"Yeaaayyyyy!!!"
Bunyi teriakan girang memenuhi studio saat mereka mengetahui hasil tangga lagu mingguan terbaru.
"Bagus Jae, lagu kamu merajai berbagai tangga musik hanya dalam waktu yang singkat," puji produser pada Jaeta yang masih tersenyum senang memperhatikan layar ponsel miliknya.
"Ini hasil kerja keras kita."
Produser mengangguk bangga sambil memegang bahu Jaeta, "dan satu lagi, selain lagu utama, lagu ciptaanmu yang juga ikut kamu aransemen masuk ke tangga lagu. Bukankah itu prestasi yang hebat? Kemampuanmu dalam produksi tidak bisa dipandang sebelah mata lagi."
"Aku akan lebih baik lagi kedepannya dalam produksi. Menjadi produser merupakan tujuanku dari dulu," ungkap Jaeta serius.
Produser hanya bisa tersenyum, "penjualan fisik albummu juga meningkat. Kita akan rayakan ini. Bersiaplah, jadwal on air dan off air mu akan bertambah padat."
"Siap bos!"
"Kita harus merayakannya Jae! Ayo traktir aku makan diluar!" tiba-tiba Erik datang memukul lengan Jaeta keras saat produser pergi meninggalkan Jaeta.
"Enak saja! Harusnya aku yang mendapatkan reward karena hasil kerja kerasku," sungut Jaeta.
"Ayolah, kamu pasti senang sekali. Lagian tampaknya produser mulai membukakan jalan lebih lebar agar kamu bisa ikut dalam produksi kedepannya. Cita-citamu untuk menjadi produser sudah mulai tampak akan terwujud."
"Ya ya ya, aku akan traktir tapi tidak sekarang. Lagian produser juga akan merayakan ini, tunggu saja."
"Ayolah sekarang, besok jadwalmu akan semakin padat," bujuk Erik karena perutnya memang sudah keroncongan.
Jaeta menggeleng malas, "jangan sekarang,"
"Memangnya kamu mau ngapain?"
"Mau tahu saja," Jaeta beranjak meninggalkan Erik sambil tertawa.
"Jangan bilang kamu mulai dekat dengan wanita sekarang!"
*
Setelah meninggalkan Erik, Jaeta duduk disebuah kursi di luar sambil menempelkan ponsel pintar berwarna hitam miliknya ke telinga kiri dengan senyum di wajahnya. Cukup lama hingga panggilannya di jawab.
"Halo, ada apa Jae?" tanya seorang di seberang sana menjawab telfon Jaeta.
"Kamu sudah dapat kabarnya?"
"Apa?"
"Lagu yang kemarin sudah menang di beberapa tangga lagu online," Jaeta memberi tahu dengan sangat antusias kepada Echa selaku bintang musik video miliknya.
"Oh ya?? Luar biasa, bukankah ini terlalu cepat?" Echa terdengar takjub mendengar berita dari Jaeta.
"Orang di studio kantor semuanya juga kaget."
"Pasti kamu senang sekali, aku tentunya juga ikut senang."
Jaeta tersenyum sambil menggaruk tengkuknya sekilas, "ayo kita rayakan! Aku sangat berterima kasih padamu Cha, aku akan traktir kamu apa aja."
Bukannya langsung menjawab, Echa terdengar mendehem kecil, "sekarang?"
"Tentunya,"
"Hm, kayaknya nggak bisa deh, aku lagi sibuk ngurus tesisku."
"Kalau besok?"
"Besok aku sudah ada janji dengan papi, kita akan ketemu sama kenalannya papi."
Jaeta mengerutkan dahinya mendengar jawaban Echa, "ketemu kenalan papi kamu? Ngapain?"
"Eum..., aku juga kurang tahu. Maaf ya Jae,"
"Ya udah, mungkin lain kali," jawab Jaeta mengakhiri dengan senyum yang seolah dipaksakan di wajahnya.
"Jae..," suara Echa terdengar ragu ingin melanjutkan ucapannya.
