ANDRIAN POV
Gue merasakan kepala gue seperti diinjak-injak. Gue juga merasakan bahwa ada cairan yang mengalir dari hidung gue. Yang paling gue dengar adalah suara orang yang gue sayang memanggil nama gue. Gue ingin banget ngebuka mata gue, tapi nggak bisa!! Gue mengerahkan seluruh tenaga gue yang tersisa untuk membuka mata gue. Gue merasakan ada sesuatu yang berat menimpa mata gue. Gue sekarang pengen banget meluk Issy sambil berkata 'gue nggak papa' tapi apa boleh buat, gue sekarang babak belur, gue yakin wajah gue nggak berbentuk lagi. Apakah Issy masih suka pada gue??
Tiba-tiba gue merasakan kegelapan benar-benar menelan gue. Kalau sekarang gue meninggal gue hanya ingin Issy tetap bahagia. Gue memutuskan untuk memejamkan mata diiringi air mata gue yang mengalir melalui celah mata gue.
Gue membuka mata gue dan disuguhkan oleh pemandangan langit-langit putih serta bau obat yang menyengat, Fix ini rumah sakit. Gue berusaha untuk mengangkat tangan gue tapi ada suatu beban yang menahan tangan gue. Gue menoleh ke arah samping kanan gue, gue ngeliat Issy tidur dengan nyenyaknya di samping gue dengan wajahnya yang menimpa tangan gue. Gue tersenyum, gue bahagia bahwa Issy nggak ninggalin gue disaat keadaan gue kayak begini.
Gue lihat Issy mengangkat kepalanya dan membuka matanya yang sembab karena tidur atau menangis ya??
Issy menatap mata gue dalam, matanya seakan mengatakan 'Lo yang buka mata itu Andrian ya?' gue menganggukan kepala gue pelan.
"Auch!!" ringis gue, gilaa nggak pernah gue ngerasain kepala gue sesakit ini.
"Ini nggak halu kan?" Tanya issy dengan ekspresi yang sangat menggemaskan. Gue pengen banget nyubit pipi chubby-nya yang berlesung pipi. Kata orang kalau kami pacaran kami bakalan menjadi couple goals gegara cewek dan cowok punya lesung pipi yang dalam banget.
"Nggak dung Issy!" ucap gue seolah-olah gue sedang marah sama dia. Padahal sekarang gue pengen baget ketawa ngeliat muka imutnya.
Issy mengambilkan gue air putih dan menyodorkannya pada gue. Gue menatap Issy sinis. Emangnya dia kira gue bisa minum sendiri gitu? buat ngakat kepala aja susah. Respon Issy hanya nyengir kuda.
"Elo kira gue bisa minum sendiri?"
"Iya iya, sabar dong" Gue menahan senyum melihat Issy kebingungan apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu.
Issy ngambil sedotan yang ada diatas meja dan memasukan sedotan tersebut ke dalam gelas berisi air tadi. Ia mengangkat kepala gue pelan, sakit sih, tapi dari pada dia berhenti bagus biarin aja mumpung gue keadaannya begini. Mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Setelah selesai ia menatap mata gue, dia diam nggak bicara sepatah kata pun. Matanya mulai berkaca-kaca, gue nggak ngerti dong. Respon gue hanya menaikan sebelah alis gue saja. Tiba-tiba Issy memeluk gue pelan, sambil menangis tepat di bahu gue. Gue bisa merasakan air matanya yang jatuh mengenai pakaian rumah sakit yang gue pakai.
"Issy kenapa?" gue tanya issy. Gue nggak tahan lagi dengan rasa penasaran gue.
" Maafin gue, sor..", belum selesai Issy menyebutkan kata, gue ngedenger suara pintu dibuka dengan kasar.
"Issy kita balik!" Gue menoleh kearah suara tersebut dan...