Makasih sudah merindukan Bara dan Dila.Jika ada typo tolong koment ya di paragraf mana biar bisa Vivi edit.Jangan lupa koment dan likenya.Ini aku sempatin ngetik disela akhir bulan kantor aku.
Aku mau target ada minimal sepuluh review besok bakal update double.Jangan lupa
Kalo di bank akhir bulan saatnya berperang dengan kerjaan tutup buku.
💋 💋 💋
Semua orang yang mengantar Bara sudah pulang ke rumah masing-masing kecuali Abi dan Dayat yang memang tinggal menemani Bara.
Kamar untuk Abi dan Dayat sudah di persiapkan.Mereka tidur di kamar tamu.Abi jadi salah tingkah sendiri memikirkan bosnya bakal bermalam pertama dengan istrinya.
Abi mengetahui jika Bara seorang gay.Mana mungkin bosnya itu akan melakukan malam pertama dengan istrinya.
Membayangkan malam pertama sang bos membuat bulu kuduknya merinding.
Bara sudah diperintahkan Defri untuk ke kamar menemui istrinya namun Iqbal mengajak Bara bicara empat mata.
Iqbal mengajak Bara duduk di taman belakang yang ada kolam renang.
" Ada apa bang?" tanya Bara basa-basi pada sang kakak ipar.
" Bara begini..." Iqbal terkesan ragu-ragu untuk bicara.
Bara melihat keraguan di wajah Iqbal.
" Bicaralah bang.Ada apa? Saya siap mendengarkan abang."
Iqbal memegang kedua bahu Bara dan mulai berbicara.
" Aku tahu kalian menikah bukan karena cinta dan kalian menikah karena paksaan kedua orang tua.Aku minta padamu walau tak ada cinta untuk Dila tolong bahagiakan dia,perlakukan dia dengan baik dan jangan pernah sakiti dia.Dila gadis yang baik.Dia akan menjadi istri yang baik untukmu.Dia akan menjalankan kewajibannya padamu.Tapi bersabarlah menghadapi dia.Jika dia menolakmu jangan marah.Bertemanlah dengannya.Kalian tidak pernah dekat sebelumnya dan mungkin ia akan gugup dan salah tingkah di dekatmu."
Bara tersenyum manis menatap Iqbal.
" Abang tidak perlu khawatir.Aku dan Dila sudah saling mengenal lama.Aku salah satu nasabah prioritas di bank MBC.Aku dan Dila sudah kenal lama."
" Walau kalian kenal lama itu sebatas kerja.Posisi kalian sekarang suami istri."
" Tenanglah bang.Semua akan baik-baik saja," kata Bara menenangkan Iqbal.
Bara sok-sok tenang padahal dia sendiri gugup.
" Baiklah Bara.Terima kasih telah mencoba mengerti Dila.Mari aku antar ke kamar kalian.Dila sudah menunggu," kata Iqbal bahagia.
Mendengar kata 'KAMAR' membuat Bara gemetaran.Ia berusaha menahan salivanya.Ia gugup namun berusaha menutupi perasaannya.
Bara berusaha untuk tenang dan mengingat percakapannya dengan Dian.
" Nanti malam acara penjemputan saya Dian.Saya harus bagaimana? Saya gugup." Bara berkonsultasi dengan Dian.
" Jangan gugup bos.Bersikap biasa saja.Kalian sudah pernah bicara sebelumnya.Kalian sepakat untuk berteman."
" Tapi saya tetap gugup jika tidur dengan Dila.Kami akan tidur di kamar dan ranjang yang sama."
" Tidur saja di sampingnya bos.Anggap saja dia sebagai adik bos."
" Jika Dila menggoda saya saat malam pertama dan saya tidak tergoda dia akan curiga jika saya seorang gay.Dila bukanlah gadis yang bodoh.Dia pintar Dian."
Dian tertawa ngakak karena terlalu percaya diri.
" Bos kepedean.Dila bukanlah cewek ganjen.Saya saja bisa liat dia terpaksa menikah dengan bos."
