Sudah satu minggu Viona berhenti dari rumah sakit, ia juga tak mengaktifkan ponselnya padahal teman-teman dokter di rumah sakit tempatnya berkerja hanya tau nomor ponselnya yang itu. Viona benar-benar kecewa dengan direktur dan managent dirumah sakit, apalagi setelah ia tau ternyata ada peran Darren si senator cabul di balik pemindahan tugas dirinya menjadi dokter pasien VVIP.
Jenni dan Amina hanya bisa mendukung semua keputusan Viona tanpa bertanya banyak apa alasan dibalik keputusannya untuk berhenti bekerja, mereka justru senang akhirnya Viona mau membantu mereka bekerja di toko muffin. Dulu sewaktu Ibu Maria masih hidup ia sering membuat muffin bersama Viona, jadi kini membuat muffin adalah keahlian lain bagi Viona. Sejak Viona berhenti dari pekerjaannya toko muffin miliknya makin ramai dikunjungi oleh pelanggan karena stok muffin yang lucu-lucu makin banyak variasi nya yang dinikmati banyak orang.
"Kak vio,"panggil Amina pelan.
"Yup, ada apa Amina?" tanya Viona sambil menata muffin di etalase yang baru ia angkat dari oven.
"Didepan ada teman-teman dari rumah sakitmu, lebih baik kau sembunyi," jawab Amina sambil mendorong Viona masuk ke dalam pantry.
Viona mengintip dari balik tirai dan ternyata yang dikatakan oleh Amina benar, di depan tokonya ada dokter Ashley, dokter Brian dan suster Jessica yang merupakan teman satu shift dengan Viona. Mereka lalu masuk ke dalam toko untuk menikmati muffin dan segelas hot coffe.
"Apa kau berhasil menemukan dimana dokter Angel tinggal?"tanya dokter Ashley sambil mengunyah muffin blueberry yang merupakan muffin best seller di toko muffin milik Viona.
"Belum, aku bahkan tak bisa menghubungi nomor ponselnya," jawab dokter Brian dengan lesu.
"Kalian sudah dengar kan alasan dibalik berhentinya dokter Angel?"tanya suster Jesicca serius .
"Menurut gosip yang aku dengar di kantin ternyata dokter Angel menolak untuk bertugas di lantai empat belas kalian tahu kan pasien apa yang ada dilantai empat belas itu,"imbuh suster Jessica sambil meminum segelas hot coffe miliknya.
"Iya kabar itu sudah menyebar dikalangan staff rumah sakit seminggu ini," celetuk dokter Brian.
"Aku tahu orang seperti apa dokter Angel, tapi seharusnya ia tak perlu berhenti bekerja apalagi sampai menghilang seperti ini," ucap dokter Ashley sedih, Viona adalah teman terbaiknya dirumah sakit.
Mereka bertiga lalu membisu sambil menikmati makanannya lalu tak lama mereka pun pergi meninggalkan toko.
"Kak vio mereka sudah pergi," ucap Amina pelan dari meja kasir.
"Iya aku tau Amina, aku mau istirahat sebentar di kamar kau tak apa kan aku tinggal,"sahut Viona dari dalam pantry suasana hatinya menjadi buruk ketika mendengar percakapan rekan kerjanya tadi.
"Ok kak, tak apa. Tidurlah kalau lelah kak," jawab Amina cepat, ia tahu bahwa Viona sedang dalam mood yang jelek.
Amina lalu sibuk dengan pelanggan lain yang berdatangan, ia dengan telaten melayani pelanggan-pelanggan yang makin banyak berdatangan di jam pulang kantor itu. Saat musim dingin tiba pasti banyak pembeli yang datang untuk membeli muffin di toko.
Hari ini adalah kali kedua dokter-dokter dari rumah sakit tempat Viona bekerja mampir ke toko, hal itu membuat Jenni yang baru datang kaget karena melihat rekan kerja Viona ada di toko tapi ia menjadi tenang setelah diberitahu oleh Amina bahwa Viona sudah tau tentang kehadiran teman-temannya. Sementara itu Viona masih berada dikamarnya di lantai dua, di toko itu pula dia bersama Jenni dan Amina tinggal selama ini mereka menjadikan toko sebagai tempat usaha dan tempat tinggal.
