"Ketika Tong Yue menikah dengan Shen Liunian, aku bertanya padanya, apakah kamu bahagia? Kamu bilang padaku bahwa kamu merasa bahagia, sangat bahagia. Aku ikhlas kalau kamu bahagia. Tetapi aku pergi dan berharap kedua mataku bisa melihatmu suatu hari nanti. Aku akan menemuimu lagi nanti dan melihat Keluarga bahagiamu."
Dengan suara berat, Li Liunian berkata, "Akan tetapi ketika kedua mataku sudah bisa melihat, aku tidak bisa melihatmu lagi, terlebih lagi melihatmu memainkan piano, dan juga tidak bisa mendengar betapa lembutnya suaramu lagi."
Li Liunian merasa sangat sedih hingga air matanya mengalir deras.
Tong Yue melihatnya dengan kebingungan. Jantungnya kembali berdebar. Ternyata diaaa…
"Sudah lama kusimpan perasaan ini. Aku mencintaimu, Tong Yue, telah begitu lama aku mencintaimu. Aku merasa, dengan kedua mata yang buta ini, sulit rasanya memberikan masa depan yang cerah untukmu. Dengan begitu, aku merelakanmu hidup bersama orang lain agar kamu dapat bahagia."
Li Liunian menghela nafas panjang. Dia merasa sangat sedih...
"Kalau saja kutahu kamu akan meninggal, aku akan mengungkapkan perasaanku dan memberikan masa depan yang kamu inginkan."
Kedua mata Li Liunian menjadi merah. Dia duduk di Batu Nisan Tong Yue sambil berdiam diri.
"Ketika kedua mataku masih buta, suara pianomu yang menjadi alasan aku bertahan hidup. Sungguh suara piano itu memberi aku kekuatan. Aku akan mengingatmu selamanya, Tong Yue."
Mendengar kata-kata itu, Tong Yue ingin menangis seketika.
Tong Yue meninggal dunia ketika melahirkan seorang anak untuk seorang pria yang istrinya mandul, namun pria ini tidak pernah sekali saja menangisi Tong Yue di pusaranya.
Berbeda dengan murid Tong Yue, ia adalah adalah satu-satunya pria yang menangis dan sedih atas kematian Tong Yue.
Tong Yue menyalahkan dirinya sendiri.
Tong Yue melihat bahwa Li Liunian benar-benar terpukul akibat kematiannya. Pria ini hanya meratap saja di depan Batu Nisannya.
Arwah Tong Yue mendekati Li Liunian, lalu menghapus air matanya. Bahkan, Tong Yue juga sempat menghibur Li Liunian. Tapi sayang, Li Liunian tidak bisa mendengar dan merasakan itu semua.
Li Liunian berdiri, berjalan dan menembus arwah Tong Yue. Tak lama kemudian, ia menghentikan langkahnya. Li Liunian merasa ada sesuatu di sekitarnya.
Kepalanya menengadah ke langit.
Li Liunian masih merasa sangat sedih. Saat ini, ketika dirinya bisa melihat, dia tidak bisa bertemu dengan Tong Yue lagi.
Hari mulai malam.
Li Liunian pulang ke rumah.
"Tong Yue, aku mau pulang. Nanti aku akan mengunjungimu lagi, dan jangan khawatir, aku akan menjaga adikmu."
Kedua mata Li Liunian semakin merah.
Dia melihat Batu Nisan dan berbalik badan.
Tong Yue hanya berdiam saja di depan Batu Nisannya dan melihat Li Liunian pergi menjauh.
Tong Yue merasa sangat menyesal dan hatinya merasa gundah.
————————————
Tong Yue sudah lama menjadi arwah gentayangan…
Ketika Tong Yue bangun, dia merasa bahwa dia bisa memegang badannya sendiri.
Tong Yue membuka matanya.
Tong Yue sadar bahwa dia masih berada di asrama kampusnya. Dia sangat terkejut. Dirinya ternyata masih hidup.
Tong Yue tidak percaya. Tong Yue melihat kalender. Tertera di sana 29 September 2017.
Itu adalah satu hari sebelum dia menikah dengan Shen Liunian.
Sebelumnya, Xu Qing Qing baru mengalami kecelakaan. Tong Yue-lah yang menabrak Xu Qing Qing. Peristiwa ini disebabkan oleh rem mobil Tong Yue blong sehingga menabrak Xu Qing Qing.
Xu Qing Qing dirawat di Rumah Sakit dan tengah mengalami koma.
Saat itu, Tong Yue benar-benar menyalahkan dirinya dalam waktu yang cukup lama. Kalau dipikir-pikir, ini sangat lucu, sebab semuanya adalah ulah Xu Qing Qing sendiri.
Tong Yue berdiri dan bertanya kepada teman asramanya.
Tong Yue hidup kembali.
Dia hidup kembali, tepat pada satu hari sebelum ia menikah dengan Shen Liunian.
Tong Yue Tidak tahu, apakah Tuhan sedang mengasihi dirinya dengan membuatnya hidup kembali untuk menjalani hari-hari yang baru baginya.
Tong Yue pada saat ini telah mengerti: dirinya tidak akan mau berhubungan lagi dengan Shen Liunian.