Chereads / Malam Hantu / Chapter 22 - Pertengkaran Ayah dan Anak (1)

Chapter 22 - Pertengkaran Ayah dan Anak (1)

Setelah mendengar ucapan dari Bai Ziyuan, membuat Tuan Bai sangat marah. "Dasar anak tidak berbakti! kalau berani coba kamu katakan lagi!" kata Tuan Bai, dia berteriak keras karena marah.

"Jika kamu menikahi wanita ini, aku tidak mengakuimu sebagai ayahku!" kata Bai Ziyuan mengulangi perkataannya sambil melihat ke arah wanita itu. Lalu dia berkata dengan dingin, "Apa yang sudah aku bicarakan, pasti akan aku lakukan! Kamu tahu bagaimana aku kan?"

"Kalau tidak mau mengakui ayahmu silahkan saja!" kata wanita itu sambil berjalan pelan ke samping Tuan Bai. Kemudian mengulurkan tangannya, untuk mengelus dada Tuan Bai, "Aku nanti akan melahirkan beberapa anak untukmu, tidak perlu khawatir tidak ada yang akan mengurusi mu waktu tua nanti!" katanya lagi.

Tuan Bai yang mendengar wanita itu berkata seperti demikian, membuat warna raut mukanya seketika membaik. Tuan Bai lalu mengulurkan tangannya dan menepuk-nepuk pundak wanita itu, lalu dia berkata, "Keluarga ini sudah berani melawanku, hanya kamu saja yang memiliki hati yang baik, hanya kamu saja yang memang peduli padaku!"

Ketika wanita itu mendengar Tuan Bai berkata seperti demikian, seketika itu juga dia tersenyum ringan. Dengan perlahan menyandarkan kepalanya ke pundak Tuan Bai, lalu menatap Bai Ziyuan dengan tatapan yang seakan-akan sedang ingin memprovokasi kemarahannya.

Bai Ziyuan yang melihat dengan segera erat mengepalkan tangannya dengan erat, dia bukannya tidak setuju kalau Tuan Bai menikah lagi. Tapi orang itu harus menjaga janji yang telah diucapkannya. Ketika itu, di depan Ibu kandung Bai Ziyuan dan Ibu kedua, ayahnya sudah berjanji tidak akan menikah lagi. 

Jadi seharusnya, ayahnya harus menepati janji yang telah dibuat oleh dirinya sendiri. Namun, kalau ayahnya tetap bersikeras ingin menikah, hal itu membuat Ibunya di sana pasti malu dan membuat Ibu kedua bersedih. Ditambah lagi, tampak terlihat jelas kalau wanita itu bukanlah wanita baik-baik. Karena mana mungkin kalau dia wanita baik-baik, akan mengatakan hal seperti itu.

"Ayah! Dengar itu apa yang dia katakan! Apakah itu ucapan yang seharusnya diucapkan oleh seorang ibu? Sekarang, kamu belum menikahinya saja, dia sudah seperti orang yang paling berkuasa disini. Kalau kamu sudah menikah dengannya, aku tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan kamu jalani nanti!" Bai Ziyuan berkata dengan nada khawatir.

"Jangan bicara lagi! Cepat kembali ke kamarmu dan pikirkan baik-baik apa kesalahanmu kali ini! Kamu tidak boleh keluar kamar tanpa perintahku! Mengerti!" kata Tuan Bai, dia melambai-lambaikan tangannya dengan tidak sabar. Petanda, meminta untuk menyuruh Bai Ziyuan pergi, kemudian dia berkata lagi dengan suara yang keras, "Jika kamu berani keluar dari kediaman Bai ini, jangan pernah berani untuk kembali lagi!"

Bai Ziyuan tidak menyangka, kalau ayahnya demi seorang wanita bisa-bisanya menampar dirinya. Dia sangat marah, tampak dari kedua matanya yang memerah karena marah. Dia terlihat sedang menggigit bibirnya, kemudian berbalik meninggalkan ayahnya. Seberapa banyak pun dia berbicara dengan ayahnya, sepertinya dia tidak akan mendengarkan. 

Baru saja keluar dari aula besar, Bai Ziyuan langsung melihat Ning Mojian berdiri di depan pintu aula. Bibirnya terlihat bergerak dua kali, dia tidak tahu sudah berdiri berapa lama Ning Mojian berdiri di sana. Dia ingin menjelaskan semua ini, tapi dia merasa tidak perlu menjelaskannya karena Ning Mojian sudah mendengar sendiri pertengkaran antara dia dan ayahnya.

Ning Mojian yang melihat Bai Ziyuan ingin pergi meninggalkan dirinya, yang saat itu sedang berdiri di depan pintu. Dengan segera mengulurkan tangannya untuk menggenggam pergelangan tangan Bai Ziyuan, "Tunggu dulu!" katanya.

Bai Ziyuan mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti kenapa Ning Mojian menarik dirinya. Karena, dia sudah tidak ingin berada di sana lebih lama lagi. "Jika ada yang mau dibicarakan, kita pergi ke kamarku saja, aku tidak ingin melihat kedua orang itu lagi!" katanya dengan suara dingin.

Ning Mojian melihat Bai Ziyuan yang sedang bersedih, dia hanya bisa menggenggam erat pergelangan tangannya. Tanpa berkata apa-apa Ning Mojian langsung menariknya dan membawanya kembali ke aula besar. Bai Ziyuan terlihat tampak ragu, tapi tetap saja masuk mengikuti Ning Mojian, mungkin karena dia pernah menyelamatkan nyawanya atau mungkin karena Ning Mojian juga pernah mengancamnya. Jadi, walaupun sebenarnya dia tidak bersedia untuk masuk, namun dia tetap menuruti Ning Mojian.

"Bukannya aku menyuruhmu untuk kembali ke kamar dan memikirkan baik-baik kesalahanmu? Kenapa masih ada disini?!" tanya Tuan Bai saat melihat Bai Ziyuan, dengan kesal dia berkata lagi, "Sepertinya aku terlalu memanjakanmu!"

Ning Mojian, lalu melepaskan tangan Bai Ziyuan, kemudian berkata kepada Tuan Bai, "Tuan Bai..."

Tuan Bai mengalihkan pandangannya ke arah Ning Mojian, saat pertama kali melihat Ning Mojian, dia sangat terkejut karena melihat tanda merah bekas luka di sekitar matanya.

"Wanita dengan wajah seburuk ini kenapa bisa berada di kediaman Bai?!" tanya Tuan Bai, suaranya terdengar tampak sedikit ketakutan. Kemudian, Tuan Bai menoleh kepada Bai Ling yang saat ini berada di sampingnya, lalu dia berkata lagi dengan suara keras, "Lonceng kecil, segera usir wanita itu keluar dari kediaman Bai!"

Bai Ling terkejut, karena tidak biasanya Tuan Bai bersikap seperti ini, apalagi dengan tidak sopannya mengusir seseorang, Ada apa ini sebenarnya? batinnya. Seketika dia mengalihkan tatapannya ke Bai Ziyuan...