Chereads / Kenangan Terindah / Chapter 19 - Menganggap Kasih Sayang Sebagai Pembunuhan.

Chapter 19 - Menganggap Kasih Sayang Sebagai Pembunuhan.

Rong Linyi sedang memikirkan laporan kehamilan Su Xiaoyun. 

Uap air yang mengepul di sekitar Rong Linyi menutupi pandangan matanya.

Setelah berendam selama 30 menit, Rong Linyi keluar dari kamar mandi dengan menggunakan piyamanya yang baru.

Tempat tidur itu terlihat tidak seperti biasanya. Rong Linyi menyipitkan matanya karena hanya ada cahaya redup di kamar tidur itu.

Di atas tempat tidurnya terlihat ada seorang wanita.

"Ooohhh...." wanita di tempat tidur itu hanya mengenakan piyama tembus pandang dan terlihat menggoda. Kakinya yang jenjang berwarna putih seperti salju itu direntangkan dengan gerakan yang menggoda. Wanita itu bersuara, "Aku sudah lama menunggumu..."

Rong Linyi berdiri di pintu kamar mandi dengan piyamanya yang sedikit terbuka, sungguh terlihat dengan jelas jika jantung Rong Linyi berdegub dengan sangat cepat.

Cheng Tingxue berbaring di tempat tidur dengan nafasnya yang teratur.

Cheng Tingxue telah terpesona dengan Rong Linyi sejak dirinya bertemu dengan Rong Linyi di sebuah pesta.

Wajah Rong Linyi yang tampan melebihi ketampanan seorang bintang film, dengan tingginya yang hampir mencapai 190 sentimeter dan postur tubuhnya sebanding dengan supermodel kelas dunia.

Cheng Tingxue membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berhasil memperbaiki wajahnya bulan lalu.

Siapa yang akan mengira jika Rong Linyi akan tanpa sengaja menampar wajah Cheng Tingxue hingga terjatuh di lantai dan mematahkan pangkal hidung Cheng Tingxue. 

Cheng Tingxue membutuhkan waktu satu bulan untuk memperbaiki pangkal hidungnya, Namun Chen Guanjia tidak sabar ingin segera mengantarkan Cheng Tingxue kembali ke rumah Nyonya Rong. 

Bagaimanpun keadaan Cheng Tingxue, Ia mendapat dukungan yang kuat dari Nyonya Rong.

Malam ini Cheng Tingxue bisa berada di sini berkat bantuan Nyonya Rong. Jika tidak, bagaimana mungkin pembantu yang bernama Chen Guanjia itu membiarkan orang seperti Cheng Tingxue masuk?

Cheng Tingxue memperlihatkan postur tubuhnya yang menawan, dengan sengaja ia mengangkangi kaki Rong Linyi dan bersuara dengan suaranya yang halus sehalus sutra, "Rong Linyi, cepatlah, aku sudah tidak bisa menunggu...."

Rong Linyi memiliki kebiasaan untuk menjaga kebersihan, tetapi dia bukanlah seorang biarawan. Selama Rong Linyi masih pria normal, maka tidak mungkin jika dirinya tidak tergoda melihat perlakuan Cheng Tingxue.

Apalagi Cheng Tingxue dengan sengaja menyemprotkan parfum khusus untuk meningkatkan birahi ke udara di kamar tidur itu. 

Parfum ini, jika seorang pria normal mencium bau parfum tersebut, maka dirinya akan berubah menjadi seperti binatang buas dan akan tergila-gila dengan Cheng Tingxue. Rong Linyi memahami itu dalam hatinya.

Untuk melawan godaan Cheng Tingxue, Rong Linyi hanya berdiri di tempat yang agak jauh agar dirinya terlihat tidak tergoda oleh lekuk tubuh Cheng Tingxue.

Cheng Tingxue berpikir bahwa Rong Linyi telah salah menganggap ajakannya untuk berhubungan sebagai usaha untuk menjebaknya.

Cheng Tingxue mendekati Rong Linyi dan memeluk tubuhnya yang tegap. Ujung jarinya menyelinap ke dada dibalik piyama yang dikenakan Rong Linyi, "Rong Linyi, cepatlah aku sudah membersihkan semuanya....."

Mata Rong Linyi memancarakan perasaan tidak nyaman yang amat mendalam.

Wajah Rong Linyi dipenuhi dengan perasaan jijik dan amarah yang kuat yang sewaktu-waktu dapat meledak.

Di mata Rong Linyi, wanita yang saat ini berada di depannya tampak seperti badut yang menjijikan sehingga aroma vulgar di udara kamar tersebut hanya membuat Rong Linyi menjadi gelisah hingga ingin menyakiti orang.

Jika Rong Linyi tidak menyukai tubuh Cheng Tingxue, mungkin Rong Linyi sudah menyakitinya sekarang juga.

Rong Linyi tidak ingin mengatakan sepatah katapun kepada Cheng Tingxue.

Ia menekan bel yang berada di sebelahnya untuk membiarkan bibi Chen masuk membersihkan kamarnya.

Pintu kamar pun dibuka dari luar.

Suara Su Xiaoyun yang lembut dan gugup tiba-tiba terdengar di koridor kamar tidur yang gelap, " Sayang, apa kau di sana? Aku takut sendirian...."