Matahari mulai menampakkan dirinya...
Tidak ada jendela di studio, di ruangan itupun masih gelap. Hanya bisa dibedakan lewat cahaya yang masuk di celah bawah pintu dan suara langkah kaki dari luar.
Gu Anbao duduk berdiam diri, tidak ada yang dia kerjakan selama seharian ini.
Namun, dia lebih suka tidak ada kegiatan seperti ini, daripada harus menjadi aktor pengganti lagi.
Di luar ramai sekali, dia bisa merasakan bahwa anggota pembuat film sangat sibuk. Menunggu siang hari dan kotak makan siang akan datang. Mereka akan duduk bersama, makan siang bersama, dan ngobrol apa saja di sini. Keadaan seperti itu tentu akan lebih hidup.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara kaki mendekat ke arah ruang tunggu. Kaki itu berhenti di depan pintu, memutar pegangan pintu, lalu membuat suara gemerisik.
Gu Anbao terkejut melihat pintu yang terbuka. Sebab, ruangan ini hanya milik Shen Xinran pribadi, tidak boleh ada yang masuk sebelum dia.
Orang yang berada di luar pintu memutar beberapa kali pegangan pintunya, pintu itu terkunci. Dia mengambil kunci cadangan, dan memasukkan kuncinya, seluruh cahaya luar langsung masuk ke dalam ruangan.
Gu Anbao gugup melihat dua orang staf berdiri di depan pintu, dia bertanya dengan perasaan takut dalam hatinya, 'apakah mereka akan menyuruhnya untuk mengambil adegan dengan ular lagi…'
Sepertinya mereka orang suruhan, dan salah satunya membawa kantong plastik berisi kotak makan siang.
Mereka melihat Gu Anbao yang sedang duduk di atas sofa, kemudian bertepuk tangan memanggilnya, "Ayo ikut kami, dan ganti baju."
Ganti baju? Tapi... bukankah hari ini tidak ada adegan untuk dia?
Apakah sutradara itu ingin mengambil adegannya lagi?
Gu Anbao dengan patuh mengikuti mereka dari belakang, berjalan melewati lorong panjang dan masuk ke salah satu ruangan.
Salah satunya mengetuk pintu dan berkata dengan orang yang di dalam, "Sutradara, robotnya sudah ada di sini."
Menunggu sebentar, kemudian pintu terbuka.
Pria paruh baya dengan jenggot di rahangnya, ada pula sebuah rokok ada di antara jari-jarinya. Orang itu melirik Gu Anbao yang ada di belakang mereka dan berkata "Baiklah, kalian boleh makan siang dulu."
Gu Anbao mengenalnya, dia adalah Sutradara Xu, yang mengajarinya berakting kemarin.
Dua anggota staf tadi pamit pergi, sutradara itu melambaikan tangannya pada Gu Anbao, "Masuklah!"
Gu Anbao masuk ke dalam tanpa tahu apa-apa, gorden di dalam ruangan itu menghalangi sinar matahari yang akan masuk. Di ruangan ini hanya ada lampu yang redup di atas mejanya. Dari arah pintu, terlihat banyak naskah yang berantakan, ada gelas bir, sebotol bir, sebotol wine dan asbak.
Bukankah dia... disuruh ganti baju?
Sutradara itu menutup pintu ruangan setelah Gu Anbao melewatinya. Kemudian dia melangkah masuk dan menghancurkan rokoknya pada asbak yang ada di atas meja.
Gu Anbao mencium bau ruangan ini... dia merasa... bau ruangan ini dipenuhi bau alkohol dan asap rokok...
Laki-laki itu bersandar pada meja yang ada di belakangnya, dia langsung menghadap ke Gu Anbao, menatapnya dari atas hingga bawah. Beberapa saat pandangan itu berhenti didadanya, seperti menemukan sesuatu yang menarik, kemudian dia tersenyum.
Gu Anbao merasa tidak nyaman dengan pandangan laki-laki itu, membuat dia benar-benar tidak nyaman, tanpa sadar dia mundur ke belakang.
Matanya melihat keseluruhan tubuh Gu Anbao, tangannya bergerak dan menyentuh dadanya, memegangnya dengan kuat.
Gu Anbao hampir menangis! Dia menangkis tangannya! Kemudian dia mundur lagi.
Pria itu terganggu dengan gerakan Gu Anbao, kemudian dia berkata, "Ghana Fei dengan SOF11 tidak sama rasanya..."
Kemudian dia melanjutkan, tampak senyuman mesum di wajahnya, "Mungkin robot satu ini lebih menarik.." Ujarnya.
Gu Anbao samar-samar mulai paham, dia melihat laki-laki di depannya, otaknya benar-benar tidak beres! Gu Anbao berkata dengan terbata-bata tidak jelas, "Bukan... aku bukan seperti yang itu... bukan aku.."
Laki-laki di depannya tidak ingin mendengar penjelasan Gu Anbao. Gu Anbao hanya bisa melihat siluet tubuh laki-laki itu, kemudian dia menarik tangan Gu Anbao dengan keras, mendorongnya ke meja dan dan menekan tubuh Gu Anbao dengan tubuhnya!
