Helaan napas terdengar dari arah Jaeta yang tertunduk sambil memegang pangkal hidungnya dan memejamkan mata sekilas setelah Echa berdiri dan pergi meninggalkannya.
"Jae, kamu mau balik?" Erik datang menghampiri dengan santai.
"Hum?"
"Astaga, kenapa kulitmu memerah?" kaget Erik saat Jaeta mendongak melihatnya.
Jaeta kaget sambil melihat tangannya sendiri, "pantasan rasanya panas dan tidak nyaman,"
"Kamu makan apa tadi?"
"Aku hanya makan apa yang dibagikan para staff, dan makanannya enak sekali," Jaeta mulai menggaruk lehernya yang terasa gatal.
Erik melihat sekitar dan meraih sebuah kotak makanan dari seseorang yang lewat didekat mereka, pria bertopi putih itu membuka kotak tersebut dan memeriksa makanan didalamnya dengan cepat.
"Ya tuhan, ini ada kacangnya, padahal aku sudah bilang untuk tidak menyediakan apapun berbahan kacang di setiap lokasi shooting!" kesal Erik setelah mencium bau salah satu makanan dan melemparnya sembarangan karena saking marahnya.
"Aduh!!" terdengar suara mengaduh dari arah Erik melemparkan kotak makanan tersebut.
Erik kaget melihat kearah suara itu, ia melempar kearah yang salah.
"Hey! Apa yang kamu lakukan!?" ujar pria bertubuh tambun dengan mata melotot, itu produser.
"Maaf, maaf.., aku tidak sengaja. Apa kamu tidak apa-apa??" Erik mendekati wanita yang berjalan beriring dengan bosnya itu.
"Oh nggak, cuma basah sedikit," jawab Anala yang entah kenapa harus terkena sial.
"Lagian kamu kenapa buang-buang makanan sembarangan!?" marah produser pada Erik.
"Aku hanya kesal, makanan ini ada kacangnya dan Jaeta tidak sengaja memakannya. Padahal aku selalu wanti-wanti semua makanan yang tidak bisa Jaeta makan agar tidak tersedia di lokasi."
"Oh ya?? Jae apa kamu baik-baik saja??" produser mendekati Jaeta dengan cepat disusul Erik.
"Ya seperti biasanya, terasa panas dan gatal,"
"Kamu bawa obatnya?"
Erik menggeleng, "sudah lama alerginya tidak muncul lagi, jadi aku tidak menyiapkannya. Aku akan cari sekarang," kemudian berlari entah kemana.
Sedangkan produser sudah mendumel kesal untuk mencari siapa yang bertanggung jawab atas konsumsi di lokasi shooting.
Anala hanya terperangah melihat kepanikan orang-orang atas kondisi Jaeta yang kini meringis kecil menggosok lengannya yang memang tampak agak memerah.
"Kamu baik-baik saja?" Anala mendekat coba memastikan.
"Apa aku terlihat baik-baik saja menurutmu!?" kesal Jaeta sudah tidak tahan dengan rasa gatal yang mulai menjalar.
Anala hanya mendengus, sambil duduk di bangku dekat Jaeta berada, "orang cuma nanyain doang, mau dikasih solusi nggak?
"Apaan!?"
Anala membuka tasnya mengeluarkan sesuatu dan memberikannya pada Jaeta, "alergi kacang kan?"
"Apa itu? Obat?"
"Apa ini terlihat seperti obat bagimu!?" balas Anala menirukan gaya bicara Jaeta yang sinis kepadanya tadi.
"Jangan main-main!" kesal Jaeta.
"Ini yoghurt, aku tadi membelinya. Kebetulan ini bisa meredakan efek alergi seperti ini. Mau atau tidak!?" desak Anala karena tangannya capek mengulurkan kepada pria berkulit kemerahan seperti kepiting rebus itu.
"Benarkah? Awas saja kalau semakin memperburuk!" Jaeta meraih yoghurt dari tangan Anala dengan cepat dan langsung memakannya.
Selagi Jaeta makan, Anala diam memperhatikan suasana lokasi shooting yang ramai, dia datang kesini karena undangan dari produser. Walau awalnya malas, tapi ia merasa tidak enak untuk tidak datang walaupun masalah kostum sudah aman ia tugaskan pada anak buahnya.
Anala melirik Jaeta lagi yang tampaknya sudah mulai aman, dia tidak banyak menggaruk dan warna merah dikulitnya sedikit memudar.
"Sepertinya itu manjur sekali bagimu, temanku butuh waktu cukup lama untuk meredakan alergi dengan yoghurt," komentar Anala pada Jaeta yang sudah menghabiskan yoghurt yang ia berikan.
"Aku tidak pernah mencoba ini untuk meredakan alergi sebelumnya, terima kasih sudah membantuku lagi," ujar Jaeta walau masih sesekali menggaruk lehernya yang gatal.
"Ini karena temanku punya alergi yang persis sama sepertimu. Mengenai jaketmu semalam, aku belum membawanya. Lain kali aku akan titip ke managermu."
Jaeta menggeleng, "tidak usah repot-repot, biar aku saja yang mengembalikan hoodiemu yang sangat berjasa itu," tawa Jaeta mengingat kejadian semalam.
"Tidak perlu, kamu terlalu sibuk untuk sekedar menyempatkan diri mengembalikannya."
"Tidak juga, ngomong-ngomong kamu ngapain disini?"
"Produsermu mengundangku. Ini terkait kerja sama,"
Jaeta mengangguk paham, "aku akan menjadi modelmu, setelah kulihat produkmu memang bagus, menggunakanku sebagai modelnya akan membuatnya berkali-kali lipat tampak lebih bagus."
Anala tertawa mendengar ujaran Jaeta, "pede sekali?"
"Tanpa harus memberitahunya kupikir kamu sudah berpikir demikian," Jaeta tertawa sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jarinya membuat Anala sedikit terpana.
"Hm.., ya mungkin,"
Jaeta tersenyum lagi, namun sambil menunduk, "aku akan terus bekerja di dunia hiburan ini, karena ini keputusanku."
Anala sedikit mengerutkan dahinya mendengar tuturan Jaeta, "maksudmu?"
Jaeta tertawa pada Anala, "sediakan produk terbaik untukku oke? Aku akan membuat brand mu semakin terkenal dan besar. Aku pastikan itu."
Anala ikut tersenyum, "kamu menjanjikannya? Baiklah, kita bekerja sama dari sekarang,"
Jaeta memberikan tangannya untuk bersalaman dengan Anala yang langsung disambut semangat oleh gadis itu.
***