi setelah menyentuhku?"

Masih bagus jika Mu Sihan tidak menyinggungnya, tapi saat menyinggung hal itu, Nan Zhi merasakan sentuhan aneh di telapak tangannya.

Nan Zhi terbatuk sekali karena canggung. "Tanganku tak sengaja, jika bukan karena tiba-tiba mendorongku, pasti hal itu tidak akan terjadi."

Melihat wajah kecil Nan Zhi tampak pucat, Mu Sihan kemudian menjilat pipi Nan Zhi sambil tertawa rendah.

Nan Zhi tidak tahu apa yang lelaki itu tertawakan. Tapi ia tahu kalau lelaki itu menjadi semakin berbahaya.

Bagian perut bawah Nan Zhi menjadi semakin tidak nyaman, membuatnya malas untuk berbicara lagi dengan lelaki itu, dan berusaha untuk bagun.

Meskipun Nan Zhi terlihat kurus dan langsing, tapi ia memiliki tenaga. Walaupun ia tetap tak bisa mengalahkan lelaki itu, yang bisa memegangnya erat dengan satu tangan.

Saat Nan Zhi memiringkan kepalanya untuk melihat ke arah lelaki itu, lelaki itu tersenyum kemudian menundukkan kepalanya. Bibir tipisnya menggigit kecil telinga Nan Zhi, dan ujung hidungnya menempel pada ujung telinga wanita itu.

"Nona, apakah kamu tahu apa yang terjadi pada perempuan yang pernah berencana untuk menyentuh 'adik kecil' Tuan Mu waktu itu? Jari perempuan itu di potong. Meskipun tanganmu tak sengaja, tapi kamu tetap harus dihukum bukan?" Ujar lelaki itu.