Bruk! Tubuh Gu Anbao dipaksa untuk berbaring di atas meja!
Lampu meja itu dengan kasar disingkirkan, naskah berserakan di lantai, botol bir dan wine jatuh dengan cepat dan pecah berkeping-keping di atas lantai,
Dia tidak bisa memikirkan apa-apa, tubuh laki-laki itu menekan tubuh Gu Anbao hingga tidak bisa bernapas dan bergerak! Roknya dibuka, tangan laki-laki itu mulai masuk ke dalamnya, melepaskan celana dalamnya dan menariknya ke bawah!
Gu Anbao sangat ketakutan! Tangan kirinya mengambil suatu benda, lalu memukulkan ke laki-laki itu. Dia juga menghantamkan benda itu ke tubuh si sutradara dengan lebih keras.
Seketika laki-laki itu berguling dari atas meja dan jatuh ke bawah.
Gu Anbao melihat pecahan kaca yang ada di tangannya, tangannya sudah berlumuran darah..
Mati? Apakah dia... membunuh orang? Otaknya terasa kosong, tidak bisa berpikir apa-apa. Dia berusaha untuk berpikir rasional. Sambil melihat laki-laki itu, dia tidak bergerak..
"Bruk!!!"
Asbaknya jatuh ke lantai, menimbulkan suara yang keras.
Gu Anbao terbangun.
Dia sadar apa yang telah dilakukannya, ada kemungkinan orang yang tergeletak itu sudah menjadi mayat. Kemudian dia dengan cepat mundur ke belakang, ke pojok ruangan, dia tidak bisa bergerak sama sekali!
Dia ketakutan, panik, tak berdaya..
Tidak ada orang yang membantu dia...
Juga tidak ada orang yang datang menolongnya..
Gu Anbao melihat ke arah pintu, dan melihat ke tubuh laki-laki itu lekat-lekat.
Tidak mungkin tinggal di sini...
Ada sebuah suara otaknya, 'pergi! Cepat pergilah! Tinggalkan ruangan ini!'
Dia diam-diam berjalan ke arah pintu, membukanya, dan dengan cepat keluar dari ruangan itu!
Masih waktu makan siang, semua orang masih makan saat ini. Sudah pasti tidak ada yang memperhatikannya. Bahkan petugas keamanan hanya melirik dia sekilas. Gu Anbao melewati lapangan yang luas, bergegas menuju ke pintu gerbang..
Tampak jalanan di luar hanya lurus saja.
Gu Anbao berlari sangat kencang, karena tidak mau tertangkap oleh mereka. Dia Hanya fokus berlari dan berlari, tidak tahu arah, yang dia tahu hanya terus berlari tanpa berhenti!
Akhirnya Gu Anbao sampai di ujung jalan, memperlihatkan kedua sisinya seperti di film dari belakang dan mundur ke belakang. Dia tidak pernah tahu jika dia bisa berlari secepat ini, angin kencang melepaskan kedua telinga kucingnya, dia benar-benar ketakutan.
Tiba-tiba dia sudah berlari, hanya itu yang dia pikirkan.
Sekali lagi dia tercengang bisa berlari sekencang ini. Karena penyakit jantung yang dideritanya, dia tidak pernah berlari sekalipun dalam hidupnya. Sekarang, dia tidak merasakan lelah dan khawatir dengan jantungnya.
Tidak bisa terpikirkan, tiba-tiba dia sudah berlari, sungguh ini semua sama sekali tidak terpikirkan olehnya.
Matahari semakin ke arah barat, tubuhnya mulai merasa panas.
Seperti mesin yang overload, tubuh Gu Anbao benar-benar kepanasan, dia tetap tidak berlari meski pelan, hingga pada akhirnya dia sampai di jalan raya yang besar.
Ketika sampai di halte bus dia pun berhenti di sana, duduk dan bolak balik melihat jalanan, kini matahari mulai terbenam.
Gu Anbao berhenti melihat. Seketika sirkuitnya mengingat hal-hal yang barusan terjadi perlahan-lahan.
Angin malam mulai terasa dingin, dia benar-benar merasa dirinya sangat bodoh. Tidak memeriksa nafasnya, tidak memeriksa detak jantungnya, bagaimana bisa berpikir laki-laki itu sudah mati.
Saat itu... dia benar-benar ketakutan…
Ini adalah kali pertama baginya mengalami situasi yang konyol seperti ini. Selain itu, semua orang juga bodoh. Dia merasa ini semua sangat melelahkan.
Gu Anbao juga tidak tahu mengenai langkah yang harus dilakukan sekarang ini...
Jika...
Jika dia telah membunuh orang, apakah dia akan dihancurkan dan dilelehkan? Tapi jika dia tidak mati, mungkin orang yang mau membelinya akan berpikir dua kali.
Tapi situasi saat itu, bagaimanapun tidak bisa menerimanya. Dia sudah seratus kali digigit ular, juga tidak ada seseorang yang peduli dengannya.
Matahari mulai terbenam, benar-benar gelap.
Malam sudah datang.
Gu Anbao menatap bingung, dia tidak pernah berada di situasi seperti ini, tak berdaya, tidak tahu mau kemana...