Rayyan mengerjapkan matanya saat Arumi berteriak dan menangis sesenggukan. Rayyan duduk di samping istrinya yang tampak sangat kacau. Rayyan memeluk Arumi tapi tangannya ditepis kasar oleh Arumi.
"Kamu Brengsek Rayyan! Brengsek. Kamu sudah bikin ayahku meninggal. Sekarang harta yang aku punya satu-satunya pun kamu rampas juga. Maumu apa Rayyan? Kamu ingin aku hancur, hancur sehancur hancurnya? Kenapa kamu melakukan semua ini sama Aku. Salah apa aku sama kamu Rayyan?" Rayyan hanya terdiam mendengar semua perkataan Arumi. Dia tahu dia sudah berbuat jahat pada Arumi.
"Aku tidak mau cerai dari kamu. Aku tidak mau kamu pergi dariku, Arumi. Aku mohon jangan tinggalkan Aku."
"Sekarang aku tanya Pernahkah Kau Mencintaiku? Sehingga kamu bilang seperti itu?"
"Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu Arumi. Bukan hanya pernah, tapi sedang dan akan selamanya mencintaimu."
"Kapan Rayyan? Sejak Kapan? Sejak aku sudah kehilangan semuanya. Termasuk ini? Arumi menunjuk pada bercak darah yang melekat pada sprei yang mereka duduki sekarang." Rayyan memeluk Arumi dengan erat. Arumi meronta tapi Rayyan semakin mengeratkan pelukannya.
"Sejak pertama aku melihatmu. Tapi rasa dendamku mengalahkan rasa cintaku. Dan aku baru menyadari setelah kamu pergi dariku. "
"Dan bisa-bisanya kamu mengatakan semua ini setelah kamu mengambil semua kebahagianku? tolong lepaskan aku. Aku harus pergi. Aku akan segera mengurus perceraian kita. Aku tidak peduli dengan keadaanku sekarang." Arumi semakin meronta, tapi Rayyan justru membungkam mulut Arumi dengan bibirnya. Rayyan mengeratkan pelukannya. Arumi tak bisa mengelak karena Rayyan tiba-tiba menciumnya. Dia semakin meronta. Sampai dengan kuatnya dia mencakar lengan Rayyan. Rayyan yang merasa kesakitan melepaskan ciumannya. Bukannya pergi dia malah beralih menindih istrinya itu. Dan dia melakukannya lagi untuk yang kedua kali.
plak!!!
plak!!
Arumi menampar Rayyan beberapa kali setelah Rayyan melepaskan benih didalam rahimnya.
Arumi merasa seperti wanita yang tidak berharga. Dia memasuki kamar mandi dengan langkah yang gemetar. Tubuhnya terasa remuk, rasa sakit di bagian intinya tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya.
Rayyan hanya bisa menunduk dan membenamkan kepalanya diantara kedua lutut kakinya yang ditekuk.
Rayyan tahu setelah ini Arumi akan sangat membencinya. Dia hanya berharap Arumi bisa hamil. Sampai kapanpun Rayyan tidak akan pernah meninggalkannya. Dan dia akan berjuang untuk mendapatkan cinta Arumi.
Rayyan menyusul Arumi ke kamar mandi karena begitu lama Arumi berada di dalam. Rayyan khawatir..
"Arumi.." Benar saja Arumi sudah tergeletak dibawah bak mandi. Tubuhnya sangat pucat. Rayyan mengangkatnya masuk ke dalam kamar. Mengganti pakaiannya dan memberinya selimut tebal.
Rayyan segera membersihkan dirinya. dan segera membuatkan teh hangat untuk Arumi. Sedangkan sarapan sudah disiapkan oleh pengurus Villa.
Rayyan duduk di sebelah Arumi. menggenggam erat tangannya dan menggosok gosokkan tangannya agar terasa hangat.
Tak lama Arumi siuman. Dia melihat Rayyan ada di sebelahnya. Arumi tak ingin bertengkar saat ini. karena kepalanya yang terasa sangat berat.
Rayyan mengambilkan teh hangat untuk Arumi.
"Minumlah." Ucap Rayyan pada Arumi. Arumi hanya bisa meraihnya dengan tangan gemetar dan meneguk air teh hangat itu. Dia tak sanggup untuk berdebat lagi. Badannya sungguh terasa sakit. Tapi tak sebanding dengan sakit di hatinya.
Rayyan mengambil makanan untuk Arumi. Dia menyendok satu suap bubur ayam hangat dan aroma yang menggoda. Arumi mengelak. Dia tidak mau membuka mulutnya.
