Chereads / You Are Mine, Viona : The Revenge / Chapter 20 - Kawan lama

Chapter 20 - Kawan lama

Viona memutuskan untuk tak pergi ke panti asuhan lagi setelah ia melihat Fernando datang, ia tau Fernando sedang mencarinya. Tatapan mata Fernando yang Viona lihat kemarin saat ia turun dari mobil sama seperti 6 tahun lalu, Viona selalu bergidik ketika mengingatnya walau kini ia bukan remaja lagi tapi trauma itu tak mudah hilang dari ingatannya.

Karena takut akhirnya Viona meminta layanan antar jemput dari rumah sakit ketika ingin berangkat bekerja, dirumah sakit baru ini Viona menempati posisi sebagai dokter utama yang hanya dinas dipagi hari saja jadi ia merasa sedikit nyaman. Tak butuh waktu lama bagi Viona kini ia sudah dengan mudah menyesuaikan diri dengan rekan kerja di ruang sakitnya bahkan secara tak sengaja ia juga mendapatkan informasi tentang Fernando yang kini makin menjadi orang yang paling disegani di kota.

Berdasarkan info dari beberapa dokter lain juga akhirnya Viona tau bahwa Fernando akan bertunangan secara resmi dengan pesta yang mewah dengan Nessie, yang merupakan adik sepupu Natasya yang kabarnya dituntut hukuman lima tahun penjara karena tuduhan sebagai otak pembunuhan Zevanya. Akan tetapi karena keluarganya yang terpandang akhirnya ia hanya menjalani hukuman selama satu bulan saja, bahkan hubungannya dengan Fernando masih terjalin baik buktinya pihak keluarganya justru menjodohkan Nessie sebagai calon istri Fernando menggantikan Natasya. Pengacaranya berhasil membuat alibi yang baik untuk Natasya dan ia hanya dihukum sebentar hanya karena dianggap berteman dengan pelaku yang sudah dihukum mati enam tahun lalu.

"Kau memang jahat Natasya," gumam Viona saat menikmati makan siangnya dikantin bersama dengan dokter lainnya.

"Natasya siapa dok?" tanya seorang suster disebelah Viona penasaran.

"Ohh itu dia adalah karakter disebuah novel yang aku baca hehe, " jawab Viona asal dia tak menyadari kalau ucapannya terdengar orang lain.

"Wahh jadi dokter seorang yang punya hobi baca novel romance juga ya," celetuk seorang dokter ahli ortopedi menggoda Viona.

Sontak ucapan dokter itu membuat dokter dan suster yang lain tertawa terbahak-bahak hanya Viona yang tersenyum kecut melihat teman-teman barunya menggodanya. Setelah waktu istirahat mereka habis akhirnya para dokter itu kembali ke tempat tugasnya masing-masing, begitupun dengan Viona yang langsung menangani pasien tabrak lari yang membutuhkan dokter bedah. Dengan cepat Viona menangani pasiennya yang masih bersekolah itu, ia mengalami kecelakaan ketika sedang pulang sekolah tak sengaja tertabrak sebuah mobil yang sedang dibajak seorang pencuri.

Dua jam kemudian Viona selesai melakukan tugasnya dan pasiennya berhasil ia selamatkan, berkat kerja sama team yang baik antara divisi bedah dan divisi saraf sehingga nyawa anak itu berhasil ditolong. Setelah pasien dipindahkan ke ruang ICU nampak lah sekerumunan orang yang merupakan keluarga si pasien datang menghampiri Viona yang sedang berbincang dengan seorang suster.

"Terima kasih dokter sudah menyelamatkan anak saya," tangis seorang wanita paruh baya pada Viona, ia dengan tulus mengucapkan rasa syukurnya.

"Saya hanya melakukan tugas saja bu lagipula saya tidak sendiri ada dokter lain yang membantu menangani anak ibu," ucap Viona mencoba menguatkan sang ibu pasien lalu memeluknya dengan erat sebagai bentuk support yang tulus.

"Oh iya dok ini ada polisi datang, beliau ingin bertemu anak saya apakah bisa?" tanya ibu pasien ketika melepas pelukannya dengan Viona.

"Bisa bu tapi jangan lama-lama, itu pun pasien belum bisa diajak bicara tapi kalau di foto saja untuk kepentingan penyelidikan bisa bu," jawab Viona dengan tersenyum .

Tak lama kemudian ibu itu pergi keluar untuk memanggil seorang perwira polisi muda masuk bertemu dengan Viona.

