"Humm, karena dia adalah suamiku," Su Xiaoyun memeluk Rong Linyi dan mengangkat kepalanya dengan bangga. "Aku benar-benar jauh lebih mulia daripada dirimu, orang ketiga."
"Aku? Orang ketiga?" Bukannya marah, Cheng Tingxue malah tertawa. "Kau pikir aku tak tahu malu? Aku adalah menantu pilihan Nyonya Rong. Sebaliknya, kau ini seorang pelacur yang sama sekali tidak layak menempati ranjang Rong Linyi. Apa kau tidak punya malu saat memanggilnya sebagai suami? Rong Linyi, jangan pernah terperdaya oleh seekor rubah yang tak tahu malu ini. Menyingkirlah darinya!"
Bagaimanapun juga, Cheng Tingxue harus menerima fakta ini, karena sebelumnya ia telah menyemprotkan banyak parfum di ruangan tersebut. Jadi, itulah yang membuat dua orang di hadapannya berpelukan di saat-saat yang seperti ini.
Cheng Tingxue sangat membenci Su Xiaoyun, karena di saat-saat seperti ini, mestinya ia adalah wanita yang dipeluk oleh Rong Linyi.
Aku sadar kalau diriku tidak terlalu mahir di dalam permainan ranjang. Jadi, mestinya aku belajar langsung dari wanita tak tahu diri ini.
Pada akhirnya, meski telah menyemprotkan banyak parfum, namun hasilnya percuma saja.
Akibatnya, Cheng Tingxue menjadi sangat marah, hingga ia cepat-cepat mendekati Su Xiaoyun dan ingin melepaskannya dari pelukan Rong Linyi, seraya berkata, "Apa kau pantas memeluknya? Dasar pelacur, lepaskan dia!"
Namun, sebelum Cheng Tingxue sempat menyeret Su Xiaoyun, saat itu Rong Linyi sudah lebih dulu merentangkan tangannya dan mencengkram lengan wanita tersebut.
"Ah!'
Cheng Tingxue dihempaskan oleh pria itu bagaikan sampah, sampai akhirnya terjatuh di koridor.
"Keluar!" suara Rong Linyi terdengar penuh dengan intensitas membunuh. Sementara itu, tangan Cheng Tingxue masih menggantung di udara selama proses itu terjadi. Tampaknya, wanita itu masih merasa tidak puas karena ia gagal memisahkan mereka berdua.
"Linyi…" suara Cheng Tingxue terdengar memelas. "Bagaimana mungkin kau melakukan ini kepadaku? Mestinya tidak seperti ini…"
Kedua mata Rong Linyi terlihat dingin. Di sisi lain, kedua mata Cheng Tingxue bahkan jauh lebih menjijikkan daripada sampah.
"Camkan baik-baik, apa kau pantas?"
Namun, sebelum Cheng Tingxue sempat melayangkan protes, pria itu sudah lebih dulu mengeluarkan perintah: "Bibi Chen, masukkan dia ke dalam keranjang sampah dan keluarkan dia dari sini!"
Ketika Bibi Chen mendengar perintah tersebut, sebenarnya ia sudah bisa menebak bagaimana hasil akhirnya. Maka dari itu, ia juga membawa beberapa orang pengawal ke sana.
Sesuai dugaan, Cheng Tingxue benar-benar diusir keluar.
Akan tetapi, Su Xiaoyun benar-benar tidak menyangka kalau ternyata dirinya yang akan dipeluk oleh tuan muda.
"Nona Cheng, maafkan saya." Bibi Chen membungkuk sopan kepadanya, lalu melambaikan tangannya kepada para pengawal.
"Ah… Linyi, kau tidak bisa melakukan ini kepadaku. Ibumu sangat menyukaiku. Kalau dia sampai tahu kalau kau memperlakukanku seperti ini, maka dia akan marah…"
Cheng Tingxue berusaha memberontak dari cengkraman para pengawal.
Ketika mendengar "ancaman" Cheng Tingxue, maka seketika itu pula Rong Lingyi langsung melambaikan tangannya dan meminta pengawal itu untuk berhenti.
"Linyi…" melihat itu, Cheng Tingxue langsung merasa terkejut, karena ia mengira kalau cara itu berhasil.
"Kalau aku memperlakukanmu seperti ini, maka ibuku akan marah?" tanya Rong Linyi dengan intonasi sarkastik.
Kala itu, Cheng Tingxue tidak tahu harus menjawab apa, jadi ia hanya cepat-cepat menganggukkan kepalanya: "Ya, Nyonya Rong pasti akan sangat marah."
"Kalau begitu bagus. Justru aku lebih khawatir kalau gagal membuatnya marah," kata Rong Linyi.
Pria itu menuding Cheng Tingxue dan mengeluarkan perintah dengan suara pelan kepada para pengawalnya: "Ingat, ikat dia dan masukkan ke dalam keranjang sampah! Setelah itu, buang sampahnya di pinggir jalan!"
Sambil berteriak-teriak, Cheng Tingxue pun akhirnya diseret keluar oleh beberapa orang pengawal.
"Bibi Chen." Rong Linyi hendak mengantarkan wanitanya berkeliling rumah, sembari mengamati pelayan rumah tersebut.
"Tuan muda, semua ini adalah salah saya," Bibi Chen menatapnya. Kala itu, suaranya terdengar pelan, karena ia sedang merasa ketakutan. "Sebagai seorang pelayan, saya pasti akan disalahkan. Jadi, malam ini, saya akan mengundurkan diri."