Ning Mojian perlahan-lahan masuk ke dalam bak mandi, kemudian terlihat menutup matanya perlahan-lahan dengan nyamannya. Air panas itu membuat pipinya kemerahan, tampak seperti bunga persik. Bulu matanya yang panjang bercampur dengan air kristal, dikelilingi oleh uap air panas, membuatnya tampak seperti seorang dewi.
Warna malam di luar jendela perlahan-lahan menjadi redup, cahaya lilin di dalam kamar Ning Mojian terlihat berkedip-kedip, membuat kamar itu tampak lebih misterius. Lalu, dia membuka matanya kemudian memandangi sekelilingnya, dia melihat tidak ada lagi mayat yang menyeramkan. Lalu, tidak ada Bai Ziyuan atau orang-orang yang lain, kemudian di berpikir bahwa yang tadi terjadi bagaikan sebuah mimpi saja.
Ning Mojian mengusap lehernya, mencoba untuk memeriksa luka di lehernya karena tadi telah digigit oleh makhluk aneh itu. Dia tidak akan pernah melupakan rasa sakit yang ada di lehernya itu, tapi ketika tangannya menyentuh lehernya, dia hanya merasakan kulit yang mulus dan licin. Dia merasakan, tidak tampak sedikitpun luka maupun bekas gigitan di lehernya.
Bagaimana mungkin bisa begini? Apakah yang terjadi tadi hanyalah khayalanku saja?! tanya Ning Mojian dalam hati. Lalu, dia bergerak perlahan membuat air di bak mandinya bergetar dan mengeluarkan suara gemericik. Saat itu di baru sadar bahwa dirinya sedang mandi, tapi airnya sudah berubah menjadi dingin, membuat tubuhnya sedikit menggigil.
Ning Mojian dengan segera bangkit dari bak mandi kayu itu untuk mengenakan pakaiannya. Tiba-tiba, angin dari luar berhembus dan masuk ke dalam, membuat aroma bunga di rambutnya yang basah langsung tercium memenuhi ruangan itu.
Ning Mojian langsung menutup jendela itu dengan segera, kemudian dia melihat wajahnya di cermin. Dia pun langsung terkejut, karena bekas luka merah di pipinya seketika menghilang tanpa jejak. Dia lalu menyentuh pipinya dengan tangannya, mencoba meraba untuk mencari bekas luka merah itu. Tapi, seberapa lama pun dia mencari, bekas luka merah itu memang sudah hilang dari wajahnya.
Ning Mojian berjalan ke depan pintu, lalu membuka pintu kamarnya, namun tidak ada seorangpun berada di depan pintu kamarnya. Dia merasa kalau kejadian ini, sama seperti mimpinya kemarin malam, ketika dia berada di sebuah rumah yang sepi dan menakutkan itu.
Lalu, Ning Mojian menutup pintunya kembali, menoleh ke samping dan melihat baju kotornya yang terselempang di atas pembatas kayu khas Jepang yang ada di kamarnya. Dia melihat bahwa terdapat bekas darah di baju itu, kemudian dia memeriksa bercak darah itu dengan segera, dia takut bahwa itu hanyalah khayalannya saja.
Darah itu terlihat sudah kering tapi warnanya masih tampak gelap. Ning Mojian teringat, kalau darah itu adalah yang keluar dari lehernya dan mengalir ke bawah. Karena, dia melihat kalau hanya bagian leher dan dada di bajunya yang memiliki bercak darah dan tampak gelap. Hal ini membuat dia mengingat kembali, ketika makhluk aneh itu menggigit lehernya.
Sebenarnya apa yang terjadi? batin Ning Mojian, karena jika dilihat dari bercak darah di baju itu, tampak bahwa lukanya itu cukup dalam. Hal itu menjelaskan bahwa apa yang terjadi bukanlah khayalannya. Lalu dia berpikir, kenapa di tubuhnya sekarang tidak ada sedikitpun bekas luka. Kenapa tiba-tiba, dia bisa ada di dalam kamar sekarang, lalu dia memikirkan bagaimana dengan keadaan ayahnya Bai Ziyuan. Karena, dia tidak ada mengingat sedikitpun mengenai ini semua.
Ning Mojian masih tidak mengerti, dia membuka pintu kamarnya sekali lagi, karena dia ingin pergi menemui Bai Ziyuan. Dia ingin bertanya, sebenarnya apa yang sudah terjadi sebelumnya, entah mengapa setelah pernikahan hantu itu membuat dia merasa, bahwa dirinya tidak seperti dulu lagi.
Ketika dia membuka pintu kamarnya, tiba-tiba angin kencang berhembus ke arahnya, membuat mata Ning Mojian tidak bisa melihat dengan jelas ke depan. Kedatangan angin ini sebenarnya agak aneh, seakan-akan seperti tidak membiarkannya untuk keluar dari kamarnya sekarang. Dia menyampingkan wajahnya, kemudian menutup pintu kamarnya lagi dengan segera. Seketika, suasana di dalam kamarnya menjadi sepi lagi, namun di lantainya sekarang penuh dengan daun kering yang tadi dihembuskan oleh angin yang masuk ke dalam kamarnya.
Bulan di luar jendela tidak tahu sejak kapan, namun tiba-tiba sudah tergantung di atas pohon. Ning Mojian merasa, kalau dirinya tidak sendirian di dalam kamar itu, dia merasakan seperti ada seseorang berada di kamarnya. Perasaan ini sangat kuat, lalu dia menutup mulutnya dengan erat dan tidak berani membalikkan badan. Dia takut kalau tiba-tiba di belakangnya, ada sesosok mayat yang menakutkan seperti makhluk aneh itu.
Namun tiba-tiba, Ning Mojian merasakan sepasang tangan besar sedang memegang pinggangnya yang ramping. Kemudian dia ditarik ke sebuah pelukan yang tidak asing untuknya, lalu jemari tangan dan punggungnya merasakan suhu yang dingin, dia merasakan tubuhnya seperti sedang berada di ruang bawah tanah. Seluruh tubuhnya tiba-tiba terbujur kaku, dengan menutup mulutnya dengan erat, dia merasakan kalau kedua pupil matanya perlahan membesar.
Laki-laki itu terlihat menurunkan kepalanya, lalu mencium dengan lembut anting giok putih milik Ning Mojian. Laki-laki itu sangat dingin sekali, sedikitpun Ning Mojian tidak merasakan nafas yang hangat. Hal yang seperti ini, membuatnya berpikir, apakah mungkin dirinya ini masih sedang bermimpi. Tidak, tidak mungkin kalau aku sedang bermimpi! batinnya...