"Saya Viona," sapa Viona menyalami perwira polisi yang baru datang bersama ibu pasiennya dengan tersenyum ramah.

"Viona???" ucap perwira polisi itu dengan nada terkejut.

"Kau lupa padaku Vio?" tanya perwira polisi itu kemudian sambil menatap mata Viona tajam.

"Siapa?" tanya Viona gugup sambil berusaha mengingat wajah pria yang ada dihadapannya itu.

"Andrew !!!!!" pekik Viona kaget ketika menyadari perwira polisi itu adalah teman pria yang ia temui di kereta bawah tanah 6 tahun lalu saat ia pulang kerja.

"Iya ini aku Andrew," jawab perwira polisi itu dengan tersenyum.

Viona tersenyum lebar ketika bertemu lagi dengan teman lamanya itu, sejak Viona lulus sekolah ia tak punya teman lagi dan Andrew adalah teman pertamanya sebelum ia tinggal di rumah Fernando.

Andrew kemudian melakukan tugasnya untuk memeriksa pasien untuk dijadikan laporan kepolisian, Viona duduk diluar bersama ibu pasien dan beberapa dokter lain. Tak lama kemudian polisi-polisi itu pergi menyisakan Andrew yang merupakan atasan mereka, sang ibu pasien pun pamit undur diri untuk menemani sang anak di dalam ruang perawatan meninggalkan Viona dan Andrew di bangku depan.

"Kemana saja kau Vio?" tanya Andrew membuka pembicaraan sambil memainkan pulpen di tangannya.

"Aku merantau," jawab Viona dengan tersenyum.

"Berikan aku nomor ponsel mu," pinta Andrew sembari mengeluarkan ponselnya kehadapan Viona.

Viona mengambil ponsel milik Andrew dan memasukan nomor ponselnya lalu melakukan panggilan sehingga nomor ponsel Andrew masuk kedalam ponsel Viona, ia pun menyimpulkan nomor Andrew di kontak telepon miliknya. Hal yang serupa pun dilakukan oleh Andrew, setelah cukup lama berbincang akhirnya Andrew pamit karena jam kerjanya belum selesai. Viona pun kembali berkerja melakukan pemeriksaan rutin pada pasiennya yang lain.

Istana Fernando

"Aakhhh ampun tuannn."

"Maaf tuann."

"Ampuni kami tuan."

"Beri kami satu kesempatan lagi tuan. "

Terdengar teriakan memilukan dari orang-orang suruhan Fernando yang dianggap gagal karena saat ke panti asuhan Fernando tak dapat menemukan Viona, mereka sedang disiksa oleh pengawal Fernando yang lain. Sementara Fernando hanya tersenyum sinis sambil menikmati cerutu melihat pemandangan yang sedang berlangsung di depannya itu.

"Percuma aku bayar kalian kalau melakukan pekerjaan semudah ini saja tak bisa!!" hardik Fernando dengan suara keras.

Fernando merasa tertipu oleh anak buahnya ketika tau kalau Viona hanya sebagai volunteer di panti asuhan itu bukan sebagai pekerja disana. Oleh karena itu ia memerintahkan pengawalnya yang lain untuk memberi pelajaran pada ke empat orang yang sudah gagal itu.

"Stop," teriak Fernando tiba-tiba sehingga membuat anak buahnya menghentikan pukulannya pada keempat pria naas itu.

" Oke aku beri kalian satu kesempatan lagi, temukan Viona sebelum acara pertunangan itu," titah Fernando pada ke empat orang yang berlumuran darah itu.

"Baik Tuan baik, kami akan menemukan nona Viona secepatnya dan tak akan mengecewakan tuan lagi," jawab seorang pria berkepala botak dengan terbata.

"Terima kasih Tuan Fernando atas kesempatan keduanya," pekik mereka bersamaan sambil berlutut di lantai.

Fernando hanya tersenyum simpul, ia kemudian meninggalkan ruang tamu berdarah itu menuju kamarnya yang memiliki keamanan paling canggih itu. Ia tak pernah membawa wanita lain masuk ke kamar itu kecuali Viona enam tahun lalu, biasanya para wanita simpanannya akan ia tiduri di sebuah kamar khusus di ujung lorong kamarnya yang merupakan bekas kamar Viona dulu.

"Kau tak akan bisa pergi lagi dariku Viona, kau akan kembali padaku," ucap Fernando sambil menatap foto Viona yang tersenyum di panti asuhan.

Bersambung