Bu Fatma berdiri mematung saat melihat Rayyan ada di depannya. Dia begitu kaget tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Setengah mati Arumi menjauhi dia sampai di kotak kecil ini. Tetapi bagaimana Rayyan bisa tahu Arumi ada di sini?
"Assalamualaikum Bu Fatma."
"Waalaikumsalam Mas Rayyan. "
"Maaf sudah mengganggu Bu Fatma pagi-pagi sekali. Apakah Arumi ada di sini Bu?"
Bu Fatma merasa ketakutan, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini. Mau menutup pintu pun sepertinya sudah terlambat, dia ingin kabur, juga mau ke mana. Dia ingat perkataan Arumi yang mengatakan bahwa Rayyan pernah ingin mengambil anaknya Arumi setelah lahir. Apakah ini saatnya Rayyan mengambil anaknya Arumi?
" Tidak Mas Ray, Mbak Arumi tidak ada disini. Saya sudah lama tidak bekerja di Jakarta. Dan sejak saya pulang kampung, saya tidak tahu bagaimana kabar mbak Arumi. "
"Bu Fatma, tolong ibu Jangan berbohong sama saya. Saya punya bukti bahwa Arumi tinggal di rumah ini." Rayyan pun mengambil ponselnya kemudian membuka galeri dan menunjukkan foto Arumi ketika sedang di halte maupun sedang turun dari angkot dan masuk ke rumah ini. Semua foto itu membuat bu Fatma tercengang. Tubuh bu Fatma mendadak gemetaran. Saat ini dia tidak bisa berkutik lagi, karena semua bukti sudah jelas terlihat bahwa Arumi memang berada di sini.
"Mas Rayyan dapat foto-foto ini dari mana?"
"Itu tidak penting Bu Fatma. Saya datang kemari dengan baik-baik. Saya hanya ingin bertemu dengan Arumi dan juga anak kami. Jadi tolong biarkan saya untuk bertemu dengan Arumi dan juga anak saya." Dengan sigap tiba-tiba Bu Fatma mempunyai keberanian untuk menutup pintu rumahnya.
B r a k k!!!!
Bu Fatma langsung mengunci pintunya dengan cepat. Berlindung di dalam rumah lebih baik daripada harus bertatap muka dengan Rayyan. Bu Fatma tidak habis akal, dia menelepon Mang Ujang untuk mengusir Rayyan dari rumahnya. Kalau perlu dia akan mengumpulkan seluruh warga untuk mengeroyok Rayyan.
"Halo Mang Ujang, tolong saya!! di depan rumah saya ada penjahat. Tolong Mang Ujang kumpulkan warga yang lain untuk mengusir dia dari rumah saya."
"Penjahat bagaimana maksudnya bu Fatma? Apa dia merampok rumah Bu Fatma? "
"Bukan, dia itu mantan suaminya Mbak Arumi, dia ke sini akan membawa kabur anaknya mbak Arumi. Tolong Mang Ujang usir dia dari kampung kita. "
"Iya iya Bu Fatma, saya akan kumpulkan warga untuk mengusir orang itu dari rumah Bu Fatma."
"Iya Mang Ujang, terima kasih ya. "
"Buu Bu Fatma..... !!!! tolong Bukain pintunya Bu!! Saya mohon saya hanya ingin bertemu Arumi dan anak saya. Tolong biarkan saya bertemu dengan mereka!!" Teriak Rayyan dari luar.
"Hei sedang apa kamu di situ!" Rayyan kaget ketika tiba-tiba ada banyak orang di belakangnya ada yang membawa sapu lidi, Sabit, cangkul bahkan gayung. Entah darimana mereka tiba-tiba saja datang beramai-ramai.
"Apa-apaan kalian!! Saya bukan penjahat saya hanya ingin bertemu istri dan anak saya."
"Sudah usir saja dia!! Dia orang jahat Ayo serbu!!" Pekik salah satu warga.
"Cukup-cukup!! Tolong hentikan!! Saya bukan orang jahat, saya ke sini hanya untuk bertemu dengan Arumi dan anak saya. Tetapi kenapa kalian memperlakukan saya seperti orang jahat? "
"Begini Pak, sebaiknya Anda keluar dari kampung kami. Karena anda sudah membuat rasa tidak nyaman salah satu warga di sini. Jadi tolong segera tinggalkan kampung kami!"
"Tidak! Saya tidak akan pergi Sebelum saya bertemu dengan istri dan juga anak saya."
"Tolong anda jangan memancing kemarahan kami Pak. Jika anda tidak bisa diajak bicara baik-baik, terpaksa kami akan melaporkan kepada pihak berwajib. Karena anda telah membuat kekacauan dan tidak nyaman salah satu warga kami. Jadi sebelum kami melapor ke pihak berwajib, silakan tinggalkan Kampung Kami!"
