Setelah itu terdengar suara seorang perempuan berkata, "Aku tidak mengizinkanmu untuk menikahi wanita itu!" suara dengan tangis itu terdengar seperti sedang mempertahankan, "Tidak peduli bagaimanapun juga, aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk menikahinya!"
"Aku ini kepala keluarga disini, mau menikah dengan siapapun itu terserah aku! kalau kamu memang tidak suka, pergi saja tinggalkan kediaman Bai ini...!" kata seorang laki-laki dengan suara keras.
Tuan Bai belum sampai menyelesaikan ucapannya, tetapi tiba-tiba terdengar suara dengan nada penuh emosi datang dari seorang lelaki. Suaranya terdengar menggema, dengan mendengar saja kita sudah bisa merasakan kemarahannya.
Ning Mojian yang mendengar ucapan Tuan Bai merasa keheranan, ketika baru masuk ke halaman aula besar itu. Dia langsung melihat seorang wanita memakai pakaian bermotif bunga keluar dari aula itu, dengan menutup mulutnya sambil menahan tangis, lalu di belakangnya terlihat diikuti oleh seorang pelayan.
"Ayah, tidak bisakah kamu berbicara baik-baik dengan Ibu kedua?" kata Bai Ziyuan kepada Tuan Bai. "Kamu dan Ibu kedua saling mencintai bertahun-tahun, bagaimana bisa mengatakan ucapan yang tidak berperasaan seperti tadi, apalagi di depan orang asing!" katanya lagi.
"Apa yang kamu maksud di depan orang asing?!" tanya Tuan Bai sambil mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah hidung Bai Ziyuan. "Dasar anak durhaka, dia segera akan menjadi ibu ketiga mu, tahu!" katanya dengan marah.
Bai Ziyuan menggigit bibirnya, memandang ke arah wanita yang kini sedang memakai atasan merah muda dan rok merah. Penampilannya terlihat polos, namun yang paling penting adalah antara dia dan ibunya yang telah meninggal memiliki kemiripan wajah sekitar 70 sampai 80 persen. Membuatnya tidak aneh kalau ayahnya mau menikahinya.
Ayahnya terlalu merindukan ibu Bai Ziyuan, sehingga dia ingin menikahi wanita yang mirip dengan ibunya itu. Bai Ziyuan bisa mengerti perasaan ayahnya yang seperti itu, tapi wanita itu tetap saja bukan Ibu kandungnya, bagaimana bisa dia memperlakukannya seperti memperlakukan ibunya sendiri.
Ayah sangat mencintai ibunya, dia selalu menolak untuk menikahi wanita lain. Ibu kedua adalah pelayan dari Ibu kandung Bai Ziyuan. Agar tetap bisa menjaga ayah dan Bai Ziyuan, sebelum meninggal Ibu kandung Bai Ziyuan meminta ayahnya untuk menikahi Ibu kedua. Sudah bertahun-tahun lamanya, pikiran dan hati Ibu kedua dihabiskan hanya untuk memikirkan Bai Ziyuan dan Tuan Bai. Demi memberikan Bai Ziyuan satu-satunya cinta kasih seorang ibu, Ibu kedua rela menggugurkan kandungannya. Di mata Ibu kedua, keluarga Bai hanya pantas memiliki satu keturunan saja yaitu Bai Ziyuan.
Pengorbanan yang seperti ini, tidak akan pernah bisa dilupakan oleh Bai Ziyuan. Melihat kondisi yang sekarang ada di depan matanya ini, membuatnya tidak tahu bagaimana cara untuk menjelaskannya.
"Ayah, kamu di depan Ibu kandungku pernah bersumpah, kalau kamu seumur hidup akan dengan baik memperlakukan Ibu kedua. Selamanya tidak akan menikahi wanita lain, apakah kamu melupakan semua itu?" kata Bai Ziyuan. Ibunya tidak pernah pergi, namun akhirnya dia memindahkan abu Ibunya yang telah meninggal.
"Aku tidak akan melupakan itu!" kata Tuan Bai, lalu dia berjalan pelan menuju ke samping wanita berbaju merah muda itu. Dengan pelan memeluk pinggang kecilnya dan satu tangannya yang lain menggenggam tangan kecil wanita itu, "Ziyuan, ada beberapa hal yang sulit untuk dijelaskan. Seandainya saja aku bisa mengatakannya, mungkin kamu juga tidak akan mempercayainya. Aku dari dulu selalu mencintai ibumu, tidak pernah berubah, maka dari itu aku ingin menikahinya, karena dia adalah ibumu!" katanya menjelaskan.
"...." Bai Ziyuan hanya bisa terdiam sambil membuka mulutnya, dan dengan wajah yang penuh keheranan melihat ayahnya. "Ayah, apakah kamu sudah pikun? Ibu kandungku sudah meninggal, wanita itu mana mungkin ibuku? Dia hanyalah wanita yang memiliki wajah mirip dengan ibuku, itu saja!" katanya dengan marah.
"Beraninya kamu!" kata Tuan Bai, dia tidak bisa melihat wanita berbaju merah muda itu dihina. Kemudian dia melangkah ke depan, kedua bola matanya memerah, dengan kerasnya dia menampar pipi Bai Ziyuan, "Tidak peduli kamu percaya atau tidak, dia itu adalah ibu ketiga mu!" katanya.
Bai Ziyuan menutupi wajahnya, lalu melihat ke arah ayahnya dan menganggapnya sudah melakukan hal yang tidak masuk akal. Tuan Bai sangat menyayangi Bai Ziyuan, dari dulu tidak berani menyulitkannya. Tapi sekarang, hanya demi seorang wanita, dia tega menamparnya seperti ini.
Wanita ini terlihat sangat arogan, jika wanita lain apabila dirinya ingin masuk ke kediaman Bai, pasti dia akan terlihat sangat sopan dan santun. Sedangkan wanita ini, hanya dia saja yang tetap berdiri dengan tatapan yang dingin, seakan-akan dia sedang memperlihatkan bahwa dirinyalah yang berkuasa.
Bai Ziyuan sangatlah dimanja dari dulu, sampai sekarang menurut dirinya sendiri, dia adalah pusat perhatian dari keluarga Bai. Walaupun bisa dibilang dia bukan anak yang terlalu manja, tapi dia tidak suka dimaki-maki oleh orang seperti ini. Bagaimana mungkin saat ini, dia bisa mendengar ucapan Tuan Bai dengan baik-baik.
"Ayah, bisa-bisanya kamu! Demi seorang wanita kamu menamparku?!" kata Bai Ziyuan, dia menatap ayahnya dengan penuh kebencian. Kemudian dia mengancam ayahnya, "Jika kamu bersikeras ingin menikahinya, jangan salahkan aku, kalau aku tidak mau mengakuimu sebagai ayahku lagi...!"