Ketika Ye Erruo selesai berbicara, semuanya menjadi hening, Lin Jingxuan terkejut dengan reaksinya. Reaksi itu bukanlah reaksi yang Lin Jingxuan harapkan. Karena, ia sudah bertanggung jawab atas banyak hal, dan seharusnya ia tidak marah seperti ini. Lin Jingxuan benar-benar tidak bisa mempercayai apa yang sudah ia dengar. Bagaimana bisa Ye Erruo tega menyuruh Mo Jiangye membunuhnya?
Ketika Lin Jingxuan melihat tatapan dingin Ye Erruo, ia merasa apa yang dilihatnya tak salah lagi. Ia merasa, bahwa Ye Erruo benar-benar membencinya. Hal itu, membuatnya bertanya-tanya, Apakah Ye Erruo membenciku? Apakah karena aku gagal membawa Ye Erruo pergi? Tapi kenapa dia bersedia menikah dengan Mo Jiangye?
Lin Jingxuan berkata dengan sedih, "Ruoruo, semua adalah salahku."
Ye Erruo menatap nanar wajah munafik Lin Jingxuan, lalu ia berkata, "Tentu saja semua salahmu laki-laki buaya!"
Rasa sakit benar-benar seperti sudah berakar di hati Ye Erruo. Memikirkan anaknya yang belum lahir, rasanya ia ingin mengirim Lin Jingxuan dan sahabat baiknya itu ke neraka.
"Rourou," kata Lin Jingxuan dengan wajah melas dan menunjukkan ekspresi yang begitu sedih.
Ye Erruo sedikitpun tak ingin melihat wajah munafik Lin Jingxuan, apalagi mendengar suaranya yang dibuat-buat. Apa yang Lin Jingxuan dan Gu Feirou lakukan, ia akan membalas perbuatan mereka. Setelah itu, Ye Errou menenggelamkan kepalanya di pelukan Mo Jiangye. Tampaknya, ia sudah tidak mau melihat orang yang saat ini ada di hadapannya. Aroma parfum yang saat ini tercium begitu harum, membuat Ye Errou hanya bisa mengendusnya lagi. Dan seketika hati Mo Jiangye melembut dan tatapannya pun menjadi lembut.
"Aku akan menemuimu nanti bangsat!" kata Mo Jiangye dengan dingin.
"Lain kali, tanpa seizinku kamu dilarang datang kemari!" kata Mo Jiangye memperingatkan dengan nada serius.
Rumah keluarga Lin mempunyai area yang sangat luas. Dan area itu dibagi menjadi 2 bagian. Mo Jiangye dan Lin Jingxuan juga memiliki tempat tinggal sendiri. Jika bukan karena ancaman yang diterima Ye Erruo, sudah dari awal Mo Jiangye membawanya keluar dari tempat itu.
Ye Erruo bergumam, "Setelah selesai mengurus surat pernikahan itu, bisakah kita keluar dari sini?"
Mo Jiangye hanya menatapnya, sebenarnya dari awal ia ingin melakukan hal ini.
"Bukankah sebelumnya kamu ingin membawaku keluar? Setelah mendapatkan surat pernikahan, maka kita adalah suami istri. Tidak nyaman jika ingin menjalani kehidupan pribadi di sini. " tutur Ye Erruo dengan tatapan tidak berkedip.
Melihat mata indah Ye Erruo, membuat Mo Jiangye yang awalnya hanya diam lalu mengeluarkan suaranya, "Iya, boleh."
Kemudian Ye Erruo tersenyum, melihat senyuman Ye Erruo, hati Mo Jiangye begitu bahagia. Senyum Ye Erruo benar-benar indah dan membuatnya terobsesi untuk selalu ingin melihatnya. Selama ini, ia belum pernah melihat senyuman Ye Erruo yang seindah ini. Kemudian, ia memeluk Ye Erruo menuruni tangga agar terhindar dari Lin Jingxuan.
Boleh dibilang, sejak bangun tidur, perlakuan Ye Erruo membuat Mo Jiangye selalu menatapnya. Yang sebelumnya tak menyukai sentuhan Mo Jiangye, sekarang dengan tanpa ragu ia memeluknya. Ketika sarapan, Mo Jiangye mengambilkan makanan dan mengambilkan susu untuk Ye Erruo, dengan patuh Ye Erruo memakannya.
Di sisi lain, Ye Erruo juga mengambilkan makanan untuk Mo Jiangye. Dan selama 27 tahun, Mo Jiangye merasa ini adalah sarapan terbaik dan terenak yang pernah ia rasakan.
"Mo Jiangye, ada sesuatu yang ingin aku diskusikan padamu." tutur Ye Erruo.
"Hmmm?" tanya Mo Jiangye.
"Nanti saja ya mengurus pesta pernikahannya?" jawab Ye Erruo.
Ye Erruo ingat bahwa setelah mendapatkan surat pernikahan, seminggu kemudian ada beberapa hal yang harus dilakukan. Jadi, ia merasa banyak hal yang harus diurus. Jika Mo Jiangye meminta ia menikahinya, berarti harus ada pesta pernikahan dan itu butuh waktu untuk menyiapkannya.
"Iya." kata Mo Jiangye sambil tersenyum dingin.