Rayyan merasa tidak punya pilihan lain selain pergi dari situ. Bagaimanapun juga dia sudah tahu di mana Arumi tinggal. Mungkin saat ini dia akan mengalah dulu sampai kondisinya stabil. Dan dia akan menunggu waktu yang tepat untuk bisa menemui Arumi.
"Baik kalau memang itu kemauan kalian. Saya akan pergi dari sini. Tolong maafkan saya." Rayan pun akhirnya mengalah dan pergi dari rumah Bu Fatma. Daripada dia harus berurusan dengan pihak berwajib, sebaiknya dia menunggu waktu yang tepat untuk menemui Arumi.
Rayyan masuk ke dalam mobilnya dengan perasaan sedih dan kecewa. Hampir saja dia bisa bertemu dengan Arumi dan anaknya. Tapi lagi-lagi dia harus bersabar untuk menemui Arumi dan anaknya.
"Halo Dan, tolong kasih tahu aku di mana letak halte yang kemarin kamu kirim ke aku."
"Yang foto Bu Arumi menunggu angkot itu Bos?"
"Iya di mana itu lokasinya. Aku akan coba untuk menunggu Arumi di sana Dan. Karena harapanku untuk menemui Arumi di rumahnya tidak terlaksana."
"Nanti setelah Jack mengirimkan lokasinya, akan langsung saya kirimkan ke Bos Rayyan."
"Oke Dan aku tunggu sekarang."
Rayyan membenturkan kepalanya ke setir mobil. Dia merasa hampir frustasi untuk bisa menemukan Arumi. Tapi kemudian dia ingat bahwa tinggal selangkah lagi dia akan bisa menemui Arumi dan anaknya.
Rayyan melajukan mobilnya setelah mendapatkan lokasi tempat Arumi menunggu angkot kemarin. Dia membutuhkan waktu kira-kira 15 menit dari tempatnya sekarang.
******
Arumi sudah tiba di toko pukul setengah delapan pagi, dia langsung mengecek pesanan yang masuk dari tadi malam sampai sekarang. Saat dia membuka laptopnya, ada panggilan masuk dari Bu Fatma.
"Halo Mbak Arumi, Mbak pasti tidak percaya dengan seseorang yang baru saja datang kesini."
"Memangnya siapa Bu Fatma? "
"Mas Rayyan Mbak." Arumi tiba-tiba merasa pusing kepalanya setelah mendengar nama Rayyan disebut. Orang yang begitu dia benci tiba-tiba Muncul lagi di kehidupannya. Arumi berpikir pasti ada hubungannya dengan anaknya. Ternyata Rayyan belum menyerah.
"Lalu bagaimana dengan si kembar Bu Fatma? Apakah mereka baik-baik saja? Apakah mereka diambil oleh Rayyan?" Arumi benar-benar panik dan mendengar Rayyan datang.
"Tidak Mbak Arumi. Saya sudah minta tolong Mang Ujang untuk mengusir Mas Rayyan dari sini. Dan sekarang dia sudah pergi. Si kembar aman bersama saya Mbak."
"Bu, tolong jaga si kembar dengan baik ya. Saya titip si kembar." Suara Arumi terdengar sangat panik.
"Mbak Arumi tidak perlu khawatir, justru Mbak yang harus hati-hati kalau bisa Mbak jangan lewat seperti biasanya. Khawatir kalau kemarin mbak Arumi di mata-matai oleh seseorang. Untuk masalah rumah Mbak tenang saja karena warga di sini sudah tahu kalau Rayyan akan berbuat jahat. Jadi saya yakin Mas Rayyan tidak akan berani kesini lagi.
"Iya Bu Fatma, Saya akan berhati-hati. Terima kasih dan Maaf sudah merepotkan Bu Fatma."
"Tidak apa-apa Mbak Arumi, nanti kalau pulang hati-hati ya. Kalau perlu biar diantar sopirnya Mas Keenan saja agar Mbak Arumi lebih aman. "
"Iya Bu Fatma nanti saya akan coba untuk bicara dengan Bu Ema. Semoga beliau mau membantu saya."
Arumi merasa ketakutan. Bukan dirinya yang merasa terancam, tapi dia takut Rayyan akan mengambil si kembar dari tangannya. Seperti yang pernah Rayyan ucapkan dulu. Apakah kali ini Rayyan akan benar-benar nekat mengambil si kembar? Arumi bingung mengatasi masalah ini. Dia bisa saja menjauh dari Garut, tetapi bagaimana dengan si kembar? Dia tidak mungkin pergi sendiri dengan si kembar. Arumi benar-benar kacau hari. 'Aku benci kamu Rayyan.'
######
GIMANA? BERANI 100 KOMEN LAGI? UP NEXT HARI RABU. HEHEHE. Text chapter tak kasih spoiler dikit ya. Waktu Rayyan menunggu Arumi di halte dia melihat ada Tulisan R2 LEATHER di dekat halte itu. Sudah tahu Rayyan mau ngapain setelah lihat tulisan itu??? Ayo komen yg banyak. hehehe