"Aku mohon makanlah! kamu bisa sakit kalau kamu tidak makan." Ucap Rayyan.
"Jangan sok perhatian sama aku setelah semua yang kamu lakukan sama aku. Kamu sudah membuat hidupku menderita. Dengan kamu berbuat seperti ini sama aku. Aku merasa aku seperti seorang pelacur. Kamu sama sekali tidak menghargai aku."
"CUKUP ARUMI!" Bentak Rayyan. " Jangan pernah lagi kamu bilang dirimu Pelacur. Kamu bukan pelacur. Kamu istriku. Apa salah aku meminta hakku sebagai suamimu?"
"Aku tahu kamu suamiku. Tapi tidak seharusnya kamu mengambil paksa tanpa seizinku. Jika semua ini adalah bagian dari misi balas dendammu pada Ayahku, maka kamu telah sukses membuatku hancur Rayyan. Asal kamu tahu. Hidupku juga hancur saat melihat perselingkuhan Ayahku dan ibumu. Kamu tahu, sampai ibuku meregang nyawa pun Ayahku pergi bersama ibumu entah kemana. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri ibuku tak bernyawa di kamarnya. Kamu tahu bagaimana perasaanku saat itu? Aku hancur. Aku benci ayahku dan juga selingkuhannya yaitu ibumu. Tapi apa pernah aku mencoba balas dendam padamu atas rasa sakitku? Tidak Rayyan. Justru aku ingin menjadi istri yang baik. Semua itu menjadi pelajaran untukku agar menjadi wanita yang lebih baik.Tidak seperti ibumu. Bukan seperti kamu yang tidak bisa mengambil pelajaran, malah justru mendzolimi orang."
Arumi menumpahkan semua perasaan yang dipendamnya. Rayyan hanya bisa tertegun mendengar semua yang dikatakan Arumi.
Rayyan sekarang sadar bahwa dia dan Arumi adalah korban. Mereka sama-sama menderita. Rayyan masih punya ayah meski ayahnya mengalami gangguan mental. Sedangkan Arumi, dia sekarang tidak punya orangtua. Dan salah satunya meninggal karena ulahnya.
Rayyan tidak berhenti merutuki dirinya sendiri yang begitu tega pada Arumi.
"Maafkan aku. Aku mohon maafkan aku. Kita mulai semuanya dari Awal ya. Aku akan lakukan semuanya asal kamu bahagia. Aku telah membuatmu menderita selama ini. Aku janji setelah ini aku tidak akan membuatmu menangis lagi." Rayyan ingin memeluk Arumi, namun dia menepis kasar tangan Rayyan.
"Aku tak butuh maaf darimu. Aku tetap ingin bercerai darimu. Awalnya aku kira aku bisa belajar mencintaimu sejak ayahku menjodohkanmu sama aku. Tapi karena perlakuanmu yang seperti itu, sekarang tak ada sedikitpun rasa cinta untukmu. Kamu pikir apa bisa pernikahan tidak dilandasi rasa sayang dan cinta? Aku bukan wanita lemah seperti ibuku. Antarkan aku pulang sekarang!"
"Aku tidak mau." Ucap Rayyan.
"Oke. Aku bisa pulang sendiri." Arumi berdiri dengan sedikit limbung. Dia mencari pegangan untuk bisa kuat berdiri. Baru beberapa langkah dirinnya sudah terjatuh lagi. Rayyan buru-buru menghampiri Arumi.
"Lepasin!" Gertak Arumi.
"Tolong katakan apa yang bisa aku lakukan untuk mendapat maaf darimu. Bukankah Allah maha pengampun? kenapa kamu tidak mau memaafkan aku Arumi?"
Arumi tidak bisa apa-apa jika Rayyan akhirnya menyebut nama Allah. Arumi sadar sekarang dia tak ada bedanya dengan Rayyan dulu. Rayyan benar, haruskah dia masih bersikap seperti ini terus pada Rayyan. Dia takut hatinya akan mengeras. Dan lebih takut lagi jika dia sampai sombong. Sombong bukan berarti membanggakan diri. Tapi sombong dalam hal ini adalah dia tidak mau mendengar dan melaksanakan apa yang Allah perintahkan.
"Aku memaafkanku. Tapi aku mohon lepaskan aku. Aku tidak bisa lagi menjadi istrimu."
Rayyan mengalihkan pandangannya. Menahan rasa sesak. Dia memang bodoh, Karena dia baru menyadari perasaannya setelah Arumi membencinya.
"Y sudah kita tunggu satu bulan lagi. Jika kamu tidak hamil, aku akan melepasmu."
†***************