"Luo Anning, jangan menyesal!"
Rong Yan mengatakannya dengan suara yang keras.
Kemudian --
Air mata Luo Anning mengalir. Ia merintih kesakitan.
Di malam yang panjang ini, bulan sabit bersembunyi di dalam awan dengan malu-malu.
…..
Rasanya sakit, seluruh tubuh seperti telah dibongkar dan ditata ulang. Tubuhnya sangat sakit, terutama kedua kakinya…
Luo Anning membuka matanya dengan tajam. Ia menundukkan kepalanya dengan gemetar dan menatap dirinya sendiri.
"Ahh-- bajing*n mana yang berani mengambil keuntungan dariku!"
Rong Yan merasa kesal karena terbangun oleh teriakan itu. Ia merentangkan kakinya, dan tanpa ragu, ia menendang wanita yang berteriak itu dari tempat tidurnya.
Terdengar suara Luo Anning jatuh dari tempat tidur. Akhirnya kamar itu menjadi sunyi.
Rong Yan mengaitkan bibirnya dengan puas. Ia menutup mata melanjutkan tidurnya. Luo Anning, yang telah ditendang dari kasur, masih belum bereaksi apa-apa. Ketika dia menyadari bahwa ini bukanlah kamarnya, dia mulai panik.
Dengan hati-hati, ia menyandarkan kepalanya di tepi kasur. Ia ingin melihat bajing*n mana yang memanfaatkan kondisinya yang sedang mabuk untuk mengambil keuntungan darinya. Luo Anning sangat marah!
"Rong Yan! Aku ingin menghancurkanmu!" Berselingkuh di belakangnya dan menghamili wanita lain bukanlah masalah besar, tapi beraninya dia memperkosanya dengan tidak tahu malu seperti ini!
Dia akan melampiaskan amarahnya, karena ia telah kehilangan keperawanannya hari ini.
Dia melemparkan tubuhnya ke kasur, lalu kedua tangannya mencekik leher pria itu erat-erat. Rong Yan membuka matanya dengan tegas dan meliriknya dengan sinis. Ia mengangkat kakinya yang panjang dan menendang Luo Anning ke samping tanpa ragu.
"Luo Anning, ingatlah, kaulah yang memperkosaku tadi malam, bukan aku yang memperkosamu, mengerti?"
"Kau… apa yang kau bicarakan? Tidak peduli seberapa bernafsunya aku, aku juga tidak akan memilihmu…" kata Luo Anning memperhatikan kata-katanya. Tanpa sadar, ia menutup mulutnya. Ia menatap Rong Yan dengan mata yang terbelalak lebar.
Bibir merah Rong Yan membentuk senyuman yang menawan. Ia berkata, "Ulangi, apa yang kau katakan tadi?"
"Apakah aku baru saja mengatakan sesuatu? Apa? Mengapa aku tidak ingat…" Ketika dia berbicara, bola matanya berputar.
Lucu. Dia menyuruh Luo Anning untuk mengatakannya lagi. Memangnya dia anggap Luo Anning bodoh?
Jika ia mengatakan sekali, ia masih bisa menutupi kata-katanya, bagaimana kalau mengatakannya kedua kali? Dasar orang bodoh!
Rong Yan mendengus dingin, lalu ia berkata, "Jangan berpura-pura bodoh. Kalau kau membuat masalah lagi, percaya atau tidak, aku akan segera membereskanmu!"
Bahkan Luo Anning belum menuntut kewajiban Rong Yan sebagai suami, tapi Rong Yan malah menghakimi dia?
Setelah mendengar Rong Yan menghakiminya, kemarahan di dada Luo Anning kembali membara, "Rong Yan, kau telah melakukan kesalahan sebelumnya. Mengapa kau berkata seperti itu?"