Viona bisa melihat dengan jelas mantan rekan kerjanya keluar dari tokonya, ada rasa rindu menggelitik di hati Viona ingin kembali bekerja mengabdikan diri demi kemanusiaan. Kalau ia tak kabur dari Canada mungkin sekarang Viona tak akan mungkin menjadi seorang dokter dan karena itu juga lah rasa bersalah itu masih menghantui diri Viona karena keputusannya waktu itu.
"Sepertinya sudah waktunya aku harus menebus rasa bersalahku," ucap Viona dalam hati ia lalu bangkit dan mengambil kopernya dan memasukan baju-baju nya.
"Kau sedang apa kak?" tanya Jenni heran ketika melihat Viona packing.
"Aku ingin merilekskan pikiranku Jen," jawab Viona dengan tersenyum.
"Kau mau kemana kak?" selidik Jenni penasaran.
"Aku harus menemui seseorang," ucap Viona lirih.
Jenni terdiam ia tau kemana arah pembicaraan Viona, akhirnya Jenni memilih turun ke lantai satu dimana Amina masih sibuk melayani pembeli tanpa tau bahwa Viona sedang mempersiapkan diri untuk pergi.
Dua jam kemudian Viona turun ke lantai satu disaat toko sudah tutup karena semua muffin sudah terjual habis. Ia menatap dengan mata berkaca-kaca ke arah dua temannya itu, berkenalan dengan ke dua orang yang mempunyai nasib yang kurang beruntung sama seperti dirinya adalah sebuah takdir yang tak pernah ia duga sebelumnya.
"Aku ingin pergi sebentar," ucap Viona lirih sambil membawa kopernya.
"Kemana kak?"tanya Amina kaget.
"Kalau kau ingin menenangkan diri kita bisa temani kak, asal kita bisa bersama seperti ini," imbuh Jenni dengan suara serak, ia sudah berusaha menahan tangisnya sejak dua jam lalu.
Viona berjalan mendekati Jenni dan Amina yang terlihat shock itu, mereka lalu berpelukan dan menangis bersama mengingat awal-awal pertemuan mereka. Hidup bersama selama tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar, apalagi mereka adalah orang yang tak saling mengenal sebelumnya jadi kata perpisahan adalah hal yang paling tak ingin mereka dengar sekarang.
"Aku harus meminta maaf atas kesalahan terbesar yang sudah aku lakukan pada seseorang," ucap Viona lirih sambil memeluk kedua adiknya itu.
"Jangan bilang kau mau pulang ke Kanada kak,"" isak Amina dengan sesegukan.
"Aku bersalah padanya jadi aku harus menebus kesalahan itu padanya Amina, kalau tidak hidupku tak akan pernah tenang" jawab Viona sambil menyeka air matanya.
"Kapan kau akan kembali lagi kan kak?" tanya Jenni tiba-tiba.
Viona terdiam mendapatkan pertanyaan Jenni, hati kecilnya pun punya pertanyaan yang sama akan tetapi justru ia tak tau apa jawabannya.
"Aku akan menghubungi kalian setibanya disana, setelah urusan ku selesai aku akan kembali kesini secepat mungkin. Kalian adalah keluargaku jadi tak mungkin aku bisa berjauhan dari kalian," ucap viona dengan suara bergetar menahan tangis.
Jenni dan Amina langsung memeluk Viona dengan erat air mata mereka langsung mengucur deras lagi, dengan berat hati akhirnya Viona pergi setelah taksi yang ia pesan sudah menunggu didepan pintu toko. Viona menyerahkan tokonya pada dua orang teman baiknya yang sudah seperti saudara itu, tujuannya adalah ingin meminta maaf pada orang itu sambil menenangkan diri.
Taksi yang membawanya akhirnya tiba di bandara, Viona langsung berjalan untuk check in karena pesawatnya akan terbang setengah jam lagi.
"Zeze, kakak pulang," ucap Viona dalam hati ketika melangkahkan kakinya menuju pesawat yang akan membawanya ke Kanada.
Bersambung