Mo Qiange mengangkat dagu Luo Anning dengan ujung jarinya. Ia mendekatinya dan bergurau, "Kelinci yang tidak makan di sekitar sarangnya bukanlah kelinci yang baik. Carilah orang yang paling dekat denganmu, tak usah jauh-jauh. Seharusnya kau memanfaatkan kesempatan emas ini secepat mungkin."
Apakah dia menawarkan diri kepada Luo Anning agar bisa bersama dengannya?
Luo Anning tampak terkejut, namun ia mengabaikannya. Dia terus meneguk wiskinya, gelas demi gelas.
Mo Qiange meminta Luo Anning untuk tidak minum terlalu banyak, tetapi wanita itu tak menggubrisnya. Mo Qiange pun berhenti menasehatinya dan ikut minum bersamanya.
Pukul sebelas malam, bar semakin ramai.
Suara musik yang kencang, kerlap-kerlip lampu disko yang mempesona, dan suara DJ yang sangat ekspresif membuat semua pria dan wanita di lantai dansa itu semakin gembira.
Ketika Rong Yan muncul, pengawalnya membuat kerumunan orang di sana memberi jalan untuknya.
Tang Chao meletakkan kedua tangan di sakunya. Saat sedang asyik berbicara dengan Rong Yan, tiba-tiba dia menatap dua orang di depannya, lalu dia tertawa.
"Rong Yan, kelihatannya dia kehilangan sosokmu sebagai suami. Istrimu itu tidak tahan dengan kesepian yang dirasakannya selama ini, hingga akhirnya selingkuh di belakangmu."
Mata Rong Yan melirik. Sorot matanya yang dingin langsung menatap lurus ke arah Tang Chao, "Apa maksudmu?"
"Jika tidak percaya, lihat saja sendiri." Jari Tang Chao menunjuk langsung ke arah Luo Anning dan Mo Qiange.
Setelah mendengar perkataan Tang Chao, mata Rong Yan melirik ke samping. Detik berikutnya, bibirnya yang merah dan tipis langsung membentuk sebuah garis. Tangannya pun mengepal.
Setelah minum sepanjang malam, Luo Anning sangat mabuk. Dia berbaring di tubuh Mo Qiange seperti gurita, "Bajing*n… beraninya kau menyelingkuhiku. Semoga kau tidak akan pernah memiliki keturunan!"
"Anning, kau sudah mabuk. Biar kuantar kau pulang."
"Pulang ke mana? Aku tidak mau pulang… Aku mau menyelingkuhi dia…" Luo Anning, yang tengah mabuk, menatap Mo Qiange dengan setengah sadar. Tiba-tiba, ia tersenyum dan tampak terpesona. Jari telunjuknya mengusap bibirnya yang seksi. "Pria tampan… ayo kita pergi ke hotel…"
Seketika, jantung Mo Qiange berdebar-debar. Dia mengendalikan tangannya dengan sekuat tenaga. Luo Anning tersenyum, dan bahkan dengan semakin berani, ia memasukkan tangannya ke bajunya.
"Anning… kau sudah mabuk." Suara Mo Qiange merendah.
"Pria tampan… bisakah kita pergi ke hotel? Pria tampan… ayo kita pergi ke hotel…"
"Mau apa ke hotel?" Suara yang suram tiba-tiba terdengar. Detik berikutnya, Rong Yan menarik Luo Anning dari pelukan Mo Qiange.
Karena ditarik secara tiba-tiba, tubuh Luo Anning yang lembut hampir jatuh ke samping. Rong Yan berdiri di sampingnya dengan elegan, bahkan ia tak berniat untuk menarik Luo Anning.
Mata Mo Qiange menyipit. Dengan cekatan, ia merengkuh Anning ke dalam pelukannya sambil menatap Rong Yan. Ia mencibir, "Sudah larut malam begini, mengapa kau tidak menjaga wanita yang mengandung anakmu itu dan malah datang mencari hiburan di sini?"
Sorot mata Rong Yan yang dingin mengarah ke Luo Anning, yang berada dalam pelukan Qiange. Ia tidak mendengarkan perkataan Mo Qiange. "Lepaskan dia."
Mo Qiange memeluk Luo Anning dengan erat. Ia justru memprovokasi Rong Yan, "Jika aku tidak mau melepaskannya, apa yang akan kau lakukan, Rong Yan?"
"Presiden Imperial Court menggoda wanita muda yang sudah menikah. Jika dijadikan judul berita, apa ini cukup untuk menjatuhkan saham Imperial Court?" Bibir Rong Yan yang tipis sedikit mengait. Dia mengeluarkan rokok dan menyelipkannya ke bibirnya, lalu dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.
Raut wajah Rong Yan tampak elegan dan juga jahat. Ia tampak begitu menggoda namun mematikan.
Licik sekali!