Chereads / Kamu Sangat Manis / Chapter 5 - Tuan Yang Berpengaruh

Chapter 5 - Tuan Yang Berpengaruh

Wei Chihan mengemudikan kendaraan militernya dengan cepat.

Para pejalan kaki di kedua sisi jalan tidak ketakutan dengan suara tembakan yang tadi, mereka hanya menatap kejadian ini.

Semua orang di Kota Hai mengenal Gubernur Militer Wei Chihan, tetapi ini pertama kalinya mereka melihat Gubernur Militer tersebut secara pribadi mengemudikan kendaraan militer untuk mengejar seseorang. Ada apa dengan orang itu? Apakah orang itu telah melakukan kejahatan besar?

Ming Yue'er kehabisan nafas, setelah itu ia melihat ada sebuah sepeda di depan pintu pabrik sutra.

Ming Yue'er merasa sangat gembira ketika ia melihat sepeda tersebut, ia berlari menuju ke sepeda itu dan menaikinya. Lalu ia melajukan sepeda itu dengan cepat.

Ketika Wei Chihan menatap wanita yang mengendarai sepeda di depannya, wajahnya yang serius menjadi tampak marah.

Dasar wanita sialan! Dari mana ia mendapatkan sepeda itu?

Wei Chihan kembali menginjak pedal gas kendaraannya, dan mengemudikan sepeda motor roda tiga hijau tersebut untuk mengejar wanita itu.

Ming Yue'er bersusah payah untuk mengayuh sepedanya, lalu Wei Chihan yang berada di belakangnya menjadi semakin mendekatinya.

Setelah beberapa saat, mereka saling berdekatan.

Kemudian Wei Chihan menatap wanita yang mengendarai sepeda di sampingnya.

"Nona, cepat berhenti dan turun!"

Ming Yue'er tidak berani menatap pria di sampingnya, ia terus berusaha mengayuh sepedanya.

Ia tidak mau berhenti sampai kapanpun, karena ia tidak ingin tertimpa bahaya.

Wei Chihan masih terdiam menatap wanita itu. Wajahnya menjadi khawatir ketika ia melihat wanita itu masih mengayuh sepedanya.

"Nona, kamu tidak akan bisa melarikan diri. Cepatlah menyerah, para prajurit provinsi Hunan telah mengepungmu!"

Suara pria itu terdengar seperti bunyi lonceng kematian yang berdentang di telinga wanita tersebut.

Ming Yue'er masih terus berjuang untuk menghindari marabahaya, lalu ia melihat gang yang berada di sampingnya.

Setelah Ming Yue'er melihat gang itu, ia mendapatkan sebuah ide.

Ming Yue'er mengayuh sepedanya ke arah gang di sampingnya.

Gang tersebut panjang dan sempit, sepedanya menyelinap masuk ke dalam gang tersebut seperti seekor ikan.

Kendaraan militer besar tersebut terhalang ketika hendak memasuki gang yang panjang dan sempit.

Sialan! Wanita ini benar-benar licik.

Wei Chihan menghentikan kendaraan militernya, lalu beranjak turun dan berlari menuju ke gang tersebut.

Pria tersebut berlari dengan cepat untuk mengejar wanita yang mengendarai sepeda di depannya.

Lalu Wei Chihan berhenti dan mengeluarkan pistol dari pinggangnya, ia menyipitkan matanya untuk membidik sasaran.

"Bang!"

Pelurunya terbang dan mengenai roda belakang sepeda tersebut.

Setelah peluru itu mengenai roda belakang sepeda tersebut, Ming Yue'er pun terjatuh.

"Ah!" Ming Yue'er menjerit, lalu ia terjatuh dari sepeda.

"Diamlah, Nona!" Wei Chihan berseru di belakangnya. Suara sepatu boot militernya yang melangkah terdengar di seluruh gang, dan ia datang menuju ke arah Ming Yue'er.

Kemudian Ming Yue'er bergegas bangkit dari tanah dan berlari.

Wei Chihan segera berlari untuk mengejarnya.

Wei Chihan tidak akan membiarkannya lolos. Wanita itu sudah kalah, jadi sudah tidak ada lagi jalan baginya untuk kabur!

Di ujung gang, terdapat para prajurit provinsi Hunan yang berdatangan.

Ming Yue'er kembali menatap Wei Chihan, kedua ujung gang telah dihalangi oleh para prajurit dan di belakangnya ada seseorang yang mengejarnya.

"He he," Wei Chihan tersenyum dingin dan menatap ekspresi bingung wanita tersebut. Lelaki itu merasa sangat bangga.

"Nona, jangan melawan lagi. Kamu sudah tidak bisa melarikan diri lagi, jadi menyerahlah!" Wei Chihan melangkah selangkah demi langkah mendekati Ming Yue'er.

Di ujung lorong, para prajurit yang dipimpin oleh Ajudan Zheng telah berkumpul.

Wajah Ming Yue'er masih tetap tenang, lalu ia mengangkat kepalanya dan menatap Wei Chihan, "Wei Chihan, Tuan macam apa kamu! Sekelompok pria dewasa mengejar seorang gadis muda seperti diriku, kamu benar-benar tak tahu malu!"