"Apa Cha?"
"Bukan apa-apa, aku hanya minta maaf. Aku senang mendengar kariermu semakin bagus seperti sekarang."
Jaeta mengangguk walau ia tahu Echa tidak bisa melihatnya, "terima kasih sudah mendukungku sampai detik ini. Selain itu aku juga minta maaf."
"Maaf untuk apa?" suara Echa terdengar pelan.
Jaeta tersenyum dan mengusap wajahnya sekilas, "entahlah, terlalu banyak hal yang membuatku harus minta maaf, tapi tidak ada satupun alasan yang bisa kusampaikan padamu."
"Jae, kita teman kan?"
Mendengar pernyataan Echa entah kenapa rasanya Jaeta tidak sanggup hanya untuk sekedar mengangguk.
Karena Jaeta yang tak juga bersuara membuat Echa tertawa kecil, "aku menanyakan hal bodoh ternyata, hahaha. Ceritalah kepadaku jika kamu senang ataupun sedih, aku temanmu."
"Kamu pasti sibuk sekali sekarang, semoga tesismu cepat selesai dan kamu resmi dengan gelar S2 mu."
"Makasih Jae,"
"Aku matikan sekarang."
"Ya."
Hembusan napas keras terdengar dari arah pria berjaket kulit cokelat yang tertunduk dengan ponsel yang masih ditangannya itu.
"Ada apa denganku?" gumam Jaeta pada dirinya sendiri dengan kesal.
Mendadak ia berdiri dan melangkahkan kaki panjangnya itu entah kemana.
**
Siang ini seorang wanita bertubuh tinggi memakai blouse hitam dan celana putih sibuk dengan patung seukuran manusia asli yang ada dihadapannya. Ia bolak balik menempelkan kain dengan pentul, dilehernya tergantung meteran dan kini matanya fokus memperhatikan sebuah kertas ditangannya yang bergambarkan sebuah desain baju.
"Kenapa setelah dilihat-lihat bentuknya menjadi aneh?" Anala mengerutkan dahinya sambil merapikan rambutnya.
Anala beralih pada beberapa bahan kain yang terletak di sudut ruangannya, ia menutup matanya saat merasakan permukaan kain dengan tangannya secara perlahan. Cukup lama Anala melakukannya, salah satu ciri khas Anala dalam menentukan bahan apa yang hendak ia pilih.
"Aneh sekali,"
Mata Anala langsung terbuka mendengar suara seseorang yang asing ditelinganya.
"Hey!? Sejak kapan kamu disini??" kaget Anala mendapati seorang pria berdiri dibelakangnya.
"Sejak kamu mengelus-elus benda mati itu, kayak nggak ada yang mau dielus aja," dengan polosnya Jaeta menjawab dan mengambil posisi duduk disebuah sofa berbentuk bola di ruangan Anala.
Anala membelalakkan matanya menatap Jaeta tidak percaya, "ngapain kamu disini? Dan darimana kamu tahu ruanganku atau lebih tepatnya butikku!?"
"Aku manusia, aku punya mulut dan aku bisa bertanya. Bukankah aku akan menjadi modelmu? Kenapa kamu kaget sekali? Apa kamu punya minum? Aku haus sekali," tanpa basa-basi Jaeta bergerak ke lemari pendingin minuman kecil disebelah meja milik Anala.
"Siapa yang mengizinkanmu masuk ke dalam ruanganku!?"
"Tidak ada yang melarangku sejak tadi, semua orang diluar malah tersenyum dengan sangat ramah padaku," Jaeta tertawa sambil meminum minuman yang ia ambil.
"Ish! Mereka benar-benar," kesal Anala sendiri. Nala tahu kalau orang satu butik ini sedang ngefans berat pada Jaeta, terlebih saat tahu kalau Jaeta akan menjadi brand ambassador mereka. Dan lihat saja sekarang tingkah Jaeta sudah seenak hati mengambil posisi santai di atas sofa layaknya rumah sendiri.