" Wanita secantik dia masa belum menikah di usianya sekarang.Apa dia seorang lesbi? " Tebak Bara ngasal.
" Sembarangan kalo ngomong bos," kata Dian mencubit lengan Bara.
" Bos pernah perintahkan saya mencari tahu tentang Dila ketika kalian belum menikah.Dila sebenarnya menunggu seseorang selama delapan tahun ini.Laki-laki itu akan menikahi Dila ketika sudah selesai kuliah di Mesir.Lelaki soleh itu anak pembantu keluarga Dila dulu.Mereka backstreet karena takut tak direstui karena latar belakang lelaki itu.Lelaki itu ingin memantaskan diri bersanding dari Dila agar keluarganya tidak terhina.Lelaki itu dan Dila tumbuh dewasa bersama. Mereka mengenal dari kecil.Sekarang lelaki itu sedang menyelesaikan kuliah S3.Setelah kuliahnya selesai dia akan kembali ke Padang.Lelaki itu sudah memulai kerajaan bisnisnya."
" Waw luar biasa.Apa dia kuliah di Universitas Al Azhar?"
" Benar bos.Lelaki itu dan Dila tidak berpacaran."
" Berarti pria itu sama solehnya dengan Ustad Abdul Somad dan Ustad Adi Hidayat?"
" Seorang Aldebaran bisa tahu juga kedua ustad kondang itu?" Dian tertawa mencibir Bara.
" Siapa yang tak kenal dengan mereka."
" Baiklah bos.Bos harus bersikap tenang.Bertemanlah dengan Dila.Ketika di kamar kalian bercerita saja tentang diri masing-masing.Beraktinglah sebagai lelaki normal.Ingat bos harus jaga image.Jangan sampai Dila tahu siapa bos sebenarnya. Bos anggota dewan sekarang.Calon ketua DPR Sumbar.Tindak tanduk bos diperhatikan netizen.Bersikaplah seperti suami yang sangat mencintai istri.Tampilkan image yang baik di masyarakat.Jika Dila tahu orientasi seks bos itu sama artinya bos menggali kuburan sendiri."
Bara mengetuk pintu kamar tanpa ragu.Dila membukakan pintu.Terlihat gadis yang sudah berganti status jadi istri itu gugup.
" Uda tinggal ya," ucap Iqbal meninggalkan Bara dan Dila.
Setelah Iqbal pergi Bara dan Dila seolah membeku di tempat masing-masing.Dila enggan menerima Bara di kamar pengantin mereka.
" Boleh masuk Dila? tanya Bara memecah keheningan.
Dila tak bergeming.Hanya raganya ada di depan Bara namun hatinya telah terbang jauh ke Mesir.
" Dila boleh masuk?" tanya Bara sekali lagi.
Dila masih melamun.Dengan hati-hati Bara menyentuh bahu Dila.
" Dila," panggil Bara sekali lagi.
Merasakan sentuhan Bara membuat Dila kaget dan pucat.
" Maaf Dila mengagetkanmu," ucap Bara dengan mimik menyesal. " Kenapa melamun?"
Dila bungkam tak mau menjawab pertanyaan Bara dan mengalihkan pembicaraan.
" Silakan masuk uda.Maaf melamun," ucap Dila gugup.
Bara dan Dila duduk di atas ranjang.Tak ada yang memulai pembicaraan dan hanya keheningan yang menyapa mereka.
Bara merasakan kegugupan dan ketidak nyamanan Dila dengan hadirnya Bara.
" Dila itu koperku?" Bara membuka obrolan seraya menunjuk kedua kopernya.
" I-ya Uda," ucap Dila terbata.
" Jangan takut padaku Dila.Aku tidak akan memakanmu.Aku pria yang menepati janji," kata Bara meyakinkan Dila.
Dila tersipu malu karena Bara menyadari sikapnya.
" Bukankah kita kemaren sepakat untuk berteman?" tanya Bara lagi.
