Chereads / PERNAHKAH KAU MENCINTAIKU? / Chapter 14 - BERLIBUR KE PULAU BIRA

Chapter 14 - BERLIBUR KE PULAU BIRA

Arsya merasa heran karen sudah satu minggu Arumi tidak berangkat ke kantor. Ponselnya pun tidak dapat dihubungi. Dia sempat menelpon Keisya untuk mencari Arumi juga. Namun nihil, tidak ada yang tahu Arumi dimana. Semua ART di rumah Arumi tidak ada yang berani mengatakan dimana Arumi sekarang.

Setiap pulang kerja, Arsya menyempatkan diri untuk mencari keberadaan Arumi.

"Key, sudah dapat kabar dari Arumi?"

"Belum kak, apa suaminya berbuat macam-macam pada Arumi ya Kak?"

Arsya kemudian berfikir, benar juga. Dulu Arumi pernah bilang kalau suaminya tidak mau bercerai dari dia. Dan kemungkinan besar dia tahu dimana Arumi saat ini.

"Kamu tahu suaminya kerja dimana?"

"Kalau tidak salah dia adalah CEO di EL-RUMI PRODUCT."

"Itu Produsen Tas dan Sepatu Export yang sedang naik daun kan?"

"Iya perusahaan baru tapi langsung melejit, berkat tangan dingin pemiliknya."

Arsya tidak menyangka, suami Arumi bukan orang sembarangan. Dia akan susah mendapat akses untuk bisa bertemu dengan suami Arumi kalau begini caranya. Arsya berfikir keras untuk menemukan solusinya.

Arsya kemudian menelpon stafnya. Dia menyuruh untuk melakukan kerjasama dengan EL-Rumi. Produk fashion sekelas Giovano akan lebih berkelas jika disandingkan dengan produk dari EL Rumi. Itu akan menjadi win win solution bagi keduanya.

"Key, kamu terus cari info dimana keberadaan Arumi ya. Aku takut terjadi apa-apa dengan dia."

"Iya kak pasti. Aku juga sudah menghubungi beberapa teman dan mengumumkan di grup WA juga. barangkali ada yang tahu dimana Arumi.

"Bagus, Key. Terimakasih."

"Kak, apa tujuan kakak melakukan semua ini? Kakak suka sama Arumi?"

Arsya terdiam sesaat. " em, mungkin iya. Sejak pertama aku melihat Arumi, aku sudaha jatuh cinta sama dia. Tapi hatiku hancur saat tahu Arumi hamil dan sudah punya suami. Tapi Arumi bilang dia mau cerai,jadi saat itu aku berfikir tidak ada salahnya memperjuangkan cintaku."

"Dengan kata lain, kakak mau merebut Arumi dari suminya?"

"Bukan, lebih tepatnya kakak akan menjadi tempat Arumi berlabuh setelah bercerai dari suaminya nanti. Kakak curiga suaminya lah yang menyembunyikan Arumi."

"Bisa jadi, Kak."

*********

Arumi hanya menatap kosong langit-langit kamarnya. Badannya terpaksa di infus karena dia sama sekali tidak mau makan dan minum.

Rayyan prihatin dengan keadaan istrinya saat ini. Sejak ia memindahkan Arumi ke rumahnya, Arumi sama sekali tidak mau bicara dan makan.

"Sayang, ayo makan dulu. Aku suapin ya." Kata Rayyan saat masuk ke dalam kamar mereka. Dia akan menyuapi Arumi demi anak yang dikandung Arumi."

PYARRRR... Arumi menepis kasar piring yang ada di tangan Rayyan. Sehingga piring itu pecah berkeping-keping.

"Bik, tolong bersihkan ini!" Titah Rayyan pada salah satu ART nya yang menunggu di luar kamar. Sudah satu minggu Arumi di sana. Dan selalu sama setiap harinya. Dia akan menepis piring itu hingga pecah dan tak mau membuka mulutnya.

Rayyan menghela nafas panjang. Dia akan bersabar menghadapi istrinya. Dia hanya bisa memaklumi sikap istrinya setelah semua penderitaan yang Arumi rasakan akibat perbuatannya. Mulai dari berselingkuh, mengambil perusahaan ayahnya, menyebabkan ayah arum meninggal, dan terakhir memperkosa istrinya sendiri.

Rayyan duduk di samping kiri istrinya. Mengelus tangan Arumi sambil mengamati wajah Arumi yang pucat.

