Terdengar suara yang merdu dari belakang tubuh Ning Mojian, suara laki-laki itu seperti suara logam yang satu persatu kata-katanya, dapat mengetuk pintu hatinya. "Istriku, sudah malam, sudah boleh istirahatkah?" tanya laki-laki itu.
"Kamu… kamu manusia atau hantu?" tanya Ning Mojian.
Karena, Ning Mojian tadi sudah memastikan bahwa di dalam kamarnya hanya ada dirinya sendiri. Jadi, jika ada seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya tanpa terdengar suaranya, sudah bisa dipastikan kalau orang itu bukan pesilat tangguh, yang berarti dia adalah seorang hantu.
"Istriku, setelah kejadian kemarin malam apa kamu masih belum tahu juga suamimu ini manusia atau hantu?" tanya laki-laki itu, terdengar suara tawa yang ringan dan dalam. Suaranya sangat merdu, bagaikan suara batu giok yang jatuh ke piring, bisa juga seperti aliran air anak sungai yang mengalir
Kemarin malam? tanya Ning Mojian dalam hati, dia tertegun karena bingung. Dia mengira kalau dirinya sedang bermimpi, kemudian dia berpikir, Apakah semua yang terjadi ini nyata? Tidak tidak, aku mungkin sekarang ini juga sedang bermimpi! batinnya. Lalu, dia mengulurkan tangannya, kemudian mencubit pahanya sendiri, dia ingin memastikan apakah ini mimpi atau kenyataan, namun cubitannya ternyata terasa sakit.
"Istriku, kamu mau memastikan ini mimpi atau bukan haruskah dengan cara yang seperti itu?" tanya laki-laki itu. Setelah berbicara, dia mendekap Ning Mojian ke pelukannya dan membawanya menuju ke atas ranjang.
Seketika itu juga lilin di dalam kamar itu mati, kamar itu pun menjadi gelap gulita, hanya terdapat cahaya bulan yang masuk lewat pintu dan jendela. Ning Mojian tahu apa yang akan dilakukan oleh laki-laki itu kepadanya. Dia pun langsung melawan karena ketakutan, kemudian ketika tangannya tanpa sengaja menyentuh dada tegap laki-laki itu, dia tertegun. Badan laki-laki itu terasa dingin dan tidak ada detak jantung di dadanya, Dia… dia bukan manusia…! batinnya.
Saat itu juga Ning Mojian menggenggam erat tubuh laki-laki itu dengan tangannya, berusaha menghisap aura laki-laki itu dengan tubuhnya. Tapi sayangnya semua itu seperti tidak ada gunanya, Kenapa bisa seperti ini? batinnya.
Laki-laki itu lalu menidurkannya di atas ranjang dengan lembut, tangannya yang panjang menyentuh pipi Ning Mojian. Sentuhan yang sangat dingin ini membuat seluruh tubuhnya menggigil.
"Akulah yang memberikanmu kemampuan itu. Jadi kemampuanmu itu, bila kamu gunakan untuk melawanku, itu semua tidak akan ada gunanya." kata laki-laki itu.
Ning Mojian terheran-heran, setelah mendengar ucapan laki-laki itu. "Apa yang mau kamu lakukan padaku?" Tanyanya.
"Kamu telah menikah denganku, jadi kamu adalah istriku. Aku hanya ingin menyayangimu, mana mungkin aku akan menyakitimu." kata laki-laki itu. Suara merdunya terngiang di telinga Ning Mojian, namun suara indah itu terdengar semakin lama semakin menjauh.
Ning Mojian tidak bisa melihat laki-laki itu, tapi dia bisa merasakan rambut laki-laki itu tergerai menyentuh pipinya, kemudian di membatin, Menikah dengannya? Apakah dia adalah pengantin laki-laki yang sudah meninggal itu? Aku… apakah aku sudah mati?
Orang tua jaman dulu pernah berkata, bahwa pengantin perempuan yang menjalani pernikahan hantu, di hari kedua dia akan meninggal di lubang rumahnya. Ning Mojian mengira, kalau itu semua hanyalah mitos, tapi setelah mengingat dirinya yang dulu pernah keluar dari kuburan, seketika itu juga tubuhnya langsung menggigil karena kedinginan.
"Menurutmu, apakah kamu sudah mati?" tanya laki-laki itu.
Ning Mojian merasakan bahwa jemari laki-laki itu bergerak, seperti sedang melukis sketsa di setiap bagian tubuhnya. Hal itu membuat tubuhnya gemetaran karena takut, namun ketakutan yang seperti ini membuatnya merasa aneh. Siang hari tadi, dia tidak takut sama sekali dengan hal-hal seperti ini, entah kenapa sekarang, ketika menghadapi laki-laki ini, dia merasa ketakutan sampai seperti ini.
"Aku tidak tahu, aku hanya merasa bahwa aku berubah tidak seperti aku yang dulu." jawab Ning Mojian.
"Bukannya kemarin malam kamu membuat harapan itu kepadaku? Kalau tidak memiliki hati yang berani dan tidak takut dengan apapun, bagaimana bisa kamu membalaskan dendam, kepada orang-orang yang kamu benci?" tanya laki-laki itu. Suaranya yang lembut, justru malah membuat orang yang mendengarnya menjadi gemetaran karena ketakutan.
Ning Mojian tidak membantah ucapan laki-laki itu dengan satu katapun, dia menyadari bahwa dulu dia memang pernah mengucapkan itu. Tapi, dia hanya tidak ingin berubah menjadi orang yang tidak berperasaan, tapi mau bagaimana lagi. Laki-laki itu seakan-akan menyuruhnya, untuk memikirkan semuanya dengan jelas. Tiba-tiba, bibir dingin laki-laki itu perlahan-lahan menutup bibirnya, dia menyerang bibir Ning Mojian dengan lembut namun tegas.
Cahaya malam semakin terlihat redup dari luar jendela, namun cahaya bulan mulai terlihat turun. Di halaman kamar Ning Mojian, tidak ada satupun orang yang menjaganya. Lalu, tidak ada seorangpun juga yang menganggap bahwa ada Ning Mojian di dalam rumah itu.
Di bawah cahaya bulan, rumah itu tiba-tiba terlihat seperti sebuah rumah yang sudah ditinggalkan pemiliknya. Membuat setiap orang di sana, tidak berani untuk mendekatinya. Namun, tidak ada yang tahu bahwa di dalam kamar itu ada sebuah api yang membara, dan kehangatannya terasa seperti keindahan di musim semi.
Satu tangan kuat lelaki itu, saat ini sedang mencengkram pinggang Ning Mojian, kemudian satu tangannya yang lain memegang belakang kepalanya. Seakan-akan, dia ingin melindungi Ning Mojian hanya dengan menggunakan lengannya sendiri. Posisi tidur seperti itu membuat hati Ning Mojian yang awalnya takut dan bingung, perlahan-lahan menjadi tenang dan tentram...