Dila kelihatan bingung. Ia kehilangan akal karena sendirian. Ia tak mungkin menghabiskan liburan seorang diri disini. Ia berpikir buruk jika Bara pergi meninggalkannya disini.
" Dila." Suara bariton seorang pria memanggil nama Dila.
Dila menoleh sumber suara yang memanggil namanya. Dila tersenyum lega karena Bara yang memanggil.
" Uda darimana saja ?" Dila segera mengintrogasi Bara.
" Tadi aku berkeliling resort. Kamu tidur aku tidak enak membangunkan. Sayang sekali kalo kita sudah sampai disini tidak jalan - jalan. Tempat sebagus ini sangat sayang buat dilewatkan. Maaf membuatmu mencariku."
" Gapapa. Yang penting kita sudah ketemu. Uda sudah makan ? Mendadak aku lapar. " Dila memegangi perutnya.
Tiba - tiba perut Dila keroncongan sehingga menimbulkan suara. Bara tak bisa menahan tawanya karena sang istri kelaparan.
" Mari kita ke restoran. Perutmu perlu diisi." Bara merangkul Dila secara spontan.
Dila kikuk bersentuhan fisik dengan Bara. Ia seperti tersengat listrik. Seumur - umur ia belum pernah berdekatan dengan pria. Dila punya banyak teman pria namun Dila menjaga jarak dan tak pernah bersentuhan dengan mereka.
Bara sukses membuat batin Dila bergejolak. Jika tidak ingat Bara suaminya mungkin ia sudah berteriak histeris.
Dila merasa kaget karena Bara merangkulnya. Tatapannya tak lepas dari tangan Bara yang mendarat di bahunya.
Bara balik menatap Dila. Setelah sadar tatapan Dila mengarah kemana lelaki itu melepaskan tangannya dari bahu Dila. Ia tak menyangka respon Dila seperti ini. Bara pikir Dila akan sama dengan Dian tak akan menolak ketika disentuh.
" Maaf jika aku lancang," kata Bara spontan menjaga jarak. Mereka bak ABG labil tersipu malu karena bersentuhan untuk pertama kali.
Dari jarak beberapa meter Egi mengepalkan tangannya karena emosi melihat Bara dan Dila, apalagi Bara tanpa sungkan merangkul istrinya.
Bangun tidur Bara langsung ingat Dila dan meninggalkan Egi begitu saja. Bara takut Dila curiga dengan kepergiannya dan melihatnya bersama Egi.
Gigi Egi bergemelatuk menahan emosi. Rahangnya mengeras. Dalam hatinya menumpuk segunung sumpah serapah untuk Dila. Beraninya wanita itu merebut perhatian Bara.
Bara hanya miliknya dan ia tak boleh dinomor duakan.
Dila dan Bara menuju restoran. Mentawai kaya akan makanan laut. Dila melahap habis seafood yang ada di meja makan. Ada lobster , cumi saus Padang dan aneka makanan laut lainnya. Bara melahap ikan bakar. Enaknya makan disini karena seafoodnya segar. Langsung diantar nelayan ke pihak resort. Untuk sayurannya sendiri pihak resort menanam secara organik. Jadi dipastikan makanan disini segar, sehat dan jauh dari makanan olahan.
Tak hanya menawarkan tempat yang indah dan makanan enak. Kandui merupakan surga bagi peselancar. Kandui menawarkan pengalaman maksimal untuk menikmati ombak. Tak heran jika para turis mancanegara berburu ombak untuk surfing.
Ombak-ombak di Mentawai memang diberi nama khusus sesuai dengan karakternya, atau sesuka surfer yang menemukannya.
Nama ombak antara lain Kandui Left, Baby Kandui, Malibu Right, 4 Bobs, hingga Rifles yang berada di sekitar Kandui Resort.
Untuk yang di sekitar Pulau Nyang-Nyang, ada ombak Nipussi, Bankvault, Pit Stops, E-bay, hingga Beng-beng yang tak kalah menantang.
Yang tak kalah menariknya juga ada ombak bernama Hideaways yang berada di sekitar Pulau Mainuk, serta Burger World di sekitar Pulau Karangniki.
Fasilitas yang ada di Kandui sangat lengkap. Ada villa The Umas yang nyaman untuk traveler menginap, ada The Restaurant dan The Bar and Palapa, serta The Game Room dimana traveler bisa bermain dan mengusir kebosanan.
Tak hanya itu, Kandui Resort juga punya Kandui Spa serta kolam renang dimana traveler bisa menikmati sensasi rileksasi ala Kandui. Setelah capek berenang dan bermain surfing, mungkin traveler bisa meredakannya dengan pijat - pijat.
Bara dan Dila menikmati dinner mereka. Mereka larut dalam obrolan dan bercengkrama saling mengenal karakter masing - masing.
Sesekali terdengar tawa dari sudut bibir Dila dan Bara. Dada Egi semakin sesak melihat kedekatan mereka berdua. Lelaki berwajah Oppa Korea itu merasa terancam dengan kehadiran Dila. Cepat atau lambat Dila bisa menggeser posisinya disamping Bara dan Baranya akan kembali ke kodrat sebenarnya.
Egi tak ingin semua itu terjadi. Ia harus bertindak dan tak mengijinkan mereka berdua semakin intim. Egi lebih takut dengan kehadiran Dila daripada Dian.
Meski Dian sering menggoda dan berusaha membuat Bara straight namun semuanya sia - sia.
Dian tak memberi pengaruh untuk kesembuhan Bara. Jika Bara membiasakan diri dekat dengan sang istri bisa jadi ia terbiasa menjadi lelaki straight dan bisa melakukan hubungan suami istri.
Membayangkan semua itu sudah membuat kepala Egi pecah. Andai mereka tidak tinggal di Indonesia yang diatur adat dan budaya timur mungkin Egi akan meresmikan hubungan mereka dalam ikatan pernikahan. ( Orang LGBT otaknya rada konslet dan ga mikir jernih. Semoga anak keturunan kita jauh dari penyakit seperti ini ).
Dila makan terlalu semangat sehingga saus berlepotan di mulutnya. Bara berinisiatif mengambil tisu dan mengelap saus yang berlepotan di bibir Dila.
" Eh. " Dila tertegun ketika Bara mengelap bibirnya.
Dila kikuk dan gugup menerima perlakuan manis Bara. Jika Bara selalu bersikap manis begini bisa - bisa Dila diabetes dan jatuh cinta dengan sang suami. Perlahan tapi pasti Bara mampu menarik perhatiannya.
Bara bersikap manis padanya karena Dila gadis yang baik dan penurut. Bara hanya ingin Dila nyaman menjadi istrinya sehingga wanita itu selalu disampingnya untuk jadi tameng orientasi seksualnya.
" Besok kegiatan kita apa Dil?" Bara mengajak Dila berbincang seraya menghilangkan kegugupan sang istri.
Dila melamun tak menyadari Bara mengajaknya bicara. Dila masih terpaku dan tak percaya dengan sikap manis Bara.
Bara menyentuh tangan Dila. Bak tersengat listrik Dila bangkit dari tempat duduknya. Sentuhan Bara ditubuhnya memberi getaran aneh dalam dirinya.
" Uda please jangan sentuh aku," pinta Dila dengan suara bergetar. Ia menggeser tubuhnya menjauhi Bara.
Bara terpana dan merasa janggal dengan reaksi Dila. Hanya menyentuh tangannya saja sudah memberi efek seperti ini. Istrinya ini benar-benar menjaga kesuciannya. Bara tak habis pikir gadis secantik Dila bisa menjaga diri dari sentuhan laki-laki. Dila memang belum berhijab namun menjaga diri. Pakaiannya selalu longgar dan tak membentuk lekuk tubuh dan juga perempuan sopan.
Bara kadang merasa bersalah jika perempuan sebaik Dila harus menghabiskan sisa hidup bersamanya. Bara tak pernah tertarik dengannya karena ia seorang gay. Hanya ada Egi di dalam hatinya.
" Dil. Jangan gugup kayak gitu. Aku ini suamimu. Jangan seperti alergi jika aku hanya memegang tanganmu. Biasakan mulai dari sekarang," kata Bara tegas membuat bola mata Dila membola.
" Maksudnya apa?" Dila seolah tak mengerti maksud pembicaraan suaminya.
" Dil. Kita ini suami istri. Sentuhan diantara kita itu hal yang biasa. Kamu jangan alergi bersentuhan denganku. Aku sudah halal bagimu."
Wajah Dila pucat pasi. Memikirkan setiap ucapan Bara bak busur panah yang menghujam jantungnya. Jika Bara sudah mulai menyentuh tangannya bisa jadi Bara akan meminta haknya sebagai suami. Dila tak siap dengan semua itu. Tak ada cinta untuk Bara mana mungkin ia menjadi istri Bara seutuhnya. Dila tak tahu harus berbuat apa.
Bara bisa melihat dengan jelas keengganan Dila bersentuhan dengannya. Bara sengaja bersikap lelaki normal supaya Dila tak pernah curiga dengannya. Bercinta dengan Dila tentu tak akan pernah dilakukannya. Dila tak akan mampu membuatnya 'ON'.
" Hei Bara. Ga nyangka ketemu disini ," kata Egi bersandiwara.
Egi sudah tak tahan melihat kedekatan Bara dan Dila. Apalagi ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Bara merangkul dan menyentuh Dila. Ia merasa Bara kegatelan dengan Dila.
Melihat kedatangan Egi, Bara jadi salah tingkah dan batuk - batuk. Berulang kali Bara memukul dadanya sendiri karena tersedak.
" Uda kenapa?" Refleks Dila mengelus tengkuh Bara.
Mata Egi membulat dan menahan amarah. Wanita itu berani menyentuh Baranya. Egi mengepalkan tangan karena emosi.