Bara pikir dia yang akan banyak diam ternyata malah Dila.Biasanya Dila paling gampang diajak bicara seperti biasanya.
Bara merupakan nasabah prioritas di kantor Dila.Dimana pun dia berada selalu mendapatkan layanan pria dari bank MBC.
Bara merupakan sepuluh nasabah terbesar di bank di MBC.
" Jangan takut Dila.Aku bukan setan.Bertemanlah denganku," kata Bara sekali lagi.
Perlahan rasa gugup dan grogi Dila memudar karena Bara begitu welcome. Bara memahami perasaan Dila karena istrinya mencintai pria lain.
" Maafkan sikapku Uda."
" Tak ada yang perlu di maafkan Dil.Aku memahami sikapmu.Wajar sikapmu seperti ini karena kita menikah karena perjodohan."
" Terima kasih telah memahami aku Da. Aku beruntung memiliki suami seperti dirimu," ucap Dila memuji Bara.
Bara meringis seraya tersenyum mengiyakan ucapan Dila.Andai wanita itu tahu siapa dia sebenarnya?Apakah masih ada pujian seperti ini ?
" Sama-sama Dila. Bersikaplah seperti biasa kita bertemu."
" Uda kita biasa bertemu itu karena urusan kerjaan makanya aku luwes kalo sekarang status kita beda.Kita suami istri.Nah perubahan itu bikin aku gimana gitu..."
Bara tergelak tawa melihat sikap konyol Dila.
" Ya-ya aku mengerti.Oh ya Dila aku terpilih jadi anggota DPR Sumbar. Berikan selamat untukku," kata Bara mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan sang istri.
" Selamat ya uda.I am proud of you."
" Kamu jadi istri anggota dewan.Kamu harus bangga." Kelakar Bara menggoda Dila.
Mereka tertawa terbahak dan mulai akrab.Bara dan Dila saling menceritakan tentang diri masing-masing.Tak ada kecanggungan dan kegugupan diantara mereka. Mereka bak teman lama yang lama tidak berjumpa.
Mereka bercerita hingga larut malam. Rasa kantuk membuat mereka ingin tidur di pulau kapuk.
Bara dan Dila ingin beranjak tidur namu. dering smartphone Dila mengganggu.
" Siapa Dil yang nelpon malam-malam gini? " tanya Bara keheranan.
" Ga tahu Uda." Dila mengangkat bahunya.
" Coba angkat !" titah Bara.
Dila mengambil smartphone di atas nakas dan melihat ID pemanggil.
" Pak Satria," kata Dila bingung.
" Ngapain si tua mesum ini telpon tengah malam gini," umpat Dila kesal.
" Coba aja angkat," kata Bara.
Dila menerima panggilan dari Pak Satria dan tak lupa mengaktifkan speaker.
" Assalamualaikum Pak," ucap Dila ramah.
" Walaikumsalam Dila.Maaf ganggu malam-malam.Lagi ga main kuda-kudaan kan sama Bara ?" tanya Pak Satria menggoda pengantin Bara.
Mata Dila dan Bara membulat karena kesal dengan keisengan Pak Satria.
" Bapak ga pernah muda aja," sarkas Dila dengan seringai iblis.
" Duch pengantin baru.Galak banget di ganggu malam pertama," kata Pak Satria lagi.
" Ga kok Pak," ucap Dila manis.
Kalo ga ingat Pak Satria atasannya mungkin Dila sudah mengatakan sumpah serapah pada lelaki tua itu.
" Kalo boleh tahu kenapa ya Pak nelpon tengah malam gini?"
" Oh sampai lupa," ucap Pak Satria penuh penyesalan. " Sudah buka kado dari saya?"
" Sudah Pak."
" Buka bareng Bara? Atau sudah buka baju bareng?" Kelakar Pak Satria.
Rahang Bara dan Dila mengeras dan gigi mereka bergemeletuk.
Andai.....Bisa menyumpal mulut lelaki tua ini.....