"Kamu jangan seperti ini. Kamu boleh menyiksaku kalau kamu mau. Tapi tolong jangan siksa dirimu seperti ini, Rum. Kasihan anak kita. Dia butuh asupan nutrisi untuk pertumbuhan. Tolong pikirkan kesehatan anak kita."

Arumi melihat Rayyan dengan penuh kebencian. Airmatanya menetes setiap kali melihat suaminya.

"Besok kita jalan-jalan ya. Aku ajak kamu ke suatu tempat yang sangat indah. Aku ingin hanya ada aku dan kamu di sana. Aku ingin kamu tahu, Aku sangat mencintaimu."

Arumi kembali meneteskan airmata.

"Kenapa perkataan itu tidak keluar dari mulutmu di awal pernikahan kita? di saat hatiku belum terluka seperti ini, Rayyan." Batin Arumi.

"Aku tidak mau." Arumi akhirnya angkat bicara. Kemudian dia merebahkan dirinya dan menutup tubuhnya dengan selimut.

"Aku tidak peduli. Aku akan tetap mengajakmu pergi."

Rayyan sebenarnya ingin mengajak berlibur ke luar negeri. Tapi karena alasan kesehatan Arumi, Rayyan tidak mau terjadi apa-apa dengan istrinya. Dia akhirnya membawa Arumi ke kepulauan seribu. Alasannya karena dekat dengan jakarta. Karena dia harus memantau kesehatan Arumi juga.

Tanpa persetujuan Arumi, Rayyan membawa Arumi dengan mobil Expander miliknya. Dia akan membawa Arumi ke pulau yang belum banyak di datangi wisatawan. Agar suasana lebih terasa privat dan menenangkan. Setidaknya bisa membuat Arumi merasa nyaman. Pulau Bira adalah tujuan Rayyan.

Perjalanan menuju Pulau Bira memang butuh perjuangan. Dari Dermaga Muara Angke, Rayuan dna Arumi harus menempuh perjalanan dengan kapal motor selama 3 jam menuju sebuah pulau untuk transit bernama Pulau Pramuka. Setelahnya, mereka naik kapal motor lagi yang langsung menuju ke Pulau Bira. Perjalanan panjang yang ditempuh dijamin tak kan membuat menyesal. Semuanya sebanding dengan keelokan alam yang ditawarkan Pulau Bira.

Sampai di sana, Rayyan diantar menuju cottage yang sudah dipesan sebelumnya. Rayyan membawa kursi roda untuk membawa istrinya yang masih terdiam. Tapi sedikit ada perkembangan, karena Arumi sudah mau makan meski sedikit. Semua kebutuhannya sudah di siapkan oleh Biro perjalanan wisata. Rayyan juga menyuruh mereka memberikan makanan terbaik untuk sang istri yang sedang hamil.

"Kamu capek ya, Rum. " Kata Rayyan saat membuka tirai kamar mereka yang menghadap langsung ke arah laut. Suara deburan ombak sangat menenangkan. Arumi yang tadinya hanya cemberut, tak dapat menyembunyikan kekagumannya dengan tempat itu lewat senyumannya.

Rayyan menggendong sang istri dan meletakkannya di kursi roda. Dia membawanya ke teras dan menikmati semilir angin di sana?

"Kamu senang?" Tanya Rayyan yang sedang berjongkok di hadapan Arumi.

Arumi menatap Rayyan sesaat kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke arah laut yang luas. Air yang masih jernih berwarna biru sangat menenangkan.

"Kamu tahu, saat ini aku hanya ingin membahagiakanmu, Arumi. Aku ingin kamu mau memaafkan atas semua kesalahanku padamu. Aku tahu kesalahan yang kuperbuat tak bisa dimaafkan. Tapi apa tidak ada setitik cinta di hatimu untukku?" Rayyan menggenggam tangan Arumi dengan lembut. Kali ini tidak ada penolakan dari Arumi.

Rayyan dan Arumi menikmati pantulan cahaya matahari yang berwarna kemerahan karena hampir tenggelam. Suasana menjadi semakin

indah. Rayyan beberapa kali melihat Arumi memejamkan mata dan menghirup udara dan tersenyum. Rasanya ide Rayyan membawa Arumi ke sini tidak salah.

"Tuan, makanan untuk anda dan ibu Arumi sudah saya letakkan di meja." kata pramusaji yang di utus oleh biro perjalanan wisata.

"Iya, Terimakasih."

"Rum, kamu mau makan?aku ambilkan ya." Arumi mengangguk.Untuk pertama kalinya ada respon positif dari Arumi. Dan itu membuat Rayyan sangat senang.

*********