Oh sampai lupa," ucap Pak Satria penuh penyesalan. " Sudah buka kado dari saya?"
" Sudah Pak."
" Buka bareng Bara? Atau sudah buka baju bareng?" Kelakar Pak Satria.
Rahang Bara dan Dila mengeras dan gigi mereka bergemeletuk.
Andai.....Bisa menyumpal mulut lelaki tua ini.....tapi tidak bisa karena dia atasan Dila.Mau tidak mau Dila harus menahan rasa kesal dan dongkol mereka.
" Maksud Bapak apa ya?Saya ga ngerti," kata Dila dengan wajah berlipat tiga.
" Hahahahaha." Pak Satria tertawa terbahak-bahak. " Saya cuma ingatin kalian saja.Voucher yang saya berikan menginap di Kandui Resort.Jangan lupa besok kalian berangkat.Saya sudah meminta pihak resort memberikan pelayanan terbaik mereka untuk kalian."
" Oooh begitu.Terima kasih ya Pak tapi menurut saya berlebihan kadonyo.Ga murah lo Pak biaya liburan disana.Ntar karyawan yang lain pada iri dengan saya."
" Kamu pantas dapat hadiah itu Dila. Anggap saja itu reward atas pencapaian kinerja kamu selama ini.Baiklah saya tutup telpon dulu.Maaf mengganggu kalian.Assalamualaikum," ucap Pak Satria mengakhiri pembicaraan telpon.
Klik sambungan telpon terputus !
" Itu atasan kamu karakternya memang mesum begitu?" tanya Bara tiba-tiba.
" Ga Uda.Aku aja baru tahu Bapak itu mesum setelah nikah."
" Kirain dah dari dulu."
" Mungkin dia excited liat aku nikah kali.Mereka pada greget aku dah tiga puluh tahun berjabatan masa belum menikah sampai sekarang.Enak ya jadi laki kalo lama nikah ga diteror kayak cewek.Kalo cewek dilabeli perawan tua inilah itulah.Dulu jika ada yang tanya kapan nikah mau aja balas pertanyaan mereka kamu kapan mati," ucap Dila mengeluarkan unek-uneknya.
Bara tertawa terbahak seraya menutup mulutnya.
" Omongan orang jangan dipikirkan Dila.Kita hidup bukan karena omongan orang lain.Anggap aja itu orang sirik dan sirik itu karena tak mampu seperti kita," ucap Bara menguap. " Dila tidur yuk.Aku sudah mengantuk."
" Baik Uda."
" Kita tidur dibatasi sama guling aja.Trus kita berlawanan arah aja tidurnya," usul Bara.Lelaki itu ingin membuat Dila nyaman padanya.
" Usul yang bagus Uda," kata Dila menjentikan jarinya.
Mereka pun tidur di ranjang yang sama berlawanan arah.Mereka menyelimuti diri masing-masing.
" Good night Dila," kata Bara mengulas senyum.
" Good night too," balas Dila.
Matahari pagi menyapa dan tak pernah lelah untuk menyapa dengan sinar indahnya.Suara azan subuh berkumandang.Dila yang sudah terbiasa bangun subuh sudah bangun.
Dila menguap dan mengucek mata.Namun matanya melotot ketika menyaksikan seseorang tidur di sebelahnya dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Nyawa Dila belum sepenuhnya terkumpul.Dila berteriak histeris karena ada seseorang tidur disebelahnya.Refleks Dila menendang dan berteriak histeris. Untung kamar Dila ada peredam suara sehingga tak terdengar oleh keluarga yang lain.
Bara yang terlelap bangun karena jatuh dari ranjang.Badan Bara remuk karena ditendang dengan kasar.
" Kamu kenapa Dila? Kenapa kamu menendangku?" Tanya Bara kesal.
Bara mengucek wajahnya dengan kasar.Pagi buta Dila sudah membuatnya emosi.
Ekspresi Bara berubah gelap merasa tidak diperlakukan dengan baik.Jika tidak terikat dengan adat mungkin ia akan tinggal di rumahnya sendiri.Mereka bisa tidur di kamar masing-masing tanpa ada gangguan dari siapa pun.
Dila menyadari kesalahannya.Ia menyesal karena menendang Bara hingga jatuh dari ranjang.Dila bisa merasakan betapa sakitnya punggung Bara.
" Uda maafkan aku.Aku refleks melakukannya.Aku tidak sengaja menendangmu.Aku kaget tiba-tiba ada laki-laki tidur di sebelahku.Aku lupa jika kita sudah menikah," ucap Dila terbata-bata dengan perasaan bersalah.
" Maafkan atas keteledoranku Uda.Please maafkan aku," kata Dila memohon.
Bara tertawa melihat ketakutan dan penyesalan di wajah Dila.Ia memaklumi sikap Dila seperti.Mereka tak pernah dekat sebelumnya, tiba-tiba menikah dan tidur seranjang.
" Kali ini aku memaafkanmu lain kali aku tidak akan mengampunimu," ucap Bara pura-pura mengancam.
" Ini untuk pertama dan terakhir kalinya Uda.Aku janji tidak akan ada kejadian seperti ini lagi.Aku janji." Jari Dila membentuk huruf V.
" Baiklah.Aku sedang berbaik hati pagi ini.Aku memaafkanmu."
Ketukan pintu mengalihkan perhatian Bara dan Dila.
Dila segera bangkit membuka pintu kamar.Dila hanya membuka pintu setengah.Ada Naura di depan pintu.
" Kenapa Uni?" tanya Dila menatap Naura.
" Suruh Bara mandi trus sholat subuh berjamaah ke mesjid.Abis sholat kita syukuran.Dik jangan lupa mandi."
" Iya Uni.Kenapa wajah Uni terlihat kesal gitu? Apa yang terjadi?"
" Ga ada." Naura mengelak.Sekarang bukan waktu yang tepat untuk cerita masalahnya pada Dila.
" Uni tak bisa membohongiku.Apa yang terjadi?" Tanya Dila mengintimidasi.
" Semalam aku berantem dengan Ria.Aku sudah muak bersabar dengannya. Semalam aku melampiaskan amarahku padanya."
" Ya Allah Uni.Kenapa kelepasan gitu?"
Naura terdiam untuk sesaat menyadari kekhilafannya.
" Mungkin jin sabar dalam tubuhku sudah pergi.Rasanya ingin aku menampar wajah pelakor sialan itu."
" Sabar Uni."
" Ya sudah.Kamu mandi dulu Dik.Lalu habis sholat kita mando'a (syukuran)."
" Baik Uni."
" Pulang kamu honeymoon kita akan bercerita." Naura tersenyum manis meninggalkan Dila.
Dila kembali menutup pintu kamarnya.Bara menghampiri Dila.
" Ada apa Dil?"
" Uni Naura ingatkan Uda untuk mandi dan sholat subuh berjamaah di mesjid lalu kita syukuran."
Mata Bara mendelik.Seumur-umur ia tidak pernah sholat.Jangankan sholat subuh, bangun saja selalu jam 7 pagi.Jika tidak dibangunkan Ranti mana mungkin ia akan bangun.
Menurut Bara walau ia tak mendekatkan diri pada Allah namun rejekinya selalu lancar.Malah yang rajin sholat dan taat hidupnya melarat.Begitulah kehidupan orang-orang yang mengejar duniawi tak tahu jika Allah sedang mengujinya dengan harta.Inilah yang disebut istidraj.
Istidraj adalah kenikmatan yang diberikan Allah SWT tanpa melalui keimanan dan syariat yang di kerjakan. Ketika seseorang diberi nikmat berupa rizki yang melimpah, kesenangan hidup, kesehatan yang terus menerus, panjang umur dan sebagainya.Namun dengan nikmat tersebut dia semakin jauh dengan Allah SWT.
" Baiklah Dila.Aku akan mandi dulu.Tapi aku tidak punya baju koko," kata Bara membuka salah satu kopernya.
Bara mencari baju yang akan dipakainya ke mesjid.Terbiasa disediakan Bara kebingungan memakai baju yang mana.Bara membongkar koper satunya lagi.Celana dalam Bara berceceran di lantai.
Dila sendiri tertegun melihat celana dalam Bara di lantai.Dia jadi malu sendiri karena matanya tak lepas dari celana dalam.
Dila mendekati Bara dan merapikan pakaian suaminyayang berceceran di lantai .Dila geleng-geleng kepala melihat kelakuan suaminya.
Dila mengecek koper Bara yang satunya lagi.Dia menemukan koko warna krem.
" Ini ada baju kokonya uda," kata Dila memberikan baju koko pada Bara.
" Ga harus baju koko buat sholat Uda.Kemeja juga bisa asal rapi dan bersih."
" Aku mandi dulu Dil," kata Bara membawa handuk dan bajunya ke kamar mandi.
Dengan perasaan risih Dila merapikan baju-baju Bara yang berserakan di lantai dan juga celana dalam suaminya.Segitiga bermuda itu tampak horor dimatanya apalagi membayangkan isi dalam CD membuat Dila merinding disco.
Dila berusaha membuang pikiran mesumnya.Celana dalam Bara segera dimasukan dalam koper agar tidak memancing otaknya berpikiran mesum.
💋 💋 💋
Abi dan Dayat merasa takjub melihat Bara sudah bangun subuh.Mereka tak pernah melihat majikan mereka menginjakan kaki di mesjid.
Seumur-umur semenjak bekerja menjadi sopir Bara baru kali ini Abi melihat majikannya sholat.Jangankan untuk sholat bangun pagi saja tak pernah.
" Baru kali ini liat bos Bara kayak gini bang.Ini beneran bos atau gimana?" Tanya Abi berbisik-bisik pada Dayat.
" The power of menikah dan tinggal sama mertua.Mau ga mau harus pencitraan," kata Dayat memancing tawa Abi.
" Lo bisa aja bang." Abi menyenggol lengan Dayat.Sopir pribadi Bara ini tak dapat menyembunyikan tawanya.
" Apa yang kalian tertawakan?" Tanya Bara tiba-tiba muncul di hadapan Abi dan Dayat.
Jantung kedua sopir itu serasa mau copot dari tempatnya karena dihampiri oleh Bara.Mereka mengelus dada.
" Bos bikin kaget saja," ucap Abi tenang.
" Yang lain mana?" Bara melirik sekitarnya.
" Itu bos." Telunjuk Dayat mengarah pada Defri dan Iqbal.
Iqbal dan Defri menghampiri mereka dan mereka melanjutkan perjalanan ke mesjid.