Pub itu terlihat ramai dengan alunan musik yang keras. Lee Rou Ni menarik tangan Xiao Liu Xi menuju sebuah tempat duduk. Liu Xi yang baru pertama kali masuk ke dalam pub hanya menatap risih dengan keadaan sekitarnya. Terlebih tatapan lapar semua pria saat melihat tubuhnya. Gaun pendek 15 cm dari lututnya membuat Liu Xi sangat tidak nyaman. Ini pertama kalinya ia mengenakan pakaian yang pendek setelah Rou Ni membujuknya habis-habisan untuk mencoba pakaian koleksinya. Dan hasilnya, luar biasa.
Liu Xi tampak sexy dengan mengenakan hak tinggi warna maroon yang membuat kaki jenjangnya tampak indah. Rambut hitam panjangnya yang bergelombang di biarkan tergerai. Polesan make up tipis yang untuk pertama kali melekat di wajahnya membuatnya cantik dan terlihat manis. Semua itu Rou Ni yang melakukannya.
"Aku tak nyaman berada disini." Liu Xi menatap sekitarnya. "Apakah kita harus berada di tempat yang seperti ini? Kita bisa mencari tempat-"
"Xixi, ayolah. Ini Beijing, bukan perumahan dengan perdesaan di tempat tinggalmu. Nikmati, kau harus membiasakan diri." Rou Ni menatap Liu Xi dan tertawa kecil. "Aku memesankan jus orange untukmu karena aku tahu kau tak bisa minum alkohol."
Rou Ni begitu mengenal sahabatnya. Meski mereka bukan dari kalangan kelas yang sama, tapi Rou Ni senang bisa bersahabat dengan Liu Xi. Rou Ni anak dari pemilik perusahaan besar dengan anak cabang di mana-mana. Sedangkan Liu Xi hanyalah anak dari kalangan kelas bawah yang tengah mengejar cita-cita, harapan dan impian. Ya, itulah tujuan Liu Xi datang ke Beijing. Untuk melanjutkan kuliahnya yang telah berjalan sesuai rencananya.
"Apakah kau sering datang kemari?" tanya Liu Xi langsung menyerobot jus Orange yang baru saja pelayan letakkan di atas mejanya. Meneguk cepat dan berharap agar cepat keluar dari keramaian ini.
Rou Ni mengangguk. "Tempat ini milik temanku." Rou Ni tersenyum dan melambaikan tangan saat matanya bertemu dengan seseorang. Ia kembali menatap Liu Xi yang tengah memegang jus orangenya. "Dengar, aku akan Pergi sebentar menemui temanku. Aku tak akan lama. Aku janji." tanpa menunggu jawaban Liu Xi, ia telah melangkah melewati keramaian.
"Tapi--" ucap Liu Xi tertahan. Ia hanya bisa menatap punggung sahabatnya. "Ya Tuhan, persetan dengan keramaian ini. Rasanya aku sesak berada disini." ia mendesah dan meletakkan gelasnya. "Aku harus bagaimana? Kenapa mereka menatapku seperti itu." ia kembali menatap sekitarnya lalu beralih pada pahanya yang berusaha ia tutupi. "Baju ini juga merepotkan!"
Dalam pub yang sama, seorang pria dengan pakaian kerja yang masih membungkus tubuhnya menatap seorang wanita di depannya dengan senyum manis. Minuman beralkohol mahal di tangannya menunjukkan bahwa ia berada dari kalangan atas. Pria itu meminum kembali minumannya dan mengerutkan kedua alisnya. Meletakkan gelas di tangannya dan memejamkan mata sesaat karena mulai sedikit mabuk
"Yi Zen, aku ingin hidup bersamamu," bisik wanita di depannya yang kini telah berpindah di sampingnya. "Aku ingin kita hidup berasama. Kita telah lama menjalin kasih dan aku ingin lebih dari itu. Aku ingin menjadi ibu dari anak-anakmu," bisiknya lagi. Tangannya mengambil sesuatu dari dalam tas lalu menuangkan pada gelas yang baru saja di minum Yi Zen.
Yi Zen yang terpejam tak begitu mendengarkan perkataan kekasihnya. Ia hanya menatap datar sekitar lalu kembali meraih gelasnya bertepatan dengan dering ponsel kekasihnya yang berbunyi.
"Li Ye Ting! Kau terlambat untuk syuting!"
Ye Ting menjauhkan ponselnya dan mendesah kasar. Menatap wajah Yi Zen yang baru selesai meminum minumannya. Ia kembali mendesah dan menatap sedikit khawatir. "Sayang, aku harus-"
"Aku akan menunggumu." potong Yi Zen cepat.
Ye Ting tersenyum. "Aku hanya satu jam. Aku janji, tahan dirimu untuk tidak menyentuh siapapun." Ia bangkit lalu mencium bibir Yi Zen sesaat. Berjalan melewati keramaian dan bergegas agar bisa kembali.
Yi Zen mengerutkan alisnya saat mulai merasakan panas di tubuhnya. Obat yang Ye Ting tuangkan dalam gelasnya mulai bekerja. Tanpa banyak kata Yi Zen kembali meneguk minumannya. Hasilnya tubuhnya kian panas dengan napas yang menderu. Ia mengerang saat menyadari ada sesuatu di minumannya.
"Li Ye Ting ...,"
Yi Zen tahu bahwa Ye Ting telah memasukkan obat perangsang dalam minumannya. Ia bergegas bangkit melewati keramaian dan menuju salah satu kamar VIP di pub tersebut. Dengan sekuat tenaga ia berusaha menahan nafsunya. Berkali-kali ia menggerang dan menyumpahi kepergian kekasihnya.
Saat pintu kamarnya terbuka, ia dengan cepat menuju bath up dan merendam tubuhnya tanpa melepaskan pakaiannya. Rasa panas di tubuhnya menjalar hingga ke ubun-ubun. Matanya terlihat merah dengan napas yang menderu dalam. Ia mencoba berpikir ke hal positif, namun ada sesuatu hal yang meronta dan tak bisa ia tahan.
"Aku tak bisa menahannya lagi. Aku membutuhkan pelepasan." Yi Zen bangkit tanpa melepaskan pakaian basahnya. Ia menelepon sahabatnya yang merupakan pemilik pub tersebut. "Aku butuh seorang gadis yang- ya, kau tahulah," ucapnya cepat. Dan ia hanya tersenyum dengan jawaban sahabatnya.
Liu Xi menunggu Rou Ni dalam resah. Sudah lima belas menit berlalu namun Rou Ni tak kunjung kembali. Dengan terpaksa, ia akhirnya bangkit dan mencari kamar mandi di pub ini. Namun awamnya pengalaman yang ia miliki membuatnya salah arah. Ia melangkah ke deretan kamar VIP yang harusnya tak ia kunjungi.
"Ahk, bukan disini letak kamar mandinya. Kenapa pub ini besar sekali. Mungkin aku harus ke arah yang tadi,"
Liu Xi membalikkan badannya dan terpaku pada pria yang baru saja membuka pintu kamarnya. Pakaian basah yang acak-acakan membuat Liu Xi waspada. Tatapan berkabut penuh nafsu yang menatap tubuhnya dari atas hingga bawah mulai membuatnya mundur selangkah demi selangkah saat pria itu mulai mendekatinya.
"Ahk, kau datang dalam waktu yang singkat. Dan lagi, sepertinya sahabatku benar-benar mengirimkan gadis yang sempurna," ujar Yi Zen menatap minat Liu Xi.
...