Ning Mojian tidak tahu laki-laki itu manusia atau hantu, dia juga tidak tahu apakah laki-laki itu memang benar-benar suaminya atau bukan. Masalahnya, karena sudah sampai di tahap ini, membuatnya sudah tidak ingin terlalu memikirkannya. Lagi pula dia sudah tidak memiliki rumah lagi, dia merasa bahwa ada sedikit rasa ketergantungan yang tercipta kepada laki-laki itu. Mungkin, karena di dalam hatinya saat ini hanya ada laki-laki itu, satu-satunya yang bisa membuatnya merasa nyaman bergantung padanya.
Tangan dingin laki-laki itu, saat ini sedang menyentuh punggung Ning Mojian, membuat tubuhnya gemetaran. Walaupun gelap, tapi dia bisa merasakan tatapan tajam laki-laki itu, terus menatapnya. Lalu, dia berpura-pura tidur dan dengan segera dia menutup kedua matanya. Hal ini dia lakukan, karena dirinya tidak tahu bagaimana caranya untuk berkomunikasi yang baik dengan laki-laki itu.
Tangan besar laki-laki itu kemudian membelai rambut yang ada di pipi Ning Mojian, kemudian bibirnya yang lembut mencium keningnya. Ciuman itu membuatnya merasakan rasa disayangi oleh orang lain, rasa itu lalu menyebar di hatinya, membuat jantungnya berdetak lebih kencang.
Bibirnya perlahan-lahan pindah ke telinga Ning Mojian, kemudian menggigit daun telinga itu dengan lembut. Laki-laki itu berkata dengan suara yang dingin tapi lembut, "Sepertinya aku kurang bekerja keras, sehingga istriku ini masih memiliki tenaga untuk memikirkan hal yang lainnya sekarang."
Hati Ning Mojian tertegun sebentar, belum sempat dia merespon laki-laki itu, namun tiba-tiba laki-laki itu memasukkan dirinya ke dalam tubuh Ning Mojian. Dia bergerak dengan cepat seperti api yang membara, walaupun Ning Mojian sudah kelelahan dan tidak punya tenaga lagi, tapi laki-laki itu masih tidak ingin melepaskannya. Seakan-akan, dia menginginkan agar Ning Mojian meremas tubuhnya dan masuk lebih dalam lagi ke tubuh laki-laki itu.
Tidak tahu sudah berapa lama berlalu, akhirnya laki-laki itu melepaskan Ning Mojian, kemudian dia memeluk Ning Mojian di dadanya. "Jian Jian, kamu adalah istriku, tinggalkanlah marga 'Ning', gunakanlah marga 'Shi' milikku!" katanya, Suaranya terdengar tegas dan memaksa, kemudian dia berkata lagi, "Gantilah juga namamu menjadi 'Ye Jian'!"
Ning Mojian terdiam sebentar, walaupun nada laki-laki itu sedikit memaksa, tapi tidak tahu kenapa ketika mendengar ucapannya, hati Ning Mojian merasakan kehangatan. Rasanya, ingin sekali dia menangis karena terharu, tapi sayangnya dia tidak bisa mengeluarkan air matanya. Tidak tahu kenapa, tapi dia merasakan kalau seakan-akan dirinya sudah berubah menjadi orang yang tidak bisa menangis lagi.
"Terima Kasih!" kata Ning Mojian, suaranya terdengar sedikit serak. Namun, meskipun tidak bisa melihat wajah laki-laki itu, tapi dia merasakan tubuhnya didekap semakin erat oleh tangannya.
"Semua hal yang terjadi hari ini hanyalah sebuah permulaan, karena Kota Jia Ding dalam lima hari lagi akan berubah menjadi kota mati." kata laki-laki itu.
Hati Ning Mojian tertegun, wajah kecilnya terangkat untuk menatap laki-laki itu, namun walaupun dia tidak bisa melihatnya seperti apa, tapi dia tahu bahwa laki-laki itu saat ini sedang menatapnya.
"Bagaimana ini? Adakah cara untuk menyelamatkan mereka?" tanya Ning Mojian.
"Kalau kamu ingin menyelamatkan mereka, itu sangat mudah. Pertama, lihat dulu sebesar apa niatmu ingin menyelamatkan mereka!" kata laki-laki itu, suaranya yang merdu membuatnya langsung terngiang di telinga Ning Mojian.
"Aku?" Ning Mojian menjawab dengan nada bingung, "Bagaimana mungkin aku bisa menyelamatkan orang sebanyak itu? Ditambah lagi, aku tidak bisa melakukan apa-apa." katanya ragu-ragu.
"Tenang, ada suamimu disini, kamu tidak perlu takut!" kata laki-laki itu menenangkan Ning Mojian. Lalu, tangannya mengelus-elus punggung Ning Mojian yang telanjang, seakan-akan sedang memberikan ketenangan dan rasa percaya diri padanya.
Dengan mendengar ucapan laki-laki itu, membuat hati Ning Mojian yang awalnya cemas dan ragu, perlahan-lahan menjadi tenang. Kepercayaan diri yang biasanya tidak berharga ini, membuatnya merasa sedikit aneh.
"Bunga hitam yang sering kamu lihat, itu adalah bunga tidak bernama yang mekar di antara dunia manusia dan dunia gaib. Serbuk bunga itu memiliki aroma yang sangat tajam, serbuk-serbuk itu biasanya tertiup oleh angin ke udara. Orang-orang yang hatinya menyimpan harapan, hanya dia saja yang mampu mencium aroma bunga itu. Serbuk itu menghirup aura dan tenaga manusia, kemudian menjadikan harapan itu menjadi seperti kenyataan. Sampai akhirnya, kalau aura manusia itu sudah habis dihirup, barulah serbuk itu akan pergi. Kamu bisa menghentikan bahaya ini dengan cara memetik semua bunga hitam yang ada di sini!" kata laki-laki itu menjelaskan.
"Terus mayat menakutkan yang tadi aku lihat, itu apa?" tanya Ning Mojian. Sebenarnya dia sudah mengerti apa yang harus dilakukannya setelah mendengar penjelasan dari laki-laki itu, tapi mayat yang dilihatnya tadi sore, membuatnya berpikir apakah itu hanya khayalannya saja.
"Bunga tidak bernama itu bisa menghubungkan dunia manusia dengan dunia gaib, iblis dan hantu menggunakan bunga itu sebagai media mereka untuk kembali ke dunia manusia. Bunga tidak bernama itu menggunakan iblis dan hantu itu, untuk mengambil aura manusia. Jika kamu dengan sekuat tenaga bisa menghirup serbuk bunga-bunga itu, maka kamu bisa mengeluarkan iblis dan hantu itu dari bentuk persembunyiannya menjadi bentuk aslinya." kata laki-laki